Paus Fransiskus Basuh dan Cium Kaki Para Tahanan
A
A
A
ROMA - Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus (Francis) membasuh dan mencium kaki para tahanan atau narapidana di Roma pada momen Kamis Putih. Menurutnya, apa yang dia lakukan itu merupakan ajaran Yesus.
Paus, di depan ratusan narapidana dan pegawai penjara, mengatakan gerakan Yesus membasuh kaki murid-muridnya adalah suatu tindakan yang dulu diperuntukkan bagi para pelayan dan budak. Ajaran itu, kata Paus, harus ditiru oleh semua umat Kristen, terutama para uskup.
"Aturan Yesus dan aturan Injil adalah untuk melayani orang lain dan tidak mendominasi, (tidak) melakukan kejahatan atau mempermalukan orang lain," kata Paus saat homilinya di Velletri Correctional Facility, 36 mil selatan Roma.
"Gereja meminta uskup untuk meniru gerakan Yesus setiap tahun—setidaknya setahun sekali—pada Kamis Putih," katanya. “Uskup bukan (orang) yang paling penting; uskup harus menjadi pelayan terbesar. Dan kita masing-masing harus menjadi pelayan bagi yang lain," ujarnya.
Menurut Vatikan, ada belasan narapidana yang kakinya dibasuh Paus Francis ketika merayakan Misa Perjamuan Tuhan di penjara. Para narapidana itu terdiri dari sembilan orang Italia dan sisanya dari Brasil, Pantai Gading dan Maroko.
Mengutip Vatican News, Jumat (19/4/2019), rumah-rumah penjara tersebut berisi lebih dari 570 tahanan; 60 persen dari mereka yang dipenjara adalah warga non-Italia.
Misa diadakan di ruangan yang digunakan penjara sebagai teater yang terbungkus tirai putih. Altar, podium, dan patung kayu Maria dihiasi dengan bunga-bunga putih dan kuning.
Ketika Paus Francis memasuki ruangan pada awal Misa, para tahanan tidak bisa menahan kegembiraan mereka. Para tahanan bertepuk tangan dan bersorak setelah melihat Paus.
Dalam homilinya yang singkat sebelum ritual membasuh kaki, paus memberi tahu para tahanan bahwa tindakan mencuci kaki adalah tugas yang hanya diperuntukkan bagi budak yang akan mencuci kaki setiap tamu yang tiba di rumah.
"Namun, Yesus, yang memiliki semua kuasa, dia yang adalah Tuhan, membuat gerakan seorang budak," katanya.
“Ini adalah persaudaraan; persaudaraan selalu rendah hati; itu untuk melayani (orang lain)," papar Paus Francis.
Francis juga mengingat bacaan Injil lain di mana para murid Yesus berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka. "Tanggapan Yesus kepada mereka adalah sesuatu yang menarik yang dapat kita hubungkan dengan gerakan hari ini," katanya.
“Kita juga harus menjadi pelayan. Memang benar bahwa dalam kehidupan ada masalah; kita berdebat di antara kita sendiri, tetapi ini pasti sesuatu yang lewat, fase yang berlalu. Di dalam hati kita, harus selalu ada cinta ini untuk melayani yang lain, untuk melayani orang lain," ujarnya.
Setelah Misa, Maria Donata Iannantuono, direktur fasilitas lembaga pemasyarakatan, berterima kasih kepada Paus Francis atas kunjungannya. Beberapa narapidana dan pegawai penjara juga memberinya hadiah dan surat.
Ketika paus berjalan keluar dari teater, para tahanan berteriak "Viva il papa" ("Hiduplah Paus") dan bertepuk tangan dengan suara keras.
Paus Francis telah menjadikannya tradisi untuk merayakan Kamis Putih dengan orang-orang yang tidak bisa datang ke Vatikan atau Basilika St. John Lateran untuk perayaan tersebut.
Paus, di depan ratusan narapidana dan pegawai penjara, mengatakan gerakan Yesus membasuh kaki murid-muridnya adalah suatu tindakan yang dulu diperuntukkan bagi para pelayan dan budak. Ajaran itu, kata Paus, harus ditiru oleh semua umat Kristen, terutama para uskup.
"Aturan Yesus dan aturan Injil adalah untuk melayani orang lain dan tidak mendominasi, (tidak) melakukan kejahatan atau mempermalukan orang lain," kata Paus saat homilinya di Velletri Correctional Facility, 36 mil selatan Roma.
"Gereja meminta uskup untuk meniru gerakan Yesus setiap tahun—setidaknya setahun sekali—pada Kamis Putih," katanya. “Uskup bukan (orang) yang paling penting; uskup harus menjadi pelayan terbesar. Dan kita masing-masing harus menjadi pelayan bagi yang lain," ujarnya.
Menurut Vatikan, ada belasan narapidana yang kakinya dibasuh Paus Francis ketika merayakan Misa Perjamuan Tuhan di penjara. Para narapidana itu terdiri dari sembilan orang Italia dan sisanya dari Brasil, Pantai Gading dan Maroko.
Mengutip Vatican News, Jumat (19/4/2019), rumah-rumah penjara tersebut berisi lebih dari 570 tahanan; 60 persen dari mereka yang dipenjara adalah warga non-Italia.
Misa diadakan di ruangan yang digunakan penjara sebagai teater yang terbungkus tirai putih. Altar, podium, dan patung kayu Maria dihiasi dengan bunga-bunga putih dan kuning.
Ketika Paus Francis memasuki ruangan pada awal Misa, para tahanan tidak bisa menahan kegembiraan mereka. Para tahanan bertepuk tangan dan bersorak setelah melihat Paus.
Dalam homilinya yang singkat sebelum ritual membasuh kaki, paus memberi tahu para tahanan bahwa tindakan mencuci kaki adalah tugas yang hanya diperuntukkan bagi budak yang akan mencuci kaki setiap tamu yang tiba di rumah.
"Namun, Yesus, yang memiliki semua kuasa, dia yang adalah Tuhan, membuat gerakan seorang budak," katanya.
“Ini adalah persaudaraan; persaudaraan selalu rendah hati; itu untuk melayani (orang lain)," papar Paus Francis.
Francis juga mengingat bacaan Injil lain di mana para murid Yesus berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka. "Tanggapan Yesus kepada mereka adalah sesuatu yang menarik yang dapat kita hubungkan dengan gerakan hari ini," katanya.
“Kita juga harus menjadi pelayan. Memang benar bahwa dalam kehidupan ada masalah; kita berdebat di antara kita sendiri, tetapi ini pasti sesuatu yang lewat, fase yang berlalu. Di dalam hati kita, harus selalu ada cinta ini untuk melayani yang lain, untuk melayani orang lain," ujarnya.
Setelah Misa, Maria Donata Iannantuono, direktur fasilitas lembaga pemasyarakatan, berterima kasih kepada Paus Francis atas kunjungannya. Beberapa narapidana dan pegawai penjara juga memberinya hadiah dan surat.
Ketika paus berjalan keluar dari teater, para tahanan berteriak "Viva il papa" ("Hiduplah Paus") dan bertepuk tangan dengan suara keras.
Paus Francis telah menjadikannya tradisi untuk merayakan Kamis Putih dengan orang-orang yang tidak bisa datang ke Vatikan atau Basilika St. John Lateran untuk perayaan tersebut.
(mas)