Lindungi Anaknya, Zulfirman Pasang Badan Ditembaki Teroris Christchurch
A
A
A
CHRISTCHURCH - Zulfirman Syah membuktikan diri sebagai ayah sejati dengan melindungi putra kecilnya dari berondongan peluru teroris di Christchurch, Selandia Baru. Warga negara Indonesia (WNI) itu pasang badan untuk ditembaki sang teroris Brenton Tarrant di Masjid Linwood, Jumat pekan lalu.
Putra Zulfirman Syah baru berusia dua tahun. Anak kecil bernama Averroes itu selamat berkat aksi heroik sang ayah.
Sebanyak 50 orang tewas akibat penembakan brutal Tarrant. Puluhan korban tewas gabungan dari jumlah korban di Masjid Linwood, Masjid Al-Noor dan rumah sakit.
Insting Zulfirman sebagai seorang ayah sangat tajam, di mana dia dengan cepat pasang badan untuk waktu yang cukup lama ketika teroris asal Australia itu mengumbar banyak tembakan. Zulfirman bertahan cukup lama sampai Tarrant pergi.
Rekaman yang diambil setelah penyerangan menunjukkan para korban kekejaman, termasuk Averroes yang memanjat tubuh ayahnya yang terbaring di tanah.
Averroes terkena pecahan pelucu bagian kaki dan pantat. Bocah cilik itu menderita luka ringan. Sebaliknya, sang ayah harus menjalani operasi darurat.
Istri Zulfirman, Alta Marie, menceritakan kepada New Zealand Herald tentang aksi heroik suaminya. "Suami saya melindungi putra kami selama serangan di Linwood Islamic Centre, yang membuatnya menerima sebagian besar peluru dan luka yang jauh lebih kompleks daripada putra kami," katanya.
"Dia pulih dengan baik dan ceria," lanjut Alta, yang juga dilansir The Sunday Times, Senin (18/3/2019).
Dalam pembantaian itu, Tarrant menggunakan sejumlah senjata semi-otomatis.
Alta, yang merupakan seorang guru bahasa Inggris, sedang memasak di dapurnya di rumah baru mereka ketika dia menerima telepon dari suaminya. Ketika dia menerima panggilan kedua dari sang suami, beberapa menit kemudian menjadi jelas bahwa ada serangan di masjid.
Alta juga menceritakan kejadian itu di Facebook. "(Zulfirman) Syah dikatakan telah ditembak di banyak tempat di tubuhnya," tulis dia.
“Dia dalam kondisi stabil setelah operasi eksplorasi dan rekonstruktif ekstensif yang dia jalani sebelumnya hari ini (Sabtu)," lanjut Alta.
"Sementara dia masih di unit perawatan intensif pada tahap ini, dia akan dipindahkan ke bangsal umum kapan pun dianggap tepat, kemungkinan di hari berikutnya atau lebih," paparnya.
"Sementara jalan menuju pemulihan akan lama, kondisinya baru membaik sejak dia tiba di rumah sakit kemarin," imbuh Alta. "Sore ini (Minggu) dia mendapat kunjungan dari duta besar Indonesia, yang membangkitkan semangatnya."
Keluarga Zulfirman Syah yang berasal dari Indonesia sudah berada di Selandia Baru.
Pada halaman penggalangan dana gratis yang dibuat oleh seorang teman, Zulfirman digambarkan sebagai seniman pekerja keras yang berbakat.
Teman korban menulis; "Keluarga merasa damai di Selandia Baru...mari kita bantu pulihkan perdamaian mereka dan menangkal tindakan kekerasan yang mengerikan ini."
Putra Zulfirman Syah baru berusia dua tahun. Anak kecil bernama Averroes itu selamat berkat aksi heroik sang ayah.
Sebanyak 50 orang tewas akibat penembakan brutal Tarrant. Puluhan korban tewas gabungan dari jumlah korban di Masjid Linwood, Masjid Al-Noor dan rumah sakit.
Insting Zulfirman sebagai seorang ayah sangat tajam, di mana dia dengan cepat pasang badan untuk waktu yang cukup lama ketika teroris asal Australia itu mengumbar banyak tembakan. Zulfirman bertahan cukup lama sampai Tarrant pergi.
Rekaman yang diambil setelah penyerangan menunjukkan para korban kekejaman, termasuk Averroes yang memanjat tubuh ayahnya yang terbaring di tanah.
Averroes terkena pecahan pelucu bagian kaki dan pantat. Bocah cilik itu menderita luka ringan. Sebaliknya, sang ayah harus menjalani operasi darurat.
Istri Zulfirman, Alta Marie, menceritakan kepada New Zealand Herald tentang aksi heroik suaminya. "Suami saya melindungi putra kami selama serangan di Linwood Islamic Centre, yang membuatnya menerima sebagian besar peluru dan luka yang jauh lebih kompleks daripada putra kami," katanya.
"Dia pulih dengan baik dan ceria," lanjut Alta, yang juga dilansir The Sunday Times, Senin (18/3/2019).
Dalam pembantaian itu, Tarrant menggunakan sejumlah senjata semi-otomatis.
Alta, yang merupakan seorang guru bahasa Inggris, sedang memasak di dapurnya di rumah baru mereka ketika dia menerima telepon dari suaminya. Ketika dia menerima panggilan kedua dari sang suami, beberapa menit kemudian menjadi jelas bahwa ada serangan di masjid.
Alta juga menceritakan kejadian itu di Facebook. "(Zulfirman) Syah dikatakan telah ditembak di banyak tempat di tubuhnya," tulis dia.
“Dia dalam kondisi stabil setelah operasi eksplorasi dan rekonstruktif ekstensif yang dia jalani sebelumnya hari ini (Sabtu)," lanjut Alta.
"Sementara dia masih di unit perawatan intensif pada tahap ini, dia akan dipindahkan ke bangsal umum kapan pun dianggap tepat, kemungkinan di hari berikutnya atau lebih," paparnya.
"Sementara jalan menuju pemulihan akan lama, kondisinya baru membaik sejak dia tiba di rumah sakit kemarin," imbuh Alta. "Sore ini (Minggu) dia mendapat kunjungan dari duta besar Indonesia, yang membangkitkan semangatnya."
Keluarga Zulfirman Syah yang berasal dari Indonesia sudah berada di Selandia Baru.
Pada halaman penggalangan dana gratis yang dibuat oleh seorang teman, Zulfirman digambarkan sebagai seniman pekerja keras yang berbakat.
Teman korban menulis; "Keluarga merasa damai di Selandia Baru...mari kita bantu pulihkan perdamaian mereka dan menangkal tindakan kekerasan yang mengerikan ini."
(mas)