Minggu Paskah Berdarah, 137 Tewas dalam Ledakan di Sri Lanka
A
A
A
KOLOMBO - Ledakan bom di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Sri Lanka pada Hari Paskah menewaskan setidaknya 137 orang tewas di Sri Lanka.
Sumber di kepolisian Sri Lanka mengatakan setidaknya 45 orang telah tewas di Kolombo, tempat tiga hotel dan sebuah gereja dihantam ledakan. Sementara 67 lainnya tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja di Negombo di utara ibukota, dan 25 lainnya tewas di sebuah gereja di kota Batticaloa, di sebalah timur negara itu.
Motif dari ledakan itu tidak diketahui dan tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.
Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, dalam pidatonya mengatakan dia terkejut dengan ledakan tersebut dan meminta warganya untuk tetap tenang.
"Saya mengutuk keras serangan pengecut terhadap rakyat kita hari ini," tulis Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe di Twitter.
"Saya menyerukan kepada semua orang Sri Lanka selama masa tragis ini untuk tetap bersatu dan kuat. Harap hindari menyebarkan laporan dan spekulasi yang tidak diverifikasi. Pemerintah mengambil langkah segera untuk mengatasi situasi ini," imbaunya seperti dikutip dari AFP, Minggu (21/4/2019).
Ledakan pertama dilaporkan terjadi di Gereja St. Anthony - sebuah gereja di Kolombo - dan Gereja St. Sebastian di kota Negombo di luar ibukota.
Seorang pejabat kepada AFP mengatakan belasan orang yang terluka dalam ledakan di Gereja St. Anthony membanjiri Rumah Sakit Nasional Kolombo pada pagi hari.
"Serangan bom ke gereja kami, silakan datang dan bantu jika anggota keluarga Anda ada di sana," bunyi sebuah posting dalam bahasa Inggris di halaman Facebook Gereja St. Sebastian yang berada di Katuwapitiya di Negombo.
Tak lama setelah ledakan-ledakan itu dilaporkan, polisi mengkonfirmasi tiga hotel di ibukota itu juga telah diguncang ledakan, bersama dengan sebuah gereja di Batticaloa.
Seorang pejabat di salah satu hotel, Cinnamon Grand Hotel dekat kediaman resmi perdana menteri di Kolombo, mengatakan kepada AFP bahwa ledakan itu telah menghancurkan restoran hotel.
Ia mengatakan setidaknya satu orang tewas dalam ledakan itu.
Seorang pejabat di rumah sakit Batticaloa mengatakan kepada AFP bahwa lebih dari 300 orang telah dirawat dengan luka-luka setelah ledakan di sana.
"Pertemuan darurat dilakukan dalam beberapa menit. Operasi penyelamatan sedang berlangsung," Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka, Harsha de Silva, mengatakan dalam sebuah tweet.
Ia mengatakan telah mengunjungi dua hotel yang diserang dan berada di tempat kejadian di Gereja St. Anthony, dan menggambarkan adegan yang mengerikan.
"Saya melihat banyak bagian tubuh berserakan," tweetnya, menambahkan bahwa ada banyak korban termasuk orang asing.
"Harap tetap tenang dan di dalam ruangan," tambahnya.
Foto yang beredar di media sosial menunjukkan atap sebuah gereja hampir meledak dalam ledakan itu.
Lantainya dipenuhi campuran genteng, serpihan kayu dan darah. Beberapa orang terlihat berlumuran darah, dengan beberapa berusaha membantu mereka yang mengalami cedera lebih serius.
Namun gambar tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Hanya sekitar enam persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang beragama Buddha adalah Katolik, tetapi agama dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari kelompok etnis Tamil dan mayoritas Sinhala.
Sumber di kepolisian Sri Lanka mengatakan setidaknya 45 orang telah tewas di Kolombo, tempat tiga hotel dan sebuah gereja dihantam ledakan. Sementara 67 lainnya tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja di Negombo di utara ibukota, dan 25 lainnya tewas di sebuah gereja di kota Batticaloa, di sebalah timur negara itu.
Motif dari ledakan itu tidak diketahui dan tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.
Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, dalam pidatonya mengatakan dia terkejut dengan ledakan tersebut dan meminta warganya untuk tetap tenang.
"Saya mengutuk keras serangan pengecut terhadap rakyat kita hari ini," tulis Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe di Twitter.
"Saya menyerukan kepada semua orang Sri Lanka selama masa tragis ini untuk tetap bersatu dan kuat. Harap hindari menyebarkan laporan dan spekulasi yang tidak diverifikasi. Pemerintah mengambil langkah segera untuk mengatasi situasi ini," imbaunya seperti dikutip dari AFP, Minggu (21/4/2019).
Ledakan pertama dilaporkan terjadi di Gereja St. Anthony - sebuah gereja di Kolombo - dan Gereja St. Sebastian di kota Negombo di luar ibukota.
Seorang pejabat kepada AFP mengatakan belasan orang yang terluka dalam ledakan di Gereja St. Anthony membanjiri Rumah Sakit Nasional Kolombo pada pagi hari.
"Serangan bom ke gereja kami, silakan datang dan bantu jika anggota keluarga Anda ada di sana," bunyi sebuah posting dalam bahasa Inggris di halaman Facebook Gereja St. Sebastian yang berada di Katuwapitiya di Negombo.
Tak lama setelah ledakan-ledakan itu dilaporkan, polisi mengkonfirmasi tiga hotel di ibukota itu juga telah diguncang ledakan, bersama dengan sebuah gereja di Batticaloa.
Seorang pejabat di salah satu hotel, Cinnamon Grand Hotel dekat kediaman resmi perdana menteri di Kolombo, mengatakan kepada AFP bahwa ledakan itu telah menghancurkan restoran hotel.
Ia mengatakan setidaknya satu orang tewas dalam ledakan itu.
Seorang pejabat di rumah sakit Batticaloa mengatakan kepada AFP bahwa lebih dari 300 orang telah dirawat dengan luka-luka setelah ledakan di sana.
"Pertemuan darurat dilakukan dalam beberapa menit. Operasi penyelamatan sedang berlangsung," Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka, Harsha de Silva, mengatakan dalam sebuah tweet.
Ia mengatakan telah mengunjungi dua hotel yang diserang dan berada di tempat kejadian di Gereja St. Anthony, dan menggambarkan adegan yang mengerikan.
"Saya melihat banyak bagian tubuh berserakan," tweetnya, menambahkan bahwa ada banyak korban termasuk orang asing.
"Harap tetap tenang dan di dalam ruangan," tambahnya.
Foto yang beredar di media sosial menunjukkan atap sebuah gereja hampir meledak dalam ledakan itu.
Lantainya dipenuhi campuran genteng, serpihan kayu dan darah. Beberapa orang terlihat berlumuran darah, dengan beberapa berusaha membantu mereka yang mengalami cedera lebih serius.
Namun gambar tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Hanya sekitar enam persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang beragama Buddha adalah Katolik, tetapi agama dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari kelompok etnis Tamil dan mayoritas Sinhala.
(ian)