Otoritas Prancis Tangkap Ratusan Demonstran Rompi Kuning
A
A
A
PARIS - Setidaknya 102 demonstran Rompi Kuning ditangkap dalam aksi demonstrasi tebaru yang terjadi di Ibu Kota Prancis, Paris, di mana petugas polisi menggunakan gas air mata dan meriam air pada para pemrotes.
Aksi demonstrasi yang berlangsung kemarin tersebut, awalnya berlagsung dengan damai. Namun, ketegangan antara petugas polisi dan pengunjuk rasa meningkat pada siang hari.
Melansir Anadolu Agency pada Minggu (13/1), para demonstran mulai melemparkan batu ke polisi. Hal ini direspon oleh polisi dengen menembakan gas air mata dan meriam air terhadap para pengunjuk rasa.
Protes Rampu Kuning, yang dimulai sebagai reaksi untuk memicu kenaikan pajak dan berkembang menjadi protes terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terus berlanjut meskipun pemerintah menyerukan agar mereka berhenti.
Protes pertama kali dimulai di Prancis pada 17 November, tetapi dengan cepat mengambil tema yang lebih besar dan juga menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.
Ribuan pengunjuk rasa mengenakan rompi kuning cerah, telah berkumpul di kota-kota besar Prancis, untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar yang kontroversial dan memburuknya situasi ekonomi.
Demonstran mengadakan protes yang menghalangi jalan dan lalu lintas, dan juga memblokir pintu masuk dan keluar ke banyak pompa bensin dan pabrik di seluruh negeri.
Para pengunjuk rasa, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan karena sewa tinggi di kota-kota, telah meminta Macron untuk memotong pajak bahan bakar dan meringankan kesulitan ekonomi mereka.
Di bawah tekanan dari protes, Macron akhirnya mengumumkan kenaikan upah minimum dan juga membatalkan kenaikan pajak bahan bakar yang kontroversial.
Sedikitnya 10 orang tewas, lebih dari 5.500 lainnya ditahan, dan lebih dari seribu lainnya terluka dalam aksi demonstrasi itu.
Aksi demonstrasi yang berlangsung kemarin tersebut, awalnya berlagsung dengan damai. Namun, ketegangan antara petugas polisi dan pengunjuk rasa meningkat pada siang hari.
Melansir Anadolu Agency pada Minggu (13/1), para demonstran mulai melemparkan batu ke polisi. Hal ini direspon oleh polisi dengen menembakan gas air mata dan meriam air terhadap para pengunjuk rasa.
Protes Rampu Kuning, yang dimulai sebagai reaksi untuk memicu kenaikan pajak dan berkembang menjadi protes terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terus berlanjut meskipun pemerintah menyerukan agar mereka berhenti.
Protes pertama kali dimulai di Prancis pada 17 November, tetapi dengan cepat mengambil tema yang lebih besar dan juga menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.
Ribuan pengunjuk rasa mengenakan rompi kuning cerah, telah berkumpul di kota-kota besar Prancis, untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar yang kontroversial dan memburuknya situasi ekonomi.
Demonstran mengadakan protes yang menghalangi jalan dan lalu lintas, dan juga memblokir pintu masuk dan keluar ke banyak pompa bensin dan pabrik di seluruh negeri.
Para pengunjuk rasa, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan karena sewa tinggi di kota-kota, telah meminta Macron untuk memotong pajak bahan bakar dan meringankan kesulitan ekonomi mereka.
Di bawah tekanan dari protes, Macron akhirnya mengumumkan kenaikan upah minimum dan juga membatalkan kenaikan pajak bahan bakar yang kontroversial.
Sedikitnya 10 orang tewas, lebih dari 5.500 lainnya ditahan, dan lebih dari seribu lainnya terluka dalam aksi demonstrasi itu.
(esn)