Tak Terima Kalah, Partai Erdogan Minta Pilkada Ulang
A
A
A
ISTANBUL - Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpin Presiden Tayyip Erdogan akan menuntut pemilihan kepala daerah (pilkada) di Istanbul di ulang. Tuntutan itu dilakukan setelah permintaannya untuk penghitungan ulang hasil pilkada pada 31 Maret lalu ditolak. AKP dinyatakan kalah dari partai oposisi dalam pilkada tersebut.
Hasil awal menunjukkan partai oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) memenangkan pilkada walikota di kota terbesar Turki itu. Kemenangan ini mengakhiri 25 tahun kekuasaan AKP dan pemimpinnya yang Islamis di kota tersebut.
Sejak pemungutan suara, AKP telah mengajukan serangkaian permintaan penghitungan ulang. Puncaknya, semalam, Dewan Pemilihan Tinggi (YSK) menolak permintaan untuk menghitung ulang semua suara di 31 distrik Istanbul, kata perwakilan AKP di YSK.
YSK hanya menyetujui penghitungan ulang 51 kotak suara, yang tersebar di 21 dari total 39 distrik kota. AKP menyebut keputusan ini "tak terduga".
Berbicara kepada wartawan di Istanbul, Wakil Ketua AKP Ali Ihsan Yavuz mengatakan partainya akan mengajukan banding luar biasa kepada YSK untuk pilkada ulang di Istanbul atas apa yang dikatakannya sebagai kecurangan secara langsung yang mempengaruhi hasil.
“Kami akan mengajukan banding luar biasa kami hari ini. Kami akan mengatakan bahwa ada peristiwa yang secara langsung berdampak pada hasil pemilu dan bahwa kami menuntut pilkada ulang di Istanbul,” kata Yavuz seperti dikutip dari Reuters, Selasa (9/4/2019).
Dia kemudian mentweet bahwa banding bisa terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Yavuz mengatakan jika YSK menolak banding partai untuk memperbarui suara, keraguan atas pilkada akan tetap terjado sampai pilkada berikutnya yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang.
Sementara kandidat Wali Kota Istanbul dari CHP, Ekrem Imamoglu, meminta YSK untuk menyelesaikan hasil pilkada sesegera mungkin. Ia mengatakan AKP yang harus disalahkan atas ketidakpastian seputar pilkada.
"Jika mereka mencari pelaku, mereka harus melihat ke cermin. Lihat di cermin jika Anda ingin melihat siapa yang bertanggung jawab untuk ini,” ujarnya.
CHP sendiri melalui juru bicaranya mengatakan banding AKP melanggar hukum.
“Anda mengeluh dan mengajukan banding tanpa henti, dan ini menunjukkan salah satu dari dua hal. Entah Anda sangat tidak kompeten sehingga Anda bahkan tidak bisa mendapatkan pemilihan yang tepat, atau Anda adalah pecundang yang parah sehingga Anda tidak dapat menerima kekalahan," kata juru bicara CHP Faik Oztrak.
Keputusan YSK tentang banding AKP untuk pilkada baru di Istanbul akan bersifat final. Jika ditolak, penghitungan ulang yang sedang berlangsung di seluruh kota akan selesai dan hasilnya diselesaikan.
Jika banding diterima, pilkada ulang di Istanbul akan diadakan pada hari Minggu pertama 60 hari setelah pemilihan awal, yang berarti jatuh pada 2 Juni.
Kekalahan di Istanbul, jika dikonfirmasi, akan menjadi kemunduran bagi upaya Erdogan untuk menarik Turki keluar dari resesi. Ia telah mendominasi politik Turki selama lebih dari 16 tahun di belakang pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjustifikasi seruannya untuk penghitungan ulang dan untuk menjalankan kembali pemilu secara penuh, AKP mengatakan ada penunjukan perwakilan secara ilegal di kotak suara dan penyimpangan di seluruh kota.
Selain di Istanbul, partai Erdogan juga kehilang kursi Wali Kota di Ibu Kota Ankara oleh kandidat CHP Mansur Yavas meskipun menuntut penghitungan ulang di seluruh kota. Yavas menerima mandatnya pada hari Senin setelah YSK menguatkan hasil awal pilkada.
Erdogan pun bereaksi atas kekalahan ini. Pada awal pekan ini, Erdogan mengatakan pemilihan lokal dinodai oleh "kejahatan terorganisir" di kotak suara di Istanbul. Pernyataan ini meningkatkan kemungkinan pilkada ulang di kota dengan populasi sekitar 15 juta penduduk itu.
Erdogan mengatakan skala penyimpangan yang diungkap partainya berarti margin suara di antara dua kandidat teratas Istanbul, saat ini kurang dari 15.000 di kota dengan 10 juta pemilih, terlalu sempit bagi oposisi untuk mengklaim kemenangan.
Namun, kandidat AKP dan mantan perdana menteri Binali Yildirim telah menyatakan kemenangan dengan sekitar 3.000 suara di Istanbul pada malam pemilihan, sebelum mengakui bahwa Imamoglu memimpin.
Hasil awal menunjukkan partai oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) memenangkan pilkada walikota di kota terbesar Turki itu. Kemenangan ini mengakhiri 25 tahun kekuasaan AKP dan pemimpinnya yang Islamis di kota tersebut.
Sejak pemungutan suara, AKP telah mengajukan serangkaian permintaan penghitungan ulang. Puncaknya, semalam, Dewan Pemilihan Tinggi (YSK) menolak permintaan untuk menghitung ulang semua suara di 31 distrik Istanbul, kata perwakilan AKP di YSK.
YSK hanya menyetujui penghitungan ulang 51 kotak suara, yang tersebar di 21 dari total 39 distrik kota. AKP menyebut keputusan ini "tak terduga".
Berbicara kepada wartawan di Istanbul, Wakil Ketua AKP Ali Ihsan Yavuz mengatakan partainya akan mengajukan banding luar biasa kepada YSK untuk pilkada ulang di Istanbul atas apa yang dikatakannya sebagai kecurangan secara langsung yang mempengaruhi hasil.
“Kami akan mengajukan banding luar biasa kami hari ini. Kami akan mengatakan bahwa ada peristiwa yang secara langsung berdampak pada hasil pemilu dan bahwa kami menuntut pilkada ulang di Istanbul,” kata Yavuz seperti dikutip dari Reuters, Selasa (9/4/2019).
Dia kemudian mentweet bahwa banding bisa terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Yavuz mengatakan jika YSK menolak banding partai untuk memperbarui suara, keraguan atas pilkada akan tetap terjado sampai pilkada berikutnya yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang.
Sementara kandidat Wali Kota Istanbul dari CHP, Ekrem Imamoglu, meminta YSK untuk menyelesaikan hasil pilkada sesegera mungkin. Ia mengatakan AKP yang harus disalahkan atas ketidakpastian seputar pilkada.
"Jika mereka mencari pelaku, mereka harus melihat ke cermin. Lihat di cermin jika Anda ingin melihat siapa yang bertanggung jawab untuk ini,” ujarnya.
CHP sendiri melalui juru bicaranya mengatakan banding AKP melanggar hukum.
“Anda mengeluh dan mengajukan banding tanpa henti, dan ini menunjukkan salah satu dari dua hal. Entah Anda sangat tidak kompeten sehingga Anda bahkan tidak bisa mendapatkan pemilihan yang tepat, atau Anda adalah pecundang yang parah sehingga Anda tidak dapat menerima kekalahan," kata juru bicara CHP Faik Oztrak.
Keputusan YSK tentang banding AKP untuk pilkada baru di Istanbul akan bersifat final. Jika ditolak, penghitungan ulang yang sedang berlangsung di seluruh kota akan selesai dan hasilnya diselesaikan.
Jika banding diterima, pilkada ulang di Istanbul akan diadakan pada hari Minggu pertama 60 hari setelah pemilihan awal, yang berarti jatuh pada 2 Juni.
Kekalahan di Istanbul, jika dikonfirmasi, akan menjadi kemunduran bagi upaya Erdogan untuk menarik Turki keluar dari resesi. Ia telah mendominasi politik Turki selama lebih dari 16 tahun di belakang pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjustifikasi seruannya untuk penghitungan ulang dan untuk menjalankan kembali pemilu secara penuh, AKP mengatakan ada penunjukan perwakilan secara ilegal di kotak suara dan penyimpangan di seluruh kota.
Selain di Istanbul, partai Erdogan juga kehilang kursi Wali Kota di Ibu Kota Ankara oleh kandidat CHP Mansur Yavas meskipun menuntut penghitungan ulang di seluruh kota. Yavas menerima mandatnya pada hari Senin setelah YSK menguatkan hasil awal pilkada.
Erdogan pun bereaksi atas kekalahan ini. Pada awal pekan ini, Erdogan mengatakan pemilihan lokal dinodai oleh "kejahatan terorganisir" di kotak suara di Istanbul. Pernyataan ini meningkatkan kemungkinan pilkada ulang di kota dengan populasi sekitar 15 juta penduduk itu.
Erdogan mengatakan skala penyimpangan yang diungkap partainya berarti margin suara di antara dua kandidat teratas Istanbul, saat ini kurang dari 15.000 di kota dengan 10 juta pemilih, terlalu sempit bagi oposisi untuk mengklaim kemenangan.
Namun, kandidat AKP dan mantan perdana menteri Binali Yildirim telah menyatakan kemenangan dengan sekitar 3.000 suara di Istanbul pada malam pemilihan, sebelum mengakui bahwa Imamoglu memimpin.
(ian)