Nicole Breed Ingin Menginspirasi Kelompok Minoritas
A
A
A
LONDON Nicole Breed atau lebih dikenal dengan London Breed mencatat sejarah saat diangkat sebagai Wali Kota San Francisco. Dialah wali kota perempuan berkulit hitam pertama di San Francisco, Amerika Serikat (AS). Breed diangkat menjadi wali kota setelah Wali Kota Edwin M Lee meninggal secara mendadak karena serangan jantung pada tahun lalu.
Breed menjadi orang Afrika-Amerikaterkedua yang menjabat sebagai Wali Kota San Francisco setelah Willie Brown menjadi wali kota Afrika-Amerika lakilaki pertama di San Francisco. Dikutip The Guardian, Breed menjadi satusatunya wanita di antara wali kota 15 kota terbesar di AS. “Saya sangat berharap pada masa depan kota kami. Saya juga berharap melayani sebagai wali kota Anda.
Saya benar-benar merasa rendah hati dan saya benar-benar merasa terhormat,” ungkapnya. Bahkan, saat pencalonannya, Breed mendapatkan banyak dukungan dari petinggi teknologi. Dikutip CNBC, salah satu pendiri Twitter, Evan Williams, menyumbangkan USD100.500 (Rp1,4 miliar). Lalu, pendiri Ripple, Chris Larsen, menyumbangkan USD49.000 (Rp693 juta) dan pendiri Facebook memberikan USD35.000 (Rp495 juta) kepada komite yang mendukung Breed.
Breed mengungkapkan jika kemenangannya mengirimkan pesan kepada kaum muda San Francisco, terutama bagi mereka yang memiliki kesamaan nasib dengannya yang tumbuh miskin. “Tidak masalah dari mana Anda berasal, tidak peduli apa yang Anda putuskan untuk dilakukan dalam hidup, Anda dapat melakukan apa pun yang ingin Anda lakukan.
Jangan biarkan keadaan Anda menentukan hasil Anda dalam hidup,” ucapnya, dikutip Daily Mail. Dia mengatakan, kemenangannya sangat berarti bagi kelompok minoritas. Artinya, jika dia bisa menang, berarti kelompok minoritas lain pun bisa menang, terutama kaum perempuan. “Kita perlu mendorong perempuan dan anak perempuan terlibat dengan politik lokal mereka dan mencalonkan diri untuk jabatan.
Saya berharap peran saya menginspirasi lebih banyak gadis muda untuk berjuang demi komunitas mereka,” ujarnya. Dia mengaku sangat menyukai San Francisco karena keragaman lingkungannya. “Saya suka Anda dapat berjalan beberapa blok dari Distrik Keuangan dan berada di jantung Chinatown, kemudian berjalan sedikit lebih jauh dan berada di North Beach, ketiganya sepenuhnya berbeda,” katanya.
Breed adalah sosok wanita yang sangat tegas, vokal, lantang, dan blak-blakan. Dia adalah pemimpin yang bersemangat, yang tidak memiliki toleransi terhadap retorika politik. “Saya pikir tunawisma, kualitas hidup, seperti yang saya katakan dan alami, memberikan pengalaman tersendiri. Tetapi, apa yang saya lihat di jalan-jalan hari ini benar-benar berada pada tingkat yang berbeda.
Ketika Anda tumbuh dalam kemiskinan, Anda akan lebih peka pada hal itu. Anda juga sensitif terhadap orang-orang yang berbohong kepada Anda dan akhirnya itu memberikan pengaruh saat bekerja, dan cara saya sangat langsung atau terbuka,” ungkapnya. Perempuan yang akan berusia ke-45 tahun pada 11 Agustus mendatang ini juga diketahui kerap keluar berjalan-jalan, berbicara dengan penduduk setempat, dan menemukan solusi untuk memperbaiki kota yang dipimpinnya.
Tidak hanya untuk generasi ini, tetapi juga untuk generasi berikutnya. Kariernya di dunia politik dimulai seusai lulus kuliah University of California, Davis. Dia mendapatkan gelar Bachelor of Arts di bidang Ilmu Politik/Layanan Publik di Studi Afrika-Amerika. Lalu, dia melanjutkan pendidikannya untuk mendapatkan gelar Master di bidang Administrasi Publik dari University of San Francisco.
Dia pun memutuskan magang di Kantor Perumahan dan Layanan Perumahan Wali Kota Willie Brown setelah bekerja pada kampanye pemilihannya pada 1999. Sejak saat itu, dia serius dan tekun menapaki dunia politik. Breed sempat menjabat sebagai Komisaris Badan Pembangunan Kembali San Francisco selama lima tahun. Pada 2010, Wali Kota Gavin Newsom menunjuknya sebagai Komisaris Pemadam Kebakaran San Francisco.
Breed juga pernah menjabat Direktur Eksekutif Kompleks Seni & Budaya Afrika-Amerika di Western Addition selama lebih dari satu dekade. Dia berhasil mengumpulkan lebih dari USD2,5 juta untuk merenovasi kompleks yang meliputi galeri seni, ruang teater, dan studio rekaman.
Dia juga mengubah pusat perjuangan menjadi sumber daya masyarakat yang vital dan stabil secara finansial. Caranya dengan menyediakan program seni dan budaya setelah jam sekolah untuk pemula dan senior. Sampai pada akhirnya pada 2015, dia terpilih sebagai Presiden Dewan Pengawas dan Penjabat Wali Kota San Francisco hingga tahun lalu. Posisi terakhir inilah yang semakin mendekatkannya ke posisi wali kota.
Kiprahnya di dunia politik juga menuai banyak pujian. Kandidat wali kota yang dikalahkannya, Mark Leno, memuji penampilan dan kinerja Breed. “Dia adalah wanita muda yang luar biasa dan dia akan melakukan pekerjaan yang sangat bagus,” ungkapnya, dikutip The Guardian. Begitu juga kandidat lainnya, Jane Kim.
“Saya bangga tinggal di kota terbesar di Amerika dengan seorang wanita sebagai wali kota,” ujarnya. Salah satu hal yang menjadi fokus perhatiannya adalah masalah perumahan. Sebab, Breed mengaku memiliki cerita tersendiri tentang hal ini. Dia mengatakan, kehidupannya sejak kecil sangat susah dan miskin. Karena itu, dia dan keluarganya selalu memiliki masalah dengan rumah.
Menurut Newsweek, Breed dilahirkan dan dibesarkan di San Francisco oleh mendiang neneknya, Comelia Brown, yang miskin di perumahan umum berkualitas rendah. Saudara kandungnya memiliki masalah narkoba, lalu saudara perempuannya meninggal karena overdosis pada 2006 dan saudara lelakinya saat ini berada di penjara.
“Kerawanan perumahan bukan hanya titik kebijakan abstrak bagi saya. Saya pernah menjalaninya. Ketika saya masih di perguruan tinggi, kami diberi tahu bahwa rumah kami dirobohkan. Terserah saya dan nenek saya, wanita yang merawat saya sepanjang hidup saya dan sekarang perlu dirawat, untuk menemukan tempat tinggal yang baru,” ungkapnya.
Tidak mengherankan, dia sangat kuat tentang kebijakan perumahan. Dilansir Haute Living, sejak menjabat, Breed memiliki tiga prioritas utamanya di San Francisco, yakni perumahan, tunawisma, dan keselamatan publik. Dia telah menambah sekitar 5.000 unit rumah baru.
Breed menjadi orang Afrika-Amerikaterkedua yang menjabat sebagai Wali Kota San Francisco setelah Willie Brown menjadi wali kota Afrika-Amerika lakilaki pertama di San Francisco. Dikutip The Guardian, Breed menjadi satusatunya wanita di antara wali kota 15 kota terbesar di AS. “Saya sangat berharap pada masa depan kota kami. Saya juga berharap melayani sebagai wali kota Anda.
Saya benar-benar merasa rendah hati dan saya benar-benar merasa terhormat,” ungkapnya. Bahkan, saat pencalonannya, Breed mendapatkan banyak dukungan dari petinggi teknologi. Dikutip CNBC, salah satu pendiri Twitter, Evan Williams, menyumbangkan USD100.500 (Rp1,4 miliar). Lalu, pendiri Ripple, Chris Larsen, menyumbangkan USD49.000 (Rp693 juta) dan pendiri Facebook memberikan USD35.000 (Rp495 juta) kepada komite yang mendukung Breed.
Breed mengungkapkan jika kemenangannya mengirimkan pesan kepada kaum muda San Francisco, terutama bagi mereka yang memiliki kesamaan nasib dengannya yang tumbuh miskin. “Tidak masalah dari mana Anda berasal, tidak peduli apa yang Anda putuskan untuk dilakukan dalam hidup, Anda dapat melakukan apa pun yang ingin Anda lakukan.
Jangan biarkan keadaan Anda menentukan hasil Anda dalam hidup,” ucapnya, dikutip Daily Mail. Dia mengatakan, kemenangannya sangat berarti bagi kelompok minoritas. Artinya, jika dia bisa menang, berarti kelompok minoritas lain pun bisa menang, terutama kaum perempuan. “Kita perlu mendorong perempuan dan anak perempuan terlibat dengan politik lokal mereka dan mencalonkan diri untuk jabatan.
Saya berharap peran saya menginspirasi lebih banyak gadis muda untuk berjuang demi komunitas mereka,” ujarnya. Dia mengaku sangat menyukai San Francisco karena keragaman lingkungannya. “Saya suka Anda dapat berjalan beberapa blok dari Distrik Keuangan dan berada di jantung Chinatown, kemudian berjalan sedikit lebih jauh dan berada di North Beach, ketiganya sepenuhnya berbeda,” katanya.
Breed adalah sosok wanita yang sangat tegas, vokal, lantang, dan blak-blakan. Dia adalah pemimpin yang bersemangat, yang tidak memiliki toleransi terhadap retorika politik. “Saya pikir tunawisma, kualitas hidup, seperti yang saya katakan dan alami, memberikan pengalaman tersendiri. Tetapi, apa yang saya lihat di jalan-jalan hari ini benar-benar berada pada tingkat yang berbeda.
Ketika Anda tumbuh dalam kemiskinan, Anda akan lebih peka pada hal itu. Anda juga sensitif terhadap orang-orang yang berbohong kepada Anda dan akhirnya itu memberikan pengaruh saat bekerja, dan cara saya sangat langsung atau terbuka,” ungkapnya. Perempuan yang akan berusia ke-45 tahun pada 11 Agustus mendatang ini juga diketahui kerap keluar berjalan-jalan, berbicara dengan penduduk setempat, dan menemukan solusi untuk memperbaiki kota yang dipimpinnya.
Tidak hanya untuk generasi ini, tetapi juga untuk generasi berikutnya. Kariernya di dunia politik dimulai seusai lulus kuliah University of California, Davis. Dia mendapatkan gelar Bachelor of Arts di bidang Ilmu Politik/Layanan Publik di Studi Afrika-Amerika. Lalu, dia melanjutkan pendidikannya untuk mendapatkan gelar Master di bidang Administrasi Publik dari University of San Francisco.
Dia pun memutuskan magang di Kantor Perumahan dan Layanan Perumahan Wali Kota Willie Brown setelah bekerja pada kampanye pemilihannya pada 1999. Sejak saat itu, dia serius dan tekun menapaki dunia politik. Breed sempat menjabat sebagai Komisaris Badan Pembangunan Kembali San Francisco selama lima tahun. Pada 2010, Wali Kota Gavin Newsom menunjuknya sebagai Komisaris Pemadam Kebakaran San Francisco.
Breed juga pernah menjabat Direktur Eksekutif Kompleks Seni & Budaya Afrika-Amerika di Western Addition selama lebih dari satu dekade. Dia berhasil mengumpulkan lebih dari USD2,5 juta untuk merenovasi kompleks yang meliputi galeri seni, ruang teater, dan studio rekaman.
Dia juga mengubah pusat perjuangan menjadi sumber daya masyarakat yang vital dan stabil secara finansial. Caranya dengan menyediakan program seni dan budaya setelah jam sekolah untuk pemula dan senior. Sampai pada akhirnya pada 2015, dia terpilih sebagai Presiden Dewan Pengawas dan Penjabat Wali Kota San Francisco hingga tahun lalu. Posisi terakhir inilah yang semakin mendekatkannya ke posisi wali kota.
Kiprahnya di dunia politik juga menuai banyak pujian. Kandidat wali kota yang dikalahkannya, Mark Leno, memuji penampilan dan kinerja Breed. “Dia adalah wanita muda yang luar biasa dan dia akan melakukan pekerjaan yang sangat bagus,” ungkapnya, dikutip The Guardian. Begitu juga kandidat lainnya, Jane Kim.
“Saya bangga tinggal di kota terbesar di Amerika dengan seorang wanita sebagai wali kota,” ujarnya. Salah satu hal yang menjadi fokus perhatiannya adalah masalah perumahan. Sebab, Breed mengaku memiliki cerita tersendiri tentang hal ini. Dia mengatakan, kehidupannya sejak kecil sangat susah dan miskin. Karena itu, dia dan keluarganya selalu memiliki masalah dengan rumah.
Menurut Newsweek, Breed dilahirkan dan dibesarkan di San Francisco oleh mendiang neneknya, Comelia Brown, yang miskin di perumahan umum berkualitas rendah. Saudara kandungnya memiliki masalah narkoba, lalu saudara perempuannya meninggal karena overdosis pada 2006 dan saudara lelakinya saat ini berada di penjara.
“Kerawanan perumahan bukan hanya titik kebijakan abstrak bagi saya. Saya pernah menjalaninya. Ketika saya masih di perguruan tinggi, kami diberi tahu bahwa rumah kami dirobohkan. Terserah saya dan nenek saya, wanita yang merawat saya sepanjang hidup saya dan sekarang perlu dirawat, untuk menemukan tempat tinggal yang baru,” ungkapnya.
Tidak mengherankan, dia sangat kuat tentang kebijakan perumahan. Dilansir Haute Living, sejak menjabat, Breed memiliki tiga prioritas utamanya di San Francisco, yakni perumahan, tunawisma, dan keselamatan publik. Dia telah menambah sekitar 5.000 unit rumah baru.
(don)