Warga Fukushima Diizinkan Kembali
A
A
A
OKUMA - Kota Okuma di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi telah dibuka kembali sebagian untuk publik. Keputusan ini diambil setelah delapan tahun krisis nuklir memaksa puluhan ribu orang di kota itu mengungsi.
Sekitar 40% wilayah Okuma yang terletak di barat PLTN, dinyatakan aman bagi warga yang ingin kembali secara permanen setelah upaya dekontaminasi mampu mengurangi tingkat radiasi. Meski demikian, berbagai laporan media menyebutkan hanya 367 orang dari Okuma yang terdaftar sebagai penduduk. Padahal sebelum bencana, kota itu dihuni 10.341 orang. Data itu menunjukkan sangat sedikit orang yang bersedia kembali ke wilayah yang telah ditinggalkan sejak gempa bumi dan tsunami memicu krisis nuklir pada Maret 2011.
Sebagian besar wilayah Okuma masih ditutup karena tingkat radiasi yang tinggi. Warga telah diizinkan mengunjungi kota itu pada siang hari untuk menjaga rumah mereka tapi kantor berita Kyodo menyatakan hanya 48 orang dari 21 keluarga yang sejauh ini mendaftar untuk tinggal di rumahnya pada malam hari. Para pejabat lokal berharap pembukaan balai kota baru dan proyek infrastruktur baru akan meyakinkan lebih banyak orang untuk kembali ke Okuma.
Walikota Okuma Toshitsuna Watanabe menyatakan jumlah warga yang akan kembali ke kota itu diperkirakan terus bertambah. “Ini baru awal. Ini tonggak sejarah besar untuk kota ini. Tapi ini bukan tujuan, tapi awal menuju pencabutan perintah evakuasi untuk seluruh kota,” papar dia, dilansir Reuters.
Bencana pada Maret 2011 itu menghancurkan PLTN Fukushima Daiichi dan membuat warga Okuma serta Futaba di pantai Pasifik harus mengungsi. Lebih dari 160.000 orang mengungsi akibat krisis nuklir terburuk di dunia dalam seperempat abad itu. Sejak musibah itu, wilayah terlarang terus berkurang luasnya dan menyisakan sekitar 339 km persegi yang belum aman ditinggali.
Kekhawatiran tentang dampak kesehatan akibat paparan radiasi masih tinggi di antara warga dari wilayah dekat PLTN, terutama keluarga dengan anak-anak. Survei yang dilakukan surat kabar Asahi dan penyiaran lokal menyatakan hampir dua pertiga warga yang mengungsi merasa khawatir dengan radiasi meski para pejabat mengklaim dekontaminasi telah berhasil.
Sebagian wilayah Okuma masih digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara jutaan meter kubik tanah beracun yang dikumpulkan selama dekontaminasi untuk mengurangi tingkat radiasi yang memungkinkan puluhan ribu warga kembali ke rumahnya. Pemerintah berjanji memindahkan tanah beracun itu keluar dari wilayah Fukushima pada 2045 tapi belum menemukan tempat penyimpanan permanen.
Pembatasan wilayah masih diterapkan di beberapa lokasi dekat PLTN, termasuk sebagian besar Okuma dan Futaba. Lebih dari 40.000 orang masih belum bisa kembali ke rumahnya pada Maret dan banyak yang rumahnya telah dinyatakan aman, memutuskan tidak kembali lagi.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe akan menghadiri upacara menandai pencabutan sebagian perintah evakuasi di Okuma pada Minggu (14/4). “Abe yang mendorong diaktifkannya kembali reaktor nuklir di Fukushima diperkirakan mengunjungi PLTN itu untuk pertama kali dalam lebih dari lima tahun,” ungkap kantor berita Kyodo.
Abe tampaknya ingin menunjukkan bahwa hidup di Fukushima kembali normal menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Saat Jepang memperingati ulang tahun kedelapan bencana itu bulan lalu, investigasi Greenpeace mengungkap tingkat radiasi tinggi di sejumlah wilayah yang dinyatakan aman dan menuduh pemerintah mengelabui komunitas internasional tentang berbagai risiko yang dihadapi warga yang kembali dan para pekerja dekontaminasi.
Sementara, otoritas Jepang menghadapi tantangan baru untuk membersihkan 1 juta ton air terkontaminasi radiasi yang masih harus disimpan. Air sebanyak itu harus disimpan selama bertahun-tahun di fasilitas PLTN itu. Tahun lalu, pengelola PLTN, Tokyo Electric Power Co menyatakan sistem untuk membersihkan air terkontaminasi itu gagal membuang kontaminan radioaktif berbahaya. Itu artinya, air yang disimpan dalam 1.000 tangki di sekitar PLTN itu perlu diproses ulang sebelum dibuang ke laut. Skenario itu tampaknya yang paling mungkin dilakukan untuk membersihkan PLTN tersebut. (Syarifudin)
Sekitar 40% wilayah Okuma yang terletak di barat PLTN, dinyatakan aman bagi warga yang ingin kembali secara permanen setelah upaya dekontaminasi mampu mengurangi tingkat radiasi. Meski demikian, berbagai laporan media menyebutkan hanya 367 orang dari Okuma yang terdaftar sebagai penduduk. Padahal sebelum bencana, kota itu dihuni 10.341 orang. Data itu menunjukkan sangat sedikit orang yang bersedia kembali ke wilayah yang telah ditinggalkan sejak gempa bumi dan tsunami memicu krisis nuklir pada Maret 2011.
Sebagian besar wilayah Okuma masih ditutup karena tingkat radiasi yang tinggi. Warga telah diizinkan mengunjungi kota itu pada siang hari untuk menjaga rumah mereka tapi kantor berita Kyodo menyatakan hanya 48 orang dari 21 keluarga yang sejauh ini mendaftar untuk tinggal di rumahnya pada malam hari. Para pejabat lokal berharap pembukaan balai kota baru dan proyek infrastruktur baru akan meyakinkan lebih banyak orang untuk kembali ke Okuma.
Walikota Okuma Toshitsuna Watanabe menyatakan jumlah warga yang akan kembali ke kota itu diperkirakan terus bertambah. “Ini baru awal. Ini tonggak sejarah besar untuk kota ini. Tapi ini bukan tujuan, tapi awal menuju pencabutan perintah evakuasi untuk seluruh kota,” papar dia, dilansir Reuters.
Bencana pada Maret 2011 itu menghancurkan PLTN Fukushima Daiichi dan membuat warga Okuma serta Futaba di pantai Pasifik harus mengungsi. Lebih dari 160.000 orang mengungsi akibat krisis nuklir terburuk di dunia dalam seperempat abad itu. Sejak musibah itu, wilayah terlarang terus berkurang luasnya dan menyisakan sekitar 339 km persegi yang belum aman ditinggali.
Kekhawatiran tentang dampak kesehatan akibat paparan radiasi masih tinggi di antara warga dari wilayah dekat PLTN, terutama keluarga dengan anak-anak. Survei yang dilakukan surat kabar Asahi dan penyiaran lokal menyatakan hampir dua pertiga warga yang mengungsi merasa khawatir dengan radiasi meski para pejabat mengklaim dekontaminasi telah berhasil.
Sebagian wilayah Okuma masih digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara jutaan meter kubik tanah beracun yang dikumpulkan selama dekontaminasi untuk mengurangi tingkat radiasi yang memungkinkan puluhan ribu warga kembali ke rumahnya. Pemerintah berjanji memindahkan tanah beracun itu keluar dari wilayah Fukushima pada 2045 tapi belum menemukan tempat penyimpanan permanen.
Pembatasan wilayah masih diterapkan di beberapa lokasi dekat PLTN, termasuk sebagian besar Okuma dan Futaba. Lebih dari 40.000 orang masih belum bisa kembali ke rumahnya pada Maret dan banyak yang rumahnya telah dinyatakan aman, memutuskan tidak kembali lagi.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe akan menghadiri upacara menandai pencabutan sebagian perintah evakuasi di Okuma pada Minggu (14/4). “Abe yang mendorong diaktifkannya kembali reaktor nuklir di Fukushima diperkirakan mengunjungi PLTN itu untuk pertama kali dalam lebih dari lima tahun,” ungkap kantor berita Kyodo.
Abe tampaknya ingin menunjukkan bahwa hidup di Fukushima kembali normal menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Saat Jepang memperingati ulang tahun kedelapan bencana itu bulan lalu, investigasi Greenpeace mengungkap tingkat radiasi tinggi di sejumlah wilayah yang dinyatakan aman dan menuduh pemerintah mengelabui komunitas internasional tentang berbagai risiko yang dihadapi warga yang kembali dan para pekerja dekontaminasi.
Sementara, otoritas Jepang menghadapi tantangan baru untuk membersihkan 1 juta ton air terkontaminasi radiasi yang masih harus disimpan. Air sebanyak itu harus disimpan selama bertahun-tahun di fasilitas PLTN itu. Tahun lalu, pengelola PLTN, Tokyo Electric Power Co menyatakan sistem untuk membersihkan air terkontaminasi itu gagal membuang kontaminan radioaktif berbahaya. Itu artinya, air yang disimpan dalam 1.000 tangki di sekitar PLTN itu perlu diproses ulang sebelum dibuang ke laut. Skenario itu tampaknya yang paling mungkin dilakukan untuk membersihkan PLTN tersebut. (Syarifudin)
(nfl)