Tuduh Kepala Sekolah Memerkosanya, Seorang Siswi Dibakar Hidup-hidup
A
A
A
DHAKA - Seorang siswi di Bangladesh disiram minyak tanah dan dibakar hidup-hidup oleh sekelompok siswa dan siswi di sekolahnya. Serangan terjadi setelah korban menolak mencabut tuduhan bahwa kepala sekolah telah memerkosa dirinya.
Korban yang bernama Nusrat Jahan Rafi dibakar hidup-hidup di atap sekolah. Dia meninggal pada 10 April 2019, lima hari setelah serangan terjadi.
Serangan mengerikan itu direkam dan videonya viral di media sosial. Video itulah yang memicu kemarahan secara meluas.
Mengutip BBC, Kamis (18/4/2019), kejadian itu berlangsung di sebuah sekolah di kota Femi, selatan ibu kota Bangladesh, Dhaka.
Nusrat menderita luka bakar hingga 80 persen dari tubuhnya akibat serangan. Polisi telah menangkap 15 orang, tujuh di antaranya dituduh terlibat langsung dalam serangan itu. Dari 15 orang yang ditahan, dua di antaranya dua pelajar pria.
Sebelum meninggal korban telah membuat rekaman video pengakuan yang diserahkan kepada polisi setempat. Dalam video itu Nusrat mengatakan bahwa pada tanggal 27 Maret 2019 kepala sekolah memanggil dirinya agar datang ke kantornya. Dia mengidentifikasi kepala sekolah bernama Siraj-ud-Daula.
Menurut pengakuan Nusrat, kepala sekolah mulai "menyentuhnya" dengan tidak tepat. Dia mengaku berhasil melarikan diri dari sekolah sebelum pergi ke kantor polisi pada hari yang sama untuk melaporkan apa yang dia sebut sebagai kejahatan.
Laporan ke polisi itu memicu reaksi terhadap korban dan keluarganya, di mana para siswa di sekolah mengadakan rapat umum untuk mendukung kepala sekolah.
Kematian korban memicu kemarahan di daerah setempat. Massa turun ke jalan untuk menuntut polisi menangkap mereka yang bertanggung jawab atas insiden tragis itu.
Menurut laporan media lokal, dalam video yang direkam setelah serangan itu, korban mengatakan empat atau lima orang yang mengenakan burqa memikatnya ke atap sekolah, kemudian menyiramnya dengan minyak tanah, dan membakarnya.
Para tersangka diduga berusaha membuat insiden itu terlihat seperti aksi bunuh diri. Namun, korban yang mampu bertahan menggunakan ponsel milik saudaranya untuk merekam serangan yang dia alami.
Perdana Menteri Sheikh Hasina telah bertemu keluarga Nusrat di Dhaka dan bersumpah bahwa tidak ada pelaku yang akan dibebaskan dari tindakan hukum.
Upacara pemakaman Nusrat diadakan pada hari Kamis di kota kelahirannya di Uttar Charsandia. "Kami puas dengan kemajuan penyelidikan, tetapi pengadilan yang cepat adalah suatu keharusan," kata ayah korban, Musa Manik.
Korban yang bernama Nusrat Jahan Rafi dibakar hidup-hidup di atap sekolah. Dia meninggal pada 10 April 2019, lima hari setelah serangan terjadi.
Serangan mengerikan itu direkam dan videonya viral di media sosial. Video itulah yang memicu kemarahan secara meluas.
Mengutip BBC, Kamis (18/4/2019), kejadian itu berlangsung di sebuah sekolah di kota Femi, selatan ibu kota Bangladesh, Dhaka.
Nusrat menderita luka bakar hingga 80 persen dari tubuhnya akibat serangan. Polisi telah menangkap 15 orang, tujuh di antaranya dituduh terlibat langsung dalam serangan itu. Dari 15 orang yang ditahan, dua di antaranya dua pelajar pria.
Sebelum meninggal korban telah membuat rekaman video pengakuan yang diserahkan kepada polisi setempat. Dalam video itu Nusrat mengatakan bahwa pada tanggal 27 Maret 2019 kepala sekolah memanggil dirinya agar datang ke kantornya. Dia mengidentifikasi kepala sekolah bernama Siraj-ud-Daula.
Menurut pengakuan Nusrat, kepala sekolah mulai "menyentuhnya" dengan tidak tepat. Dia mengaku berhasil melarikan diri dari sekolah sebelum pergi ke kantor polisi pada hari yang sama untuk melaporkan apa yang dia sebut sebagai kejahatan.
Laporan ke polisi itu memicu reaksi terhadap korban dan keluarganya, di mana para siswa di sekolah mengadakan rapat umum untuk mendukung kepala sekolah.
Kematian korban memicu kemarahan di daerah setempat. Massa turun ke jalan untuk menuntut polisi menangkap mereka yang bertanggung jawab atas insiden tragis itu.
Menurut laporan media lokal, dalam video yang direkam setelah serangan itu, korban mengatakan empat atau lima orang yang mengenakan burqa memikatnya ke atap sekolah, kemudian menyiramnya dengan minyak tanah, dan membakarnya.
Para tersangka diduga berusaha membuat insiden itu terlihat seperti aksi bunuh diri. Namun, korban yang mampu bertahan menggunakan ponsel milik saudaranya untuk merekam serangan yang dia alami.
Perdana Menteri Sheikh Hasina telah bertemu keluarga Nusrat di Dhaka dan bersumpah bahwa tidak ada pelaku yang akan dibebaskan dari tindakan hukum.
Upacara pemakaman Nusrat diadakan pada hari Kamis di kota kelahirannya di Uttar Charsandia. "Kami puas dengan kemajuan penyelidikan, tetapi pengadilan yang cepat adalah suatu keharusan," kata ayah korban, Musa Manik.
(mas)