Indonesia Serukan Proses Politik yang Demokratis di Venezuela
A
A
A
JAKARTA - Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyatakan telah mengikuti dari dekat perkembangan situasi di Venezuela . Kemlu pun menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi yang berkembang di negara yang kaya akan minyak itu.
"Kita menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan yang dapat memperburuk situasi," kata Kemlu dalam rilis yang diterima Sindonews, Sabtu (26/1/2019).
Lebih lanjut, dengan tetap menghormati kedaulatan dan tanpa bermaksud mencampuri urusan dalam negeri negara lain, Kemlu menyatakan sangat penting untuk mendengarkan suara rakyat Venezuela.
"Oleh karena itu perlu segera dilakukan proses politik yang demokratis, transparan dan kredibel," demikian pernyataan Kemlu.
Krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela kini telah berubah menjadi krisis politik. Krisis ini semakin meningkat setelah pemimpin Majelis Nasional, sebutan untuk parlemen Venezuela, Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Ia secara terbuka menentang Presiden sosialis Nicolas Maduro , yang lawan-lawannya mengatakan secara tidak sah terpilih untuk masa jabatan kedua.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan setidaknya 11 negara Amerika Latin, mengatakan mereka mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden. Sementara Rusia, China dan sejumlah negara lainnya mendukung Maduro. Kedua belah pihak menyiapkan panggung untuk perjuangan masa depan Venezuela baik di dalam maupun di luar negara Amerika Selatan.
"Kita menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan yang dapat memperburuk situasi," kata Kemlu dalam rilis yang diterima Sindonews, Sabtu (26/1/2019).
Lebih lanjut, dengan tetap menghormati kedaulatan dan tanpa bermaksud mencampuri urusan dalam negeri negara lain, Kemlu menyatakan sangat penting untuk mendengarkan suara rakyat Venezuela.
"Oleh karena itu perlu segera dilakukan proses politik yang demokratis, transparan dan kredibel," demikian pernyataan Kemlu.
Krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela kini telah berubah menjadi krisis politik. Krisis ini semakin meningkat setelah pemimpin Majelis Nasional, sebutan untuk parlemen Venezuela, Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Ia secara terbuka menentang Presiden sosialis Nicolas Maduro , yang lawan-lawannya mengatakan secara tidak sah terpilih untuk masa jabatan kedua.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan setidaknya 11 negara Amerika Latin, mengatakan mereka mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden. Sementara Rusia, China dan sejumlah negara lainnya mendukung Maduro. Kedua belah pihak menyiapkan panggung untuk perjuangan masa depan Venezuela baik di dalam maupun di luar negara Amerika Selatan.
(ian)