AS-Taliban Sepakat Soal Penarikan Pasukan dari Afghanistan
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat dan Taliban kini memiliki rancangan perjanjian tentang dua masalah pelik yang menandakan kemajuan konkrit menuju kesepakatan perdamaian untuk mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan. Hal itu diungkapkan oleh utusan Presiden AS Zalmay Khalilzad.
Rancangan perjanjian itu berisi tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan komitmen dari Taliban untuk memutus semua ikatan dengan al-Qaeda atau kelompok teroris lainnya.
"Perdamaian membutuhkan kesepakatan tentang empat masalah: jaminan kontra-terorisme, penarikan pasukan, dialog intra-Afghanistan, dan gencatan senjata yang komprehensif," urai Khalilzad dalam serangkaian tweet seperti dikutip dari NBC News, Rabu (13/3/2019).
"Dalam pembicaraan Januari, kami 'secara prinsik sepakat' pada empat elemen ini. Kami sekarang menyetujui dalam rancangan pada dua elemen pertama," tulis diplomat AS itu, merujuk pada janji-janji dari Taliban untuk memutuskan hubungan dengan teroris dan AS menarik pasukannya.
Dikatakan oleh Khalilzad ketika rancangan perjanjian tentang kedua masalah ini diselesaikan, Taliban dan pemerintah Afghanistan - serta perwakilan Afghanistan lainnya - akan memulai negosiasi intra-Afghanistan mengenai penyelesaian politik dan gencatan senjata yang komprehensif.
Khalilzad mengatakan pembicaraan telah menghasilkan kemajuan nyata.
"Baru saja menyelesaikan putaran maraton perundingan dengan Taliban di #Doha. Kondisi untuk #perdamaian telah meningkat. Jelas semua pihak ingin mengakhiri perang. Meskipun pasang surut, kami menjaga segala sesuatunya di jalur dan membuat langkah nyata," tulisnya.
Ia mengatakan langkah selanjutnya adalah diskusi di Washington dan konsultasi dengan mitra lain, dan menambahkan: "Kami akan segera bertemu lagi, dan tidak ada kesepakatan akhir sampai semuanya disepakati."
Pembicaraan antara gerilyawan Taliban dan diplomat AS telah berlangsung lebih lama daripada upaya Amerika sebelumnya untuk bernegosiasi dengan para militan sejak pasukan Amerika memasuki Afghanistan pada tahun 2001. Tetapi tidak jelas apakah pemerintah Afghanistan dan para pemimpin politik Afghanistan lainnya akan siap untuk merangkul kesepakatan tentatif yang dikerjakan oleh Khalilzad.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menyatakan keprihatinannya bahwa pemerintah Kabul tidak diajak dalam perundingan kecuali Taliban setuju untuk bertatap muka dengan pemerintahnya.
Dalam pernyataannya sendiri, Taliban mengatakan kemajuan telah dicapai pada kedua masalah yang dikutip oleh Khalilzad. Kelompok militan itu mengatakan tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata atau pembicaraan langsung dengan pemerintah Afghanistan.
"Untuk saat ini, kedua pihak akan membahas kemajuan yang dicapai, membagikannya dengan kepemimpinan masing-masing dan mempersiapkan pertemuan mendatang, tanggal yang akan ditentukan oleh kedua tim negosiasi," bunyi pernyataan Taliban.
Taliban telah lama menolak pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan, yang dianggapnya sebagai boneka Washington. Sampai Presiden Donald Trump menunjuk Khalilzad sebagai utusan, AS enggan terjun ke pembicaraan panjang dengan kelompok pemberontak itu.
Trump tidak merahasiakan keinginannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan, dan ketidaksabarannya telah membuat para diplomat AS mendorong untuk mengakhiri negosiasi perang.
Upaya diplomatik terakhir untuk mengakhiri perang berakhir dengan kegagalan pada tahun 2013, di tengah tajamnya perbedaan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan para pejabat AS saat itu.
Rancangan perjanjian itu berisi tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan komitmen dari Taliban untuk memutus semua ikatan dengan al-Qaeda atau kelompok teroris lainnya.
"Perdamaian membutuhkan kesepakatan tentang empat masalah: jaminan kontra-terorisme, penarikan pasukan, dialog intra-Afghanistan, dan gencatan senjata yang komprehensif," urai Khalilzad dalam serangkaian tweet seperti dikutip dari NBC News, Rabu (13/3/2019).
"Dalam pembicaraan Januari, kami 'secara prinsik sepakat' pada empat elemen ini. Kami sekarang menyetujui dalam rancangan pada dua elemen pertama," tulis diplomat AS itu, merujuk pada janji-janji dari Taliban untuk memutuskan hubungan dengan teroris dan AS menarik pasukannya.
Dikatakan oleh Khalilzad ketika rancangan perjanjian tentang kedua masalah ini diselesaikan, Taliban dan pemerintah Afghanistan - serta perwakilan Afghanistan lainnya - akan memulai negosiasi intra-Afghanistan mengenai penyelesaian politik dan gencatan senjata yang komprehensif.
Khalilzad mengatakan pembicaraan telah menghasilkan kemajuan nyata.
"Baru saja menyelesaikan putaran maraton perundingan dengan Taliban di #Doha. Kondisi untuk #perdamaian telah meningkat. Jelas semua pihak ingin mengakhiri perang. Meskipun pasang surut, kami menjaga segala sesuatunya di jalur dan membuat langkah nyata," tulisnya.
Ia mengatakan langkah selanjutnya adalah diskusi di Washington dan konsultasi dengan mitra lain, dan menambahkan: "Kami akan segera bertemu lagi, dan tidak ada kesepakatan akhir sampai semuanya disepakati."
Pembicaraan antara gerilyawan Taliban dan diplomat AS telah berlangsung lebih lama daripada upaya Amerika sebelumnya untuk bernegosiasi dengan para militan sejak pasukan Amerika memasuki Afghanistan pada tahun 2001. Tetapi tidak jelas apakah pemerintah Afghanistan dan para pemimpin politik Afghanistan lainnya akan siap untuk merangkul kesepakatan tentatif yang dikerjakan oleh Khalilzad.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menyatakan keprihatinannya bahwa pemerintah Kabul tidak diajak dalam perundingan kecuali Taliban setuju untuk bertatap muka dengan pemerintahnya.
Dalam pernyataannya sendiri, Taliban mengatakan kemajuan telah dicapai pada kedua masalah yang dikutip oleh Khalilzad. Kelompok militan itu mengatakan tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata atau pembicaraan langsung dengan pemerintah Afghanistan.
"Untuk saat ini, kedua pihak akan membahas kemajuan yang dicapai, membagikannya dengan kepemimpinan masing-masing dan mempersiapkan pertemuan mendatang, tanggal yang akan ditentukan oleh kedua tim negosiasi," bunyi pernyataan Taliban.
Taliban telah lama menolak pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan, yang dianggapnya sebagai boneka Washington. Sampai Presiden Donald Trump menunjuk Khalilzad sebagai utusan, AS enggan terjun ke pembicaraan panjang dengan kelompok pemberontak itu.
Trump tidak merahasiakan keinginannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan, dan ketidaksabarannya telah membuat para diplomat AS mendorong untuk mengakhiri negosiasi perang.
Upaya diplomatik terakhir untuk mengakhiri perang berakhir dengan kegagalan pada tahun 2013, di tengah tajamnya perbedaan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan para pejabat AS saat itu.
(ian)