Wanita Inggris Nyaris Tewas akibat Stroke yang Dipicu Seks Oral
A
A
A
LONDON - Seorang wanita Inggris hampir tewas akibat stroke yang dipicu seks oral dengan pasangannya. Beruntung, dia masih bisa diselamatkan setelah dibawa ke rumah sakit.
Menurut sebuah laporan terbaru dari British Medical Journal (BMJ), wanita 44 tahun yang tidak disebutkan identitasnya itu menderita "kehilangan kesadaran sementara (TLOC)" saat menerima seks oral dari pasangannya.
Setelah wanita itu pingsan selama dua hingga tiga menit setelah berhubungan seks, pasangannya menjadi gugup dan membawanya ke ruang gawat darurat di Chelsea dan Rumah Sakit Westminster di London.
Sesampai di sana, pria itu memberi tahu dokter bahwa tubuh pasangannya menjadi kaku selama sesi hubungan intim mereka. Wanita yang telah sadar itu mengatakan kepada dokter bahwa dia mengalami sakit kepala yang dia gambarkan sebagai 6 dari 10 pada skala nyeri.
Pada awalnya, dokter percaya berdasarkan gejala tersebut wanita itu menderita kejang.
Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, para dokter lebih percaya bahwa dia menderita reflex-mediated syncope (keadaan tak sadar yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah ke otak) yang berhubungan dengan aktivitas seksual yang dia nikmati sebelum kejadian.
"Pada pengambilan riwayat yang lebih dekat, pasien melaporkan mendekati orgasme saat menerima seks oral dari pasangannya sebelum kehilangan kesadaran," tulis para penulis dalam laporan mereka untuk BMJ, yang dikutip Huffington Post, Kamis (14/3/2019).
CT scan dan CT angiografi menunjukkan pasien menderita aneurisma, yang mengarah ke perdarahan subaraknoid—semacam stroke.
Para peneliti mengatakan hal itu tidak pernah terjadi pada kasus orgasme yang menyebabkan stroke.
"Kegiatan yang melibatkan peningkatan tekanan darah dan aktivitas seksual secara tiba-tiba digambarkan sebagai pemicu," tulis mereka dalam laporan kasus tersebut. "Studi dengan pemantauan intra-arteri selama koitus menunjukkan bahwa selama aktivitas seksual tekanan darah, serta detak jantung sangat labil, dengan kenaikan tertentu selama orgasme."
Laporan itu mengatakan dokter merawat wanita itu dengan prosedur yang disebut endovascular coiling, yang menggunakan kateter untuk mentransmisikan lilitan kecil untuk menutup aneurisma dari aliran darah. Dia telah dibolehkan pulang dari rumah sakit 15 hari kemudian.
Empat bulan kemudian, kata dokter, dia tidak menderita masalah lebih lanjut.
Menurut sebuah laporan terbaru dari British Medical Journal (BMJ), wanita 44 tahun yang tidak disebutkan identitasnya itu menderita "kehilangan kesadaran sementara (TLOC)" saat menerima seks oral dari pasangannya.
Setelah wanita itu pingsan selama dua hingga tiga menit setelah berhubungan seks, pasangannya menjadi gugup dan membawanya ke ruang gawat darurat di Chelsea dan Rumah Sakit Westminster di London.
Sesampai di sana, pria itu memberi tahu dokter bahwa tubuh pasangannya menjadi kaku selama sesi hubungan intim mereka. Wanita yang telah sadar itu mengatakan kepada dokter bahwa dia mengalami sakit kepala yang dia gambarkan sebagai 6 dari 10 pada skala nyeri.
Pada awalnya, dokter percaya berdasarkan gejala tersebut wanita itu menderita kejang.
Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, para dokter lebih percaya bahwa dia menderita reflex-mediated syncope (keadaan tak sadar yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah ke otak) yang berhubungan dengan aktivitas seksual yang dia nikmati sebelum kejadian.
"Pada pengambilan riwayat yang lebih dekat, pasien melaporkan mendekati orgasme saat menerima seks oral dari pasangannya sebelum kehilangan kesadaran," tulis para penulis dalam laporan mereka untuk BMJ, yang dikutip Huffington Post, Kamis (14/3/2019).
CT scan dan CT angiografi menunjukkan pasien menderita aneurisma, yang mengarah ke perdarahan subaraknoid—semacam stroke.
Para peneliti mengatakan hal itu tidak pernah terjadi pada kasus orgasme yang menyebabkan stroke.
"Kegiatan yang melibatkan peningkatan tekanan darah dan aktivitas seksual secara tiba-tiba digambarkan sebagai pemicu," tulis mereka dalam laporan kasus tersebut. "Studi dengan pemantauan intra-arteri selama koitus menunjukkan bahwa selama aktivitas seksual tekanan darah, serta detak jantung sangat labil, dengan kenaikan tertentu selama orgasme."
Laporan itu mengatakan dokter merawat wanita itu dengan prosedur yang disebut endovascular coiling, yang menggunakan kateter untuk mentransmisikan lilitan kecil untuk menutup aneurisma dari aliran darah. Dia telah dibolehkan pulang dari rumah sakit 15 hari kemudian.
Empat bulan kemudian, kata dokter, dia tidak menderita masalah lebih lanjut.
(mas)