Viral, Penduduk Asli Amerika Diejek Anak SMA Pendukung Trump
A
A
A
WASHINGTON - Seorang pria penduduk asli Amerika terlihat dalam sejumlah video sedang diejek anak sekolah menengah atas (SMA) yang merupakan pendukung Presiden Donald Trump. Pria itu berada di dua kelompok yang sama-sama menggelar aksi di luar Lincoln Memorial, Jumat pekan lalu.
Video-video ledekan itu viral di media sosial. Penduduk asli Amerika bernama Nathan Phillips mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press bahwa dia berusaha menjaga perdamaian antara beberapa siswa sekolah menengah Kentucky (sebuah sekolah Katolik) dan kelompok agama kulit hitam yang bertemu di National Mall.
Para siswa berpartisipasi dalam March for Life, yang menarik ribuan demonstran anti-aborsi. Sedangkan Phillips menghadiri Indigenous Peoples March.
"Sesuatu yang menyebabkan saya menempatkan diri saya di antara (mereka), itu hitam dan putih," kata Phillips, yang tinggal di Ypsilanti, Michigan.
“Apa yang saya lihat adalah negara saya hancur berantakan. Saya tidak bisa berdiri dan membiarkan itu terjadi," ujarnya.
Video menunjukkan seorang remaja berdiri sangat dekat dengan Phillips dan menatapnya saat dia bernyanyi dan memainkan drum. Murid-murid lain, beberapa di antaranya mengenakan topi dan kaus bertuliskan "Make America Great Again" bernyanyi, tertawa dan mengejek Philips.
Video-video lain juga memperlihatkan para anggota kelompok agama itu, yang diduga berafiliasi dengan gerakan Black Hebrew Israelite, berteriak-teriak menghina para siswa sebagai pembalasan.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Keuskupan Katolik Roma di Covington dan Sekolah Menengah Katolik Covington meminta maaf. Mereka mengaku sedang menyelidiki dan akan mengambil tindakan yang tepat.
"Kami menyampaikan permintaan maaf kami yang terdalam kepada Phillips,” bunyi pernyataan keuskupan itu. "Perilaku ini bertentangan dengan ajaran Gereja tentang martabat dan rasa hormat manusia," lanjut pernyataan tersebut, yang dilansir Senin (21/1/2019).
Pada hari Minggu pagi, halaman Facebook Covington Catholic tidak tersedia. Panggilan telepon ke pihak sekolah pada hari Minggu juga tidak dijawab. Menurut situs web Indian Country Today, Phillips adalah penatua Omaha dan veteran Perang Vietnam yang mengadakan upacara tahunan untuk menghormati para veteran penduduk asli Amerika di Arlington National Cemetery.
Phillips mengatakan itu adalah akhir yang sulit untuk hari yang hebat, di mana kelompoknya berusaha untuk menyoroti ketidakadilan terhadap penduduk asli di seluruh dunia melalui aksi dan doa.
Dia mengatakan interaksi pertamanya dengan para siswa datang ketika mereka memasuki area yang diizinkan untuk Indigenous Peoples March.
"Mereka saling memberi komentar ... (seperti) 'Di negara saya orang-orang Indian itu tidak lain hanyalah sekelompok pemabuk'. Bagaimana saya melaporkannya?," kata Philips.
"Orang-orang muda ini hanya melakukan perjalanan kasar melalui ruang kita, seperti apa yang telah terjadi selama 500 tahun di sini, hanya berjalan melalui wilayah kita, merasa seperti 'ini milik kita'," paparnya.
Video-video ledekan itu viral di media sosial. Penduduk asli Amerika bernama Nathan Phillips mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press bahwa dia berusaha menjaga perdamaian antara beberapa siswa sekolah menengah Kentucky (sebuah sekolah Katolik) dan kelompok agama kulit hitam yang bertemu di National Mall.
Para siswa berpartisipasi dalam March for Life, yang menarik ribuan demonstran anti-aborsi. Sedangkan Phillips menghadiri Indigenous Peoples March.
"Sesuatu yang menyebabkan saya menempatkan diri saya di antara (mereka), itu hitam dan putih," kata Phillips, yang tinggal di Ypsilanti, Michigan.
“Apa yang saya lihat adalah negara saya hancur berantakan. Saya tidak bisa berdiri dan membiarkan itu terjadi," ujarnya.
Video menunjukkan seorang remaja berdiri sangat dekat dengan Phillips dan menatapnya saat dia bernyanyi dan memainkan drum. Murid-murid lain, beberapa di antaranya mengenakan topi dan kaus bertuliskan "Make America Great Again" bernyanyi, tertawa dan mengejek Philips.
Video-video lain juga memperlihatkan para anggota kelompok agama itu, yang diduga berafiliasi dengan gerakan Black Hebrew Israelite, berteriak-teriak menghina para siswa sebagai pembalasan.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Keuskupan Katolik Roma di Covington dan Sekolah Menengah Katolik Covington meminta maaf. Mereka mengaku sedang menyelidiki dan akan mengambil tindakan yang tepat.
"Kami menyampaikan permintaan maaf kami yang terdalam kepada Phillips,” bunyi pernyataan keuskupan itu. "Perilaku ini bertentangan dengan ajaran Gereja tentang martabat dan rasa hormat manusia," lanjut pernyataan tersebut, yang dilansir Senin (21/1/2019).
Pada hari Minggu pagi, halaman Facebook Covington Catholic tidak tersedia. Panggilan telepon ke pihak sekolah pada hari Minggu juga tidak dijawab. Menurut situs web Indian Country Today, Phillips adalah penatua Omaha dan veteran Perang Vietnam yang mengadakan upacara tahunan untuk menghormati para veteran penduduk asli Amerika di Arlington National Cemetery.
Phillips mengatakan itu adalah akhir yang sulit untuk hari yang hebat, di mana kelompoknya berusaha untuk menyoroti ketidakadilan terhadap penduduk asli di seluruh dunia melalui aksi dan doa.
Dia mengatakan interaksi pertamanya dengan para siswa datang ketika mereka memasuki area yang diizinkan untuk Indigenous Peoples March.
"Mereka saling memberi komentar ... (seperti) 'Di negara saya orang-orang Indian itu tidak lain hanyalah sekelompok pemabuk'. Bagaimana saya melaporkannya?," kata Philips.
"Orang-orang muda ini hanya melakukan perjalanan kasar melalui ruang kita, seperti apa yang telah terjadi selama 500 tahun di sini, hanya berjalan melalui wilayah kita, merasa seperti 'ini milik kita'," paparnya.
(mas)