Citra Satelit: Korut Memproses Ulang Bahan Bakar Bom Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah citra satelit menunjukkan aktivitas di situs nuklir utama Korea Utara (Korut) yang dikaitkan dengan pemrosesan ulang bahan radioaktif menjadi bahan bakar bom. Analisis gambar satelit itu diumumkan kelompok think tank Amerika Serikat (AS).
Setiap kegiatan pemrosesan ulang bahan bakar bom nuklir oleh rezim Korea Utara akan menggarisbawahi kegagalan pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi pada akhir Februari lalu. Pertemuan itu berakhir tanpa ada kesepakatan penting menuju denuklirisasi Korea Utara.
Center for Strategic and International Studies (CSIS) kelompok think tank yang berbasis di Washington mengatakan dalam sebuah laporan bahwa citra satelit dari situs nuklir Yongbyon, Korea Utara, diambil mulai 12 April. Gambarnya menunjukkan lima gerbong khusus di dekat Fasilitas Pengayaan Uranium dan Laboratorium Radiokimia.
Menurut laporan tersebut, gerakan gerbong-gerbong di situs itu dapat mengindikasikan transfer bahan radioaktif.
"Di masa lalu, kereta api khusus ini telah dikaitkan dengan pergerakan bahan radioaktif atau kegiatan pemrosesan ulang," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Rabu (17/4/2019).
"Aktivitas saat ini, bersama dengan konfigurasinya, tidak mengesampingkan kemungkinan keterlibatan mereka dalam aktivitas tersebut, baik sebelum atau setelah kegiatan pemrosesan ulang."
Jenny Town, seorang ahli Korea Utara di kelompok think tank Stimson Center, mengatakan bahwa jika proses ulang sedang berlangsung, itu akan menjadi perkembangan yang signifikan mengingat pembicaraan AS-Korea Utara pada tahun lalu dan kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Hanoi tentang masa depan situs Yongbyon.
"Karena tidak ada kesepakatan dengan Korea Utara tentang Yongbyon, itu akan menjadi waktu yang menarik jika mereka memulai sesuatu dengan begitu cepat setelah (pertemuan) Hanoi," katanya.
Trump telah bertemu Kim dua kali dalam setahun terakhir untuk mencoba membujuknya agar meninggalkan program senjata nuklir yang mengancam Amerika Serikat, tetapi kemajuan sejauh ini masih sedikit.
Pembicaraan Hanoi gagal setelah Trump mengusulkan "kesepakatan besar" di mana sanksi terhadap Korea Utara akan dicabut jika negara itu menyerahkan semua senjata nuklir dan bahan fisilnya ke Amerika Serikat. Trump menolak langkah denuklirisasi parsial yang ditawarkan oleh Kim Jong-un, yang termasuk tawaran untuk membongkar situs Yongbyon.
Meskipun Kim telah mempertahankan komitmennya untuk menangguhkan uji coba rudal dan senjata nuklir sejak 2017, para pejabat AS mengatakan Korea Utara terus memproduksi bahan fisil yang dapat diproses untuk digunakan dalam bom.
Bulan lalu, seorang pejabat senior Korea Utara memperingatkan bahwa Kim Jong-un mungkin akan memikirkan kembali penangguhan uji coba rudal dan senjata nuklir kecuali Washington membuat konsesi.
Pekan lalu, Kim Jong-un mengatakan "gangguan" di Hanoi meningkatkan risiko menghidupkan kembali ketegangan. Dia mengaku hanya tertarik untuk bertemu Trump lagi jika Amerika Serikat datang dengan sikap yang benar.
Town mengatakan setiap pekerjaan pemrosesan ulang bahan radioaktif di Yongbyon akan menekankan pentingnya fasilitas dalam program nuklir Korea Utara.
"Ini akan menggarisbawahi bahwa itu adalah fasilitas aktif yang meningkatkan stok bahan fisil Korea Utara untuk meningkatkan arsenalnya."
Setiap kegiatan pemrosesan ulang bahan bakar bom nuklir oleh rezim Korea Utara akan menggarisbawahi kegagalan pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hanoi pada akhir Februari lalu. Pertemuan itu berakhir tanpa ada kesepakatan penting menuju denuklirisasi Korea Utara.
Center for Strategic and International Studies (CSIS) kelompok think tank yang berbasis di Washington mengatakan dalam sebuah laporan bahwa citra satelit dari situs nuklir Yongbyon, Korea Utara, diambil mulai 12 April. Gambarnya menunjukkan lima gerbong khusus di dekat Fasilitas Pengayaan Uranium dan Laboratorium Radiokimia.
Menurut laporan tersebut, gerakan gerbong-gerbong di situs itu dapat mengindikasikan transfer bahan radioaktif.
"Di masa lalu, kereta api khusus ini telah dikaitkan dengan pergerakan bahan radioaktif atau kegiatan pemrosesan ulang," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Rabu (17/4/2019).
"Aktivitas saat ini, bersama dengan konfigurasinya, tidak mengesampingkan kemungkinan keterlibatan mereka dalam aktivitas tersebut, baik sebelum atau setelah kegiatan pemrosesan ulang."
Jenny Town, seorang ahli Korea Utara di kelompok think tank Stimson Center, mengatakan bahwa jika proses ulang sedang berlangsung, itu akan menjadi perkembangan yang signifikan mengingat pembicaraan AS-Korea Utara pada tahun lalu dan kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Hanoi tentang masa depan situs Yongbyon.
"Karena tidak ada kesepakatan dengan Korea Utara tentang Yongbyon, itu akan menjadi waktu yang menarik jika mereka memulai sesuatu dengan begitu cepat setelah (pertemuan) Hanoi," katanya.
Trump telah bertemu Kim dua kali dalam setahun terakhir untuk mencoba membujuknya agar meninggalkan program senjata nuklir yang mengancam Amerika Serikat, tetapi kemajuan sejauh ini masih sedikit.
Pembicaraan Hanoi gagal setelah Trump mengusulkan "kesepakatan besar" di mana sanksi terhadap Korea Utara akan dicabut jika negara itu menyerahkan semua senjata nuklir dan bahan fisilnya ke Amerika Serikat. Trump menolak langkah denuklirisasi parsial yang ditawarkan oleh Kim Jong-un, yang termasuk tawaran untuk membongkar situs Yongbyon.
Meskipun Kim telah mempertahankan komitmennya untuk menangguhkan uji coba rudal dan senjata nuklir sejak 2017, para pejabat AS mengatakan Korea Utara terus memproduksi bahan fisil yang dapat diproses untuk digunakan dalam bom.
Bulan lalu, seorang pejabat senior Korea Utara memperingatkan bahwa Kim Jong-un mungkin akan memikirkan kembali penangguhan uji coba rudal dan senjata nuklir kecuali Washington membuat konsesi.
Pekan lalu, Kim Jong-un mengatakan "gangguan" di Hanoi meningkatkan risiko menghidupkan kembali ketegangan. Dia mengaku hanya tertarik untuk bertemu Trump lagi jika Amerika Serikat datang dengan sikap yang benar.
Town mengatakan setiap pekerjaan pemrosesan ulang bahan radioaktif di Yongbyon akan menekankan pentingnya fasilitas dalam program nuklir Korea Utara.
"Ini akan menggarisbawahi bahwa itu adalah fasilitas aktif yang meningkatkan stok bahan fisil Korea Utara untuk meningkatkan arsenalnya."
(mas)