Terkena Granat, 4 Jari Tangan Demonstran Rompi Kuning Putus
A
A
A
PARIS - Seorang demonstran Rompi Kuning menderita cedera tangan mengerikan di Paris ketika demostransi dengan kekerasan berlanjut memasuki pekan ke-13 berturut-turut di seluruh Prancis .
Kekacauan pecah di dekat Champs-Elysees dan Majelis Nasional pada hari Sabtu. Para demonstran secara bergelombang terus memenuhi jalan-jalan sebelum berakhir di Menara Eiffel.
Saat itulah, seorang pengunjuk rasa meminta bantuan medis setelah mendapatkan cedera. Cedera tersebut diduga didapatkan setelah sejumlah proyektil dilemparkan selama kekacauan terjadi.
Paramedis berkerumun di sekitar pengunjuk rasa yang terluka di dekat gerbang Majelis Nasional ketika mereka memberikan perawatan darurat dan beberapa lainnya menjadi penghalang untuk menghentikan kerumunan agar tidak terlalu dekat.
Polisi mengatakan bahwa pengunjuk rasa yang terluka kehilangan empat jari ketika pihak berwenang menyerbu untuk menghentikan pengunjuk rasa agar tidak melanggar eksterior parlemen seperti disitir dari Evening Standard, Minggu (10/2/2019).
Namun, mereka tidak dapat mengkonfirmasi laporan media Prancis yang melaporkn bahwa tangan demonstran terluka akibat granat yang digunakan untuk membubarkan kerumunan.
Juru bicara departemen pemadam kebakaran Gildas Lecoeur mengatakan tangan pria yang terluka itu berlumuran darah dan telah dibawa ke rumah sakit. Namun ia tidak dapat mengkonfirmasi kondisi pria tersebut saat ini.
Ribuan pengunjuk rasa telah berkumpul di Ibu Kota Paris dan di seluruh Prancis. Polisi menggunakan pentungan dan menembakkan gas air mata di Paris untuk membubarkan demonstran.
Beberapa dari mereka yang terlibat bentrokan melemparkan puing ke arah polisi anti huru hara yang berjongkok di depan Majelis Nasional.
Polisi Prancis mengatakan 31 demonstran telah ditangkap ketika bentrokan terjadi antara pemrotes Rompi Kuning dan polisi di dekat Champs-Elysees Avenue dan Majelis Nasional.
Sebuah mobil, sepeda motor dan beberapa tempat sampah dibakar.
Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner di Twitter mengekspresikan "rasa jijiknya" ketika para pemrotes Rompi Kuning Prancis membakar sebuah mobil militer anti-teror dalam sebuah protes di Paris.
Kendaraan seperti itu telah menjadi pemandangan umum di Paris sejak serangan mematikan oleh para ekstremis pada 2015.
Para demonstran Paris, yang mengakhiri protes ke-13 berturut-turut selama akhir pekan di Menara Eiffel, membakar kendaraan itu di depan monumen terkenal tersebut.
"Setiap hari militer melindungi rekan-rekan kami dari risiko terorisme. Serangan-serangan ini tidak dapat ditoleransi," kata Castaner.
Aktivis Rompi Kuning, yang telah membawa ratusan ribu orang turun ke jalan selama tiga bulan terakhir, sekarang berusaha untuk mencapai keberhasilan pemilihan tetapi gerakan itu terpecah secara politis.
Kelompok itu juga tidak memiliki pemimpin yang ditunjuk.
Presiden Emmanuel Macron, yang menjadi target utama kemarahan banyak demonstran, tampaknya mendapatkan dukungan ketika dia mencoba untuk memadamkan gerakan dengan debat politik nasional.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan peringkat persetujuannya meningkat.
Pawai awalnya dimulai sebagai protes tentang kenaikan bahan bakar yang direncanakan tetapi berubah menjadi protes luas yang ditujukan kepada pemerintahan Presiden Emmanuel Macron.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan syal merah telah berbaris di Paris untuk mengutuk kekerasan selama demonstrasi Rompi Kuning yang sedang berlangsung.
Sejak gerakan ini dimulai, sekitar 10 orang tewas akibat insiden yang terkait dengan aksi protes, sementara sekitar 2.000 lainnya terluka.
Kekacauan pecah di dekat Champs-Elysees dan Majelis Nasional pada hari Sabtu. Para demonstran secara bergelombang terus memenuhi jalan-jalan sebelum berakhir di Menara Eiffel.
Saat itulah, seorang pengunjuk rasa meminta bantuan medis setelah mendapatkan cedera. Cedera tersebut diduga didapatkan setelah sejumlah proyektil dilemparkan selama kekacauan terjadi.
Paramedis berkerumun di sekitar pengunjuk rasa yang terluka di dekat gerbang Majelis Nasional ketika mereka memberikan perawatan darurat dan beberapa lainnya menjadi penghalang untuk menghentikan kerumunan agar tidak terlalu dekat.
Polisi mengatakan bahwa pengunjuk rasa yang terluka kehilangan empat jari ketika pihak berwenang menyerbu untuk menghentikan pengunjuk rasa agar tidak melanggar eksterior parlemen seperti disitir dari Evening Standard, Minggu (10/2/2019).
Namun, mereka tidak dapat mengkonfirmasi laporan media Prancis yang melaporkn bahwa tangan demonstran terluka akibat granat yang digunakan untuk membubarkan kerumunan.
Juru bicara departemen pemadam kebakaran Gildas Lecoeur mengatakan tangan pria yang terluka itu berlumuran darah dan telah dibawa ke rumah sakit. Namun ia tidak dapat mengkonfirmasi kondisi pria tersebut saat ini.
Ribuan pengunjuk rasa telah berkumpul di Ibu Kota Paris dan di seluruh Prancis. Polisi menggunakan pentungan dan menembakkan gas air mata di Paris untuk membubarkan demonstran.
Beberapa dari mereka yang terlibat bentrokan melemparkan puing ke arah polisi anti huru hara yang berjongkok di depan Majelis Nasional.
Polisi Prancis mengatakan 31 demonstran telah ditangkap ketika bentrokan terjadi antara pemrotes Rompi Kuning dan polisi di dekat Champs-Elysees Avenue dan Majelis Nasional.
Sebuah mobil, sepeda motor dan beberapa tempat sampah dibakar.
Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner di Twitter mengekspresikan "rasa jijiknya" ketika para pemrotes Rompi Kuning Prancis membakar sebuah mobil militer anti-teror dalam sebuah protes di Paris.
Kendaraan seperti itu telah menjadi pemandangan umum di Paris sejak serangan mematikan oleh para ekstremis pada 2015.
Para demonstran Paris, yang mengakhiri protes ke-13 berturut-turut selama akhir pekan di Menara Eiffel, membakar kendaraan itu di depan monumen terkenal tersebut.
"Setiap hari militer melindungi rekan-rekan kami dari risiko terorisme. Serangan-serangan ini tidak dapat ditoleransi," kata Castaner.
Aktivis Rompi Kuning, yang telah membawa ratusan ribu orang turun ke jalan selama tiga bulan terakhir, sekarang berusaha untuk mencapai keberhasilan pemilihan tetapi gerakan itu terpecah secara politis.
Kelompok itu juga tidak memiliki pemimpin yang ditunjuk.
Presiden Emmanuel Macron, yang menjadi target utama kemarahan banyak demonstran, tampaknya mendapatkan dukungan ketika dia mencoba untuk memadamkan gerakan dengan debat politik nasional.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan peringkat persetujuannya meningkat.
Pawai awalnya dimulai sebagai protes tentang kenaikan bahan bakar yang direncanakan tetapi berubah menjadi protes luas yang ditujukan kepada pemerintahan Presiden Emmanuel Macron.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan syal merah telah berbaris di Paris untuk mengutuk kekerasan selama demonstrasi Rompi Kuning yang sedang berlangsung.
Sejak gerakan ini dimulai, sekitar 10 orang tewas akibat insiden yang terkait dengan aksi protes, sementara sekitar 2.000 lainnya terluka.
(ian)