Duterte Mengumpat Lagi, Sebut Semua Imam Gereja Bodoh
A
A
A
MANILA - Presiden Rodrigo Duterte melontarkan umpatan lagi terhadap komunitas Gereja Katolik Filipina. Kali ini, dia semua imam gereja bodoh karena memasuki panggilan yang tidak memungkinkan mereka untuk menikah.
Duterte, yang telah meremehkan komunitas gereja setelah perangnya terhadap narkoba dikritik, mempertanyakan mengapa para pria memilih untuk menjadi imam gereja bahkan jika itu berarti mereka tidak bisa mengencani wanita.
"Apakah ada seorang imam yang cerdas? Mereka semua bodoh. Jika mereka tidak bodoh, mereka tidak akan memasuki imamat," kata Duterte selama sebuah acara pembagian sertifikat kepemilikan tanah di Negros Occidental, akhir pekan lalu.
"Anda seorang pria, tetapi Anda memilih untuk menjadi seorang pendeta. Anda terus memandangi semua wanita cantik yang tidak bisa Anda kencani. Ya Tuhan," ujarnya, sembari berseloroh bahwa Tuhan menciptakan organ kemaluan pria dan wanita karena ada tujuannya.
Duterte sudah beberapa kali melontarkan umpatan terhadap komunitas Gereja Katolik, di mana lebih dari 80 persen warga Filipina memeluk agama tersebut. Dalam pidato-pidato sebelumnya, Duterte mengatakan setidaknya 80 persen pastor Katolik adalah gay, tetapi dia memberikan rincian atau dasar atas klaimnya.
Presiden juga telah pernah mengkritik keras komunitas Gereja Katolik karena skandal pelecehan seks yang melibatkan beberapa imama dan karena menggunakan mimbar untuk mengkritiknya.
Duterte, yang telah menggunakan podium presiden untuk mempertanyakan doktrin-doktrin Katolik, mengatakan para imam harus menahan diri untuk mengkritik pemerintahannya melalui khotbah mereka karena ada pemisahan antara gereja dan negara.
"Para pendeta seharusnya tidak melangkahi batas-batas mereka. Anda tahu bahwa mereka memulainya terlebih dahulu. Katakan kepada mereka bahwa ada pemisahan antara gereja dan negara. Anak-anak son of bitch menyerang saya di mimbar menggunakan agama," kata sang presiden, dikutip Philstar, Senin (11/3/2019).
"Jika Anda seorang pendeta dan ingin menyerang saya, jangan lakukan itu di mimbar karena itu adalah juru bicara, meja gereja. Minggirlah dari sana. 'Saya seorang pendeta dan saya tidak suka Duterte karena dia membunuh penjahat terutama pecandu narkoba. Sebagai orang Filipina, saya memprotesnya'," kata Duterte mencontohkan cara mengkritik bagi para imam gereja.
Prinsip pemisahan gereja dan negara diabadikan dalam Konstitusi 1987. Konstitusi itu melarang negara membangun agama nasional dan mengganggu kebebasan warga negara dalam menjalankan kepercayaan agama mereka.
Duterte, yang telah meremehkan komunitas gereja setelah perangnya terhadap narkoba dikritik, mempertanyakan mengapa para pria memilih untuk menjadi imam gereja bahkan jika itu berarti mereka tidak bisa mengencani wanita.
"Apakah ada seorang imam yang cerdas? Mereka semua bodoh. Jika mereka tidak bodoh, mereka tidak akan memasuki imamat," kata Duterte selama sebuah acara pembagian sertifikat kepemilikan tanah di Negros Occidental, akhir pekan lalu.
"Anda seorang pria, tetapi Anda memilih untuk menjadi seorang pendeta. Anda terus memandangi semua wanita cantik yang tidak bisa Anda kencani. Ya Tuhan," ujarnya, sembari berseloroh bahwa Tuhan menciptakan organ kemaluan pria dan wanita karena ada tujuannya.
Duterte sudah beberapa kali melontarkan umpatan terhadap komunitas Gereja Katolik, di mana lebih dari 80 persen warga Filipina memeluk agama tersebut. Dalam pidato-pidato sebelumnya, Duterte mengatakan setidaknya 80 persen pastor Katolik adalah gay, tetapi dia memberikan rincian atau dasar atas klaimnya.
Presiden juga telah pernah mengkritik keras komunitas Gereja Katolik karena skandal pelecehan seks yang melibatkan beberapa imama dan karena menggunakan mimbar untuk mengkritiknya.
Duterte, yang telah menggunakan podium presiden untuk mempertanyakan doktrin-doktrin Katolik, mengatakan para imam harus menahan diri untuk mengkritik pemerintahannya melalui khotbah mereka karena ada pemisahan antara gereja dan negara.
"Para pendeta seharusnya tidak melangkahi batas-batas mereka. Anda tahu bahwa mereka memulainya terlebih dahulu. Katakan kepada mereka bahwa ada pemisahan antara gereja dan negara. Anak-anak son of bitch menyerang saya di mimbar menggunakan agama," kata sang presiden, dikutip Philstar, Senin (11/3/2019).
"Jika Anda seorang pendeta dan ingin menyerang saya, jangan lakukan itu di mimbar karena itu adalah juru bicara, meja gereja. Minggirlah dari sana. 'Saya seorang pendeta dan saya tidak suka Duterte karena dia membunuh penjahat terutama pecandu narkoba. Sebagai orang Filipina, saya memprotesnya'," kata Duterte mencontohkan cara mengkritik bagi para imam gereja.
Prinsip pemisahan gereja dan negara diabadikan dalam Konstitusi 1987. Konstitusi itu melarang negara membangun agama nasional dan mengganggu kebebasan warga negara dalam menjalankan kepercayaan agama mereka.
(mas)