Laporan Pentagon: Program Jet Siluman F-35 AS dalam Bahaya Lagi
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah laporan Pentagon yang bocor mengungkap program F-35 Joint Strike Fighter Amerika Serikat (AS) sedang dalam bahaya lagi. Laporan itu menyebut jet tempur siluman generasi kelima Amerika itu terdapat beberapa kekurangan yang mengejutkan.
Bocoran laporan itu diperoleh Bloomberg yang akan dirilis detail pekan ini. Masalah itu terungkap sehari setelah pelaksana tugas menteri pertahanan AS Patrick Shanahan mempertanyakan kinerja jet tempur termahal tersebut.
Di antara temuan yang mengganggu adalah perkiraan masa kerja pesawat. Data dari laporan itu menunjukkan umur masa kerja pesawat F-35 sekitar 2.100 jam, berbeda jauh dengan umur layanan yang diharapkan hingga 8.000 jam.
“Keandalan sementara dan metrik perawatan lapangan untuk memenuhi target yang direncanakan 80 persen tidak terpenuhi," bunyi laporan tersebut, yang berarti berkurangnya ketersediaan pelatihan. "Performa armada saat ini jauh di bawah tolok ukur itu," lanjut laporan tersebut, dikutip Asia Times, Kamis (31/1/2019).
Pengujian keamanan siber juga menunjukkan bahwa beberapa kerentanan yang terungkap pada tahun-tahun sebelumnya masih belum diatasi. Hal itu memicu kekhawatiran terlebih di era serangan siber.
"Pilot dan personel pemeliharaan harus menangani masalah yang meluas dengan integritas data, serta kelengkapan setiap hari," kata seorang penguji, yang tak disebutkan identitasnya.
Pada hari Selasa, Shanahan ditekan untuk mengklarifikasi kritik sebelumnya terhadap program F-35.
"Saya condong terhadap kinerja," kata Shanahan kepada wartawan. "Saya condong ke arah memberikan uang pajak kepada wajib pajak," kata Shanahan. "Dan F-35, dapat dikatakan, memiliki banyak peluang untuk kinerja yang lebih baik."
Shanahan sebelumnya bekerja sebagai eksekutif untuk Boeing, yang menurut laporan dia berharap untuk menjual pesawat tempur F-15 ke Pentagon. Kritiknya itu memberi isyarat ada persaingan antara Boeing dengan Lockheed Martin sebagai produsesn F-35.
Program F-35 telah lama diganggu dengan kritik terkait biaya dan keterlambatan pengembangannya.
Bocoran laporan itu diperoleh Bloomberg yang akan dirilis detail pekan ini. Masalah itu terungkap sehari setelah pelaksana tugas menteri pertahanan AS Patrick Shanahan mempertanyakan kinerja jet tempur termahal tersebut.
Di antara temuan yang mengganggu adalah perkiraan masa kerja pesawat. Data dari laporan itu menunjukkan umur masa kerja pesawat F-35 sekitar 2.100 jam, berbeda jauh dengan umur layanan yang diharapkan hingga 8.000 jam.
“Keandalan sementara dan metrik perawatan lapangan untuk memenuhi target yang direncanakan 80 persen tidak terpenuhi," bunyi laporan tersebut, yang berarti berkurangnya ketersediaan pelatihan. "Performa armada saat ini jauh di bawah tolok ukur itu," lanjut laporan tersebut, dikutip Asia Times, Kamis (31/1/2019).
Pengujian keamanan siber juga menunjukkan bahwa beberapa kerentanan yang terungkap pada tahun-tahun sebelumnya masih belum diatasi. Hal itu memicu kekhawatiran terlebih di era serangan siber.
"Pilot dan personel pemeliharaan harus menangani masalah yang meluas dengan integritas data, serta kelengkapan setiap hari," kata seorang penguji, yang tak disebutkan identitasnya.
Pada hari Selasa, Shanahan ditekan untuk mengklarifikasi kritik sebelumnya terhadap program F-35.
"Saya condong terhadap kinerja," kata Shanahan kepada wartawan. "Saya condong ke arah memberikan uang pajak kepada wajib pajak," kata Shanahan. "Dan F-35, dapat dikatakan, memiliki banyak peluang untuk kinerja yang lebih baik."
Shanahan sebelumnya bekerja sebagai eksekutif untuk Boeing, yang menurut laporan dia berharap untuk menjual pesawat tempur F-15 ke Pentagon. Kritiknya itu memberi isyarat ada persaingan antara Boeing dengan Lockheed Martin sebagai produsesn F-35.
Program F-35 telah lama diganggu dengan kritik terkait biaya dan keterlambatan pengembangannya.
(mas)