Selandia Baru Persiapkan Pemakaman Korban Serangan Christchurch
A
A
A
WELLINGTON - Selandia Baru tengah mempersiapkan pemakaman serangan kembar masjid di Christchurch. Sebanyak 50 orang terbunuh oleh seorang pria bersenjata dalam penembakan massal terburuk di Selandia Baru.
Jenazah korban serangan teroris pada Jumat lalu itu sedang dimandikan dan disiapkan dimakamkan sesuai ajaran Islam, dengan tim relawan diterbangkan dari luar negeri untuk membantu.
“Kami sangat sadar akan kebutuhan untuk bekerja secara sensitif dengan kebutuhan setiap keluarga,” ujar Direktur Kementerian Sipil, Manajemen Pertahanan & Darurat, Sarah Stuart-Black, pada konferensi pers di Christchurch seperti dilansir dari Reuters, Selasa (19/3/2019).
Warga negara Australia, Brenton Tarrant (28), ditetakan menjadi tersangka. Pendukung supremasi kulit putih yang tinggal di Dunedin, di Pulau Selatan Selandia Baru, didakwa melakukan pembunuhan pada hari Sabtu. Tarrant dikembalikan ke penjara tanpa jaminan dan dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 5 April mendatang, di mana polisi mengatakan dia kemungkinan akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Para korban, terbunuh di dua masjid selama sholat Jumat oleh senapan semi-otomatis, sebagian besar adalah migran Muslim. Mereka adalah pengungsi dan penduduk dari negara-negara termasuk Pakistan, Bangladesh, India, Turki, Kuwait, Somalia dan lainnya.
Keluarga para korban berusaha mati-matian untuk datang ke Selandia Baru untuk menghadiri pemakaman. Pihak imigrasi Selandia Baru mengatakan 65 visa telah diberikan untuk anggota keluarga yang bepergian.
Serangan itu juga menyebabkan 50 orang terluka, 30 di antaranya masih di rumah sakit Christchurch, kata pihak berwenang. Sembilan dari mereka dalam kondisi kritis. Satu anak berusia empat tahun dipindahkan ke rumah sakit di Auckland dalam kondisi kritis.
Dalam pidato belasungkawa di parlemen, Perdana Menteri Jacinda Ardern meminta negara itu untuk mendukung komunitas Muslimnya yang berduka, terutama ketika mereka kembali salat pada hari Jumat.
"Kita adalah satu. Mereka adalah kita," kata Ardern, mengakhiri pidatonya dengan kata-kata Assalamualaikum.
Jenazah korban serangan teroris pada Jumat lalu itu sedang dimandikan dan disiapkan dimakamkan sesuai ajaran Islam, dengan tim relawan diterbangkan dari luar negeri untuk membantu.
“Kami sangat sadar akan kebutuhan untuk bekerja secara sensitif dengan kebutuhan setiap keluarga,” ujar Direktur Kementerian Sipil, Manajemen Pertahanan & Darurat, Sarah Stuart-Black, pada konferensi pers di Christchurch seperti dilansir dari Reuters, Selasa (19/3/2019).
Warga negara Australia, Brenton Tarrant (28), ditetakan menjadi tersangka. Pendukung supremasi kulit putih yang tinggal di Dunedin, di Pulau Selatan Selandia Baru, didakwa melakukan pembunuhan pada hari Sabtu. Tarrant dikembalikan ke penjara tanpa jaminan dan dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 5 April mendatang, di mana polisi mengatakan dia kemungkinan akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Para korban, terbunuh di dua masjid selama sholat Jumat oleh senapan semi-otomatis, sebagian besar adalah migran Muslim. Mereka adalah pengungsi dan penduduk dari negara-negara termasuk Pakistan, Bangladesh, India, Turki, Kuwait, Somalia dan lainnya.
Keluarga para korban berusaha mati-matian untuk datang ke Selandia Baru untuk menghadiri pemakaman. Pihak imigrasi Selandia Baru mengatakan 65 visa telah diberikan untuk anggota keluarga yang bepergian.
Serangan itu juga menyebabkan 50 orang terluka, 30 di antaranya masih di rumah sakit Christchurch, kata pihak berwenang. Sembilan dari mereka dalam kondisi kritis. Satu anak berusia empat tahun dipindahkan ke rumah sakit di Auckland dalam kondisi kritis.
Dalam pidato belasungkawa di parlemen, Perdana Menteri Jacinda Ardern meminta negara itu untuk mendukung komunitas Muslimnya yang berduka, terutama ketika mereka kembali salat pada hari Jumat.
"Kita adalah satu. Mereka adalah kita," kata Ardern, mengakhiri pidatonya dengan kata-kata Assalamualaikum.
(ian)