Wabah Flu Babi Meluas di Jepang
A
A
A
TOKYO - Wabah flu babi di Jepang meluas ke lima wilayah termasuk Osaka. Lebih dari 10.000 ekor babi dimusnahkan untuk pencegahan penyebaran wabah.
Pejabat Kementerian Pertanian Jepang menyatakan strain flu babi di Jepang berbeda dengan yang ada di China. Babi-babi di wilayah Aichi, Jepang, ditemukan terkena flu babi, kasus pertama di luar wilayah Gifu sejak wabah pertama flu babi di negara itu 26 tahun silam. Adapun wabah flu babi itu diketahui muncul di Gifu pada September lalu.
Babi-babi dari peternakan Aichi diduga dikirim ke Osaka dan tiga wilayah lain yang juga ditemukan wabah flu babi. Otoritas Jepang menyatakan sekitar 15.000 babi yang terkena wabah itu telah dimusnahkan dan dikubur.
“Untuk mencegah penyakit itu meluas, pemerintah akan melakukan tindakan agar kementerian pertanian dan otoritas lokal terkait bekerja sama mempercepat pelaksanaan langkah karantina,” ujar Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga. Flu babi mematikan bagi babi tapi tidak menginfeksi manusia.
Sementara, saat warga China merayakan tahun baru Implek, para aktivis lingkungan mendorong warga mengurangi konsumsi daging babi dan membantu menyelamatkan bumi. China mengonsumsi daging babi lebih banyak dibandingkan negara lain dan totalnya mencapai setengah dari total konsumsi daging babi secara global.
Organisasi Pangan dan Agrikultur Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyatakan pola konsumsi babi di China itu menjadikan negara itu sebagai emiter gas rumah kaca terbesar di dunia. Peternakan bertanggung jawab untuk 14,5% dari emisi global.
“Emisi China dapat dikurangi hingga hampir 10% pada dekade mendatang jika rakyat China hanya makan setengah dari daging itu,” kata Jen Leung, direktur iklim China untuk WildAid yang berbasis di Amerika Serikat.
Jen menjelaskan, “Jadi coba makan lebih sedikit babi untuk menghormati Tahun Babi secara sehat.”
Sebanyak 12 binatang menjadi zodiak China dan pekan ini merupakan pergantian tahun dari tahun anjing menjadi tahun babi. (Syarifudin)
Pejabat Kementerian Pertanian Jepang menyatakan strain flu babi di Jepang berbeda dengan yang ada di China. Babi-babi di wilayah Aichi, Jepang, ditemukan terkena flu babi, kasus pertama di luar wilayah Gifu sejak wabah pertama flu babi di negara itu 26 tahun silam. Adapun wabah flu babi itu diketahui muncul di Gifu pada September lalu.
Babi-babi dari peternakan Aichi diduga dikirim ke Osaka dan tiga wilayah lain yang juga ditemukan wabah flu babi. Otoritas Jepang menyatakan sekitar 15.000 babi yang terkena wabah itu telah dimusnahkan dan dikubur.
“Untuk mencegah penyakit itu meluas, pemerintah akan melakukan tindakan agar kementerian pertanian dan otoritas lokal terkait bekerja sama mempercepat pelaksanaan langkah karantina,” ujar Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga. Flu babi mematikan bagi babi tapi tidak menginfeksi manusia.
Sementara, saat warga China merayakan tahun baru Implek, para aktivis lingkungan mendorong warga mengurangi konsumsi daging babi dan membantu menyelamatkan bumi. China mengonsumsi daging babi lebih banyak dibandingkan negara lain dan totalnya mencapai setengah dari total konsumsi daging babi secara global.
Organisasi Pangan dan Agrikultur Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyatakan pola konsumsi babi di China itu menjadikan negara itu sebagai emiter gas rumah kaca terbesar di dunia. Peternakan bertanggung jawab untuk 14,5% dari emisi global.
“Emisi China dapat dikurangi hingga hampir 10% pada dekade mendatang jika rakyat China hanya makan setengah dari daging itu,” kata Jen Leung, direktur iklim China untuk WildAid yang berbasis di Amerika Serikat.
Jen menjelaskan, “Jadi coba makan lebih sedikit babi untuk menghormati Tahun Babi secara sehat.”
Sebanyak 12 binatang menjadi zodiak China dan pekan ini merupakan pergantian tahun dari tahun anjing menjadi tahun babi. (Syarifudin)
(nfl)