FBI Tangkap Roger Stone, Mantan Penasihat Trump
A
A
A
WASHINGTON - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) menangkap Roger Stone, mantan penasihat Donald Trump untuk kampanye pemilihan presiden 2016. Penangkapan Stone ini terkait dengan penyelidikan dugaan kolusi antara Trump dengan Rusia yang dipimpin Penyelidik Khusus Robert Mueller.
Agen bersenjata FBI, seperti diberitakan Reuters Sabtu (26/1/2019), menyerbu rumah Stone di Fort Lauderdale, Florida, pada Jumat pagi. Mantan anak buah Presiden Trump ini pada hari Kamis didakwa atas sejumlah tuduhan di antaranya menghalangi penyelidikan, "merusak" saksi, dan lima dakwaan pernyataan palsu.
Mueller mengatakan dalam laporan pengadilan bahwa Stone memiliki pengetahuan lebih lanjut tentang rencana WikiLeaks untuk merilis email, yang menurut para analis diduga berkontribusi terhadap kemenangan Trump yang mengejutkan terhadap kandidat presiden Partai Demokrat Hillary Clinton.
Selama kampanye Trump, Stone membual bahwa dia memiliki koneksi dengan co-founder WikiLeaks, Julian Assange. Namun, dia kemudian mengatakan koneksi yang dia maksud bukan hubungan langsung.
Sebaliknya, Stone mengatakan bahwa dia mengandalkan pembawa acara radio New York, Randy Credico, sebagai "perantara".
Surat dakwaan mengatakan Stone berbohong kepada Komite Intelijen Parlemen AS tentang dugaan kontaknya dengan WikiLeaks dan mencoba meyakinkan orang lain untuk memberikan kesaksian palsu.
Stone, sekutu lama Trump, baru-baru ini dipuji oleh presiden karena mengatakan bahwa dia tidak pernah bersaksi melawan Trump. Sebaliknya, dia mengklaim mempunyai nyali di hadapan jaksa penuntut yang nakal dan tidak terkontrol Mueller.
Agen-agen FBI dilaporkan muncul di pintu rumah Stone pada Jumat pagi. Para agen itu dipersenjatai senapan serbu dan mengenakan baju besi tubuh, dan tidak mengeluarkan peringatan.
Para agen FBI itu termasuk yang tidak dibayar karena pemerintah AS sedang shutdown atau tutup.
Sejak Trump berkuasa, penyelidikan "Russiagate" oleh Penyelidik Khusus Robert Mueller telah menyelidiki tuduhan komunitas intelijen AS bahwa Trump telah berkolusi dengan Rusia selama kampanye 2016. Penangkapan Stone tercatat yang paling signifikan dari penyelidikan tersebut.
Rusia telah menampik tuduhan bahwa mereka bekerja untuk membuat Trump berkuasa atau mengendalikan keputusannya.
Agen bersenjata FBI, seperti diberitakan Reuters Sabtu (26/1/2019), menyerbu rumah Stone di Fort Lauderdale, Florida, pada Jumat pagi. Mantan anak buah Presiden Trump ini pada hari Kamis didakwa atas sejumlah tuduhan di antaranya menghalangi penyelidikan, "merusak" saksi, dan lima dakwaan pernyataan palsu.
Mueller mengatakan dalam laporan pengadilan bahwa Stone memiliki pengetahuan lebih lanjut tentang rencana WikiLeaks untuk merilis email, yang menurut para analis diduga berkontribusi terhadap kemenangan Trump yang mengejutkan terhadap kandidat presiden Partai Demokrat Hillary Clinton.
Selama kampanye Trump, Stone membual bahwa dia memiliki koneksi dengan co-founder WikiLeaks, Julian Assange. Namun, dia kemudian mengatakan koneksi yang dia maksud bukan hubungan langsung.
Sebaliknya, Stone mengatakan bahwa dia mengandalkan pembawa acara radio New York, Randy Credico, sebagai "perantara".
Surat dakwaan mengatakan Stone berbohong kepada Komite Intelijen Parlemen AS tentang dugaan kontaknya dengan WikiLeaks dan mencoba meyakinkan orang lain untuk memberikan kesaksian palsu.
Stone, sekutu lama Trump, baru-baru ini dipuji oleh presiden karena mengatakan bahwa dia tidak pernah bersaksi melawan Trump. Sebaliknya, dia mengklaim mempunyai nyali di hadapan jaksa penuntut yang nakal dan tidak terkontrol Mueller.
Agen-agen FBI dilaporkan muncul di pintu rumah Stone pada Jumat pagi. Para agen itu dipersenjatai senapan serbu dan mengenakan baju besi tubuh, dan tidak mengeluarkan peringatan.
Para agen FBI itu termasuk yang tidak dibayar karena pemerintah AS sedang shutdown atau tutup.
Sejak Trump berkuasa, penyelidikan "Russiagate" oleh Penyelidik Khusus Robert Mueller telah menyelidiki tuduhan komunitas intelijen AS bahwa Trump telah berkolusi dengan Rusia selama kampanye 2016. Penangkapan Stone tercatat yang paling signifikan dari penyelidikan tersebut.
Rusia telah menampik tuduhan bahwa mereka bekerja untuk membuat Trump berkuasa atau mengendalikan keputusannya.
(mas)