Pemimpin Oposisi Venezuela Tawarkan Amnesti kepada Maduro
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela , Nicolas Maduro , dan orang-orang di lingkaran dalamnya dapat diberikan amnesti jika ia setuju melepaskan kekuasaannya dan tunduk pada transisi politik yang damai. Hal itu dikatakan oleh tokoh oposisi Venezuela, Juan Guaido.
Dalam wawancara pertamanya setelah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara, Guadio mengatakan ia bertekad untuk mengakhiri kediktatoran Maduro, menstabilkan negaranya yang hancur secara ekonomi dan menyelenggarakan pemilu yang bebas sesegera mungkin.
Pemimpin oposisi berusia 35 tahun itu memperbarui seruannya untuk militer Venezuela - yang anggotanya telah ditawari amnesti - untuk berpaling dari panglima tertinggi mereka.
Ia juga menawarkan amnesti kepada Maduro jika ia bersedia untuk lengser.
"Amnesti ini, jaminan ini ada di meja untuk semua orang yang siap untuk menempatkan diri mereka di sisi konstitusi untuk memulihkan tatanan demokrasi," katanya.
"Dalam masa transisi, hal-hal serupa telah terjadi sebelumnya," kata Guaido kepada penyiar Univision, menunjuk pada pengampunan sebelumnya di Chili dan Venezuela pada 1970-an dan 1950-an.
"Kami tidak dapat mengabaikan elemen apa pun," tambahnya, bersikeras bahwa langkah seperti itu tidak akan mewakili impunitas atau lupa seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (25/1/2019).
Maduro - yang telah bersumpah untuk menentang apa yang ia sebut sebagai rencana "gringo" untuk menggesernya - telah memberikan sedikit petunjuk publik bahwa dia akan menerima tawaran tersebut meskipun berbicara di Mahkamah Agung di Caracas pada hari Kamis dia bersikeras: "Saya siap berdialog, untuk memahami, untuk negosiasi, untuk persetujuan."
Namun, dalam pidato yang sama Maduro juga menyerang Guaido, menuduhnya sebagai bidak dalam rencana yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk menghancurkan revolusi kiri Bolivarian yang ia warisi setelah kematian Hugo Chavez pada 2013.
“Apakah kita akan melegitimasi pemerintahan boneka yang diberlakukan dari luar negeri? Kami akan membiarkan konstitusi kami dilanggar? Tidak!" Tegas Maduro, menyalahkan apa yang dicapnya sebagai upaya kudeta atas "kegilaan" Donald Trump.
Petinggi militer Venezuela juga memberikan dukungan mereka di belakang Maduro dengan menteri pertahanan, Vladimir Padrino, memperingatkan bahwa negara itu dapat terjerumus ke dalam konflik yang menghancurkan dengan langkah pertama "menggelikan" tetapi berbahaya.
“Bukan perang saudara, perang antara saudara, yang akan menyelesaikan masalah Venezuela. Itu adalah dialog,” kata Padrino.
Pakar Venezuela Miguel Tinker Salas mengatakan dia yakin solusi yang dinegosiasikan - seperti yang sedang dipromosikan oleh pemerintah Meksiko dan Uruguay - adalah satu-satunya cara untuk meredakan kebuntuan yang semakin berbahaya yang berpotensi meningkat menjadi krisis geopolitik besar antara AS, Rusia dan China.
Tetapi Salas mengatakan jaminan luas harus diberikan kepada pendukung Maduro.
"Ini bukan hanya tentang Maduro pergi ke pengasingan. Apa yang terjadi pada semua chavista? Kami tidak hanya berbicara tentang beberapa ratus orang. Kami berbicara tentang ratusan ribu yang telah mendukung Chavez - dan mereka khawatir tentang pembalasan,” ujarnya.
Dalam wawancaranya, Guaido bersikeras "tidak ada yang mau" intervensi militer asing di Venezuela untuk melengserkan Maduro dan mengatakan ia berharap jalan keluar yang damai dapat ditemukan.
"Kita tidak boleh kehilangan harapan," katanya, mendesak para pendukung untuk terus turun ke jalan untuk menuntut perubahan.
Dalam wawancara pertamanya setelah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara, Guadio mengatakan ia bertekad untuk mengakhiri kediktatoran Maduro, menstabilkan negaranya yang hancur secara ekonomi dan menyelenggarakan pemilu yang bebas sesegera mungkin.
Pemimpin oposisi berusia 35 tahun itu memperbarui seruannya untuk militer Venezuela - yang anggotanya telah ditawari amnesti - untuk berpaling dari panglima tertinggi mereka.
Ia juga menawarkan amnesti kepada Maduro jika ia bersedia untuk lengser.
"Amnesti ini, jaminan ini ada di meja untuk semua orang yang siap untuk menempatkan diri mereka di sisi konstitusi untuk memulihkan tatanan demokrasi," katanya.
"Dalam masa transisi, hal-hal serupa telah terjadi sebelumnya," kata Guaido kepada penyiar Univision, menunjuk pada pengampunan sebelumnya di Chili dan Venezuela pada 1970-an dan 1950-an.
"Kami tidak dapat mengabaikan elemen apa pun," tambahnya, bersikeras bahwa langkah seperti itu tidak akan mewakili impunitas atau lupa seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (25/1/2019).
Maduro - yang telah bersumpah untuk menentang apa yang ia sebut sebagai rencana "gringo" untuk menggesernya - telah memberikan sedikit petunjuk publik bahwa dia akan menerima tawaran tersebut meskipun berbicara di Mahkamah Agung di Caracas pada hari Kamis dia bersikeras: "Saya siap berdialog, untuk memahami, untuk negosiasi, untuk persetujuan."
Namun, dalam pidato yang sama Maduro juga menyerang Guaido, menuduhnya sebagai bidak dalam rencana yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk menghancurkan revolusi kiri Bolivarian yang ia warisi setelah kematian Hugo Chavez pada 2013.
“Apakah kita akan melegitimasi pemerintahan boneka yang diberlakukan dari luar negeri? Kami akan membiarkan konstitusi kami dilanggar? Tidak!" Tegas Maduro, menyalahkan apa yang dicapnya sebagai upaya kudeta atas "kegilaan" Donald Trump.
Petinggi militer Venezuela juga memberikan dukungan mereka di belakang Maduro dengan menteri pertahanan, Vladimir Padrino, memperingatkan bahwa negara itu dapat terjerumus ke dalam konflik yang menghancurkan dengan langkah pertama "menggelikan" tetapi berbahaya.
“Bukan perang saudara, perang antara saudara, yang akan menyelesaikan masalah Venezuela. Itu adalah dialog,” kata Padrino.
Pakar Venezuela Miguel Tinker Salas mengatakan dia yakin solusi yang dinegosiasikan - seperti yang sedang dipromosikan oleh pemerintah Meksiko dan Uruguay - adalah satu-satunya cara untuk meredakan kebuntuan yang semakin berbahaya yang berpotensi meningkat menjadi krisis geopolitik besar antara AS, Rusia dan China.
Tetapi Salas mengatakan jaminan luas harus diberikan kepada pendukung Maduro.
"Ini bukan hanya tentang Maduro pergi ke pengasingan. Apa yang terjadi pada semua chavista? Kami tidak hanya berbicara tentang beberapa ratus orang. Kami berbicara tentang ratusan ribu yang telah mendukung Chavez - dan mereka khawatir tentang pembalasan,” ujarnya.
Dalam wawancaranya, Guaido bersikeras "tidak ada yang mau" intervensi militer asing di Venezuela untuk melengserkan Maduro dan mengatakan ia berharap jalan keluar yang damai dapat ditemukan.
"Kita tidak boleh kehilangan harapan," katanya, mendesak para pendukung untuk terus turun ke jalan untuk menuntut perubahan.
(ian)