Alasan Yeo Bee Yi Memilih Politik
A
A
A
“Kenapa kamu terlibat atau masuk dalam politik?”, Yeo Bee Yin ingat betul banyak yang menanyakan hal ini kepadanya. Mulai dari keluarga, teman-teman, dan banyak orang lain. Yeo mengatakan ceritanya pnajang. Namun ada beberapa poin yang membuatnya masuk ke dalam dunia politik. Berikut diantaranya menurut situs pribadinya yeobeeyin.com.
Benih Cinta
Semuanya dimulai pada 2001 dengan gerakan Puasa dan Doa 40-hari untuk Malaysia, yang diselenggarakan National Evangelical Christian Fellowship (NECF). Kala itu, Yeo yang berumur 18 tahun duduk di bangku kuliah tahun pertama di University Technology Petronas (UTP). “Tidak tahu mengapa, saya merasakan urgensi untuk berdoa bagi Malaysia. Sejak itu, saya mulai melihat Malaysia dengan sangat berbeda dan mulai menabur benih cinta untuk bangsa ini,” terangnya.
Mimpi ke Luar Negeri
Dia mengaku dirinya adalah gadis ‘kampung’ yang bermimpi pergi ke luar negeri untuk belajar, bekerja, dan melihat dunia.
Tawaran Magang
Mimpi dia untuk ke luar negeri terwujud ketika ditawari penempatan magang 6 bulan di situs kimia terbesar dunia BASF di Ludwigshafen, Jerman pada 2005. Dia menjadi mahasiswa Teknik kimia pertama di UTP yang mendapatkan tawaran itu. Di Jerman dia melakukan interaksi dengan pasukan Amerika di RRBC, dan mulai mengerti apa arti demokrasi, kebebasan, dan patriotism.
Di sini pula dia mulai mempertanyakan mengapa di Malaysia kami tidak mempelajari sejarah dunia yang lebih lengkap, sistem politik yang berbeda, berbagai ideologi, seni dan budaya? Kita juga tidak diajarkan untuk berpikir secara kritis dan objektif.
Setelah magang, dia kembali ke Malaysia untuk menyelesaikan studi di UTP dan lulus pada tahun 2006. Sebelum lulus, dia menerima tawaran dari universitas impiannya, Universitas Cambridge, untuk program yang disebut MPhil dalam Teknik Kimia Lanjutan.
Kesempatan Kerja
Dia mendapatkan kesempatan kerja di Turkmenistan selama 2 tahun. Dia juga menghabiskan 3 bulan di Alexandria, Mesir dan beberapa waktu di Baku, Azerbajian untuk tugas terkait pekerjaan selama 2 tahun di industri minyak dan gas.
Kembali ke Malaysia
Tadinya Yeo hanya berfikir tentang kerja, mencari uang yang banyak, dan bonus. Namun semuanya berubah ketika pada 2008, dia membaca ‘tsunami politik’ di The Star online. Saat itu dia menyadari masih mencintai dan peduli terhadap negaranya. Dia merasa ingin berkontribusi sekecil apapun. Dia pun memutuskan menyelesaikan kuliahnya di Cambridge dan kembali ke Malaysia.
Mulai Melirik Politik
Sekembalinya di Malaysia, Yeo tidak tahu harus memulai dari mana sampai ketika perusahaan tempatnya bekerja melakukan proyek dengan Partai Aksi Demokratik (DAP) dalam kampanye media sosial (medsos) pemilihan umum (pemilu). Ini menjadi ‘sentuhan pertamanya’ di dunia politik. Di sinilah dia menyadari jika ingin membuat dampak yang baik di negara ini, dengan hal-hal terbatas yang saya miliki, itu hanya dapat dilakukan secara efektif melalui politik.
Bergabung di Dunia Politik
Ini adalah keputusan yang sulit. Sang ibu pun mempertanyakan keputusan ini. “Anda dapat memiliki kehidupan yang layak dan nyaman sekarang, mengapa memilih kehidupan yang sulit?”, tanya sang ibu. Namun dia sudah bertekad untuk melihat Malaysia yang lebih baik. Awalnya dia non partisan, sampai akhirnya memilih Partai Aksi Demokratis (DAP).
Harapan untuk Masa Depan
Jadi sekarang, saya berada dalam politik dan menjadi sukarelawan di DAP. Apa yang akan saya lakukan untuk 20-30 tahun ke depan dalam politik? Dia ingin melayani tanpa memandang pendapatan, ras dan agama. Dia akan selalu berupaya memaksimalkan kepentingan publik.
Untuk jangka panjang, dia berharap Malaysia dapat menjadi tanah peluang dan kesetaraan bagi anak-anak kita nantinya. (Susi Susanti)
Benih Cinta
Semuanya dimulai pada 2001 dengan gerakan Puasa dan Doa 40-hari untuk Malaysia, yang diselenggarakan National Evangelical Christian Fellowship (NECF). Kala itu, Yeo yang berumur 18 tahun duduk di bangku kuliah tahun pertama di University Technology Petronas (UTP). “Tidak tahu mengapa, saya merasakan urgensi untuk berdoa bagi Malaysia. Sejak itu, saya mulai melihat Malaysia dengan sangat berbeda dan mulai menabur benih cinta untuk bangsa ini,” terangnya.
Mimpi ke Luar Negeri
Dia mengaku dirinya adalah gadis ‘kampung’ yang bermimpi pergi ke luar negeri untuk belajar, bekerja, dan melihat dunia.
Tawaran Magang
Mimpi dia untuk ke luar negeri terwujud ketika ditawari penempatan magang 6 bulan di situs kimia terbesar dunia BASF di Ludwigshafen, Jerman pada 2005. Dia menjadi mahasiswa Teknik kimia pertama di UTP yang mendapatkan tawaran itu. Di Jerman dia melakukan interaksi dengan pasukan Amerika di RRBC, dan mulai mengerti apa arti demokrasi, kebebasan, dan patriotism.
Di sini pula dia mulai mempertanyakan mengapa di Malaysia kami tidak mempelajari sejarah dunia yang lebih lengkap, sistem politik yang berbeda, berbagai ideologi, seni dan budaya? Kita juga tidak diajarkan untuk berpikir secara kritis dan objektif.
Setelah magang, dia kembali ke Malaysia untuk menyelesaikan studi di UTP dan lulus pada tahun 2006. Sebelum lulus, dia menerima tawaran dari universitas impiannya, Universitas Cambridge, untuk program yang disebut MPhil dalam Teknik Kimia Lanjutan.
Kesempatan Kerja
Dia mendapatkan kesempatan kerja di Turkmenistan selama 2 tahun. Dia juga menghabiskan 3 bulan di Alexandria, Mesir dan beberapa waktu di Baku, Azerbajian untuk tugas terkait pekerjaan selama 2 tahun di industri minyak dan gas.
Kembali ke Malaysia
Tadinya Yeo hanya berfikir tentang kerja, mencari uang yang banyak, dan bonus. Namun semuanya berubah ketika pada 2008, dia membaca ‘tsunami politik’ di The Star online. Saat itu dia menyadari masih mencintai dan peduli terhadap negaranya. Dia merasa ingin berkontribusi sekecil apapun. Dia pun memutuskan menyelesaikan kuliahnya di Cambridge dan kembali ke Malaysia.
Mulai Melirik Politik
Sekembalinya di Malaysia, Yeo tidak tahu harus memulai dari mana sampai ketika perusahaan tempatnya bekerja melakukan proyek dengan Partai Aksi Demokratik (DAP) dalam kampanye media sosial (medsos) pemilihan umum (pemilu). Ini menjadi ‘sentuhan pertamanya’ di dunia politik. Di sinilah dia menyadari jika ingin membuat dampak yang baik di negara ini, dengan hal-hal terbatas yang saya miliki, itu hanya dapat dilakukan secara efektif melalui politik.
Bergabung di Dunia Politik
Ini adalah keputusan yang sulit. Sang ibu pun mempertanyakan keputusan ini. “Anda dapat memiliki kehidupan yang layak dan nyaman sekarang, mengapa memilih kehidupan yang sulit?”, tanya sang ibu. Namun dia sudah bertekad untuk melihat Malaysia yang lebih baik. Awalnya dia non partisan, sampai akhirnya memilih Partai Aksi Demokratis (DAP).
Harapan untuk Masa Depan
Jadi sekarang, saya berada dalam politik dan menjadi sukarelawan di DAP. Apa yang akan saya lakukan untuk 20-30 tahun ke depan dalam politik? Dia ingin melayani tanpa memandang pendapatan, ras dan agama. Dia akan selalu berupaya memaksimalkan kepentingan publik.
Untuk jangka panjang, dia berharap Malaysia dapat menjadi tanah peluang dan kesetaraan bagi anak-anak kita nantinya. (Susi Susanti)
(nfl)