Indonesia Disebut Minta Maaf soal Penahanan 5 Warga Malaysia
A
A
A
KUALA LUMPUR - Pemerintah Malaysia menyebut pemerintah Indonesia telah meminta maaf setelah militernya menahan lima warga Malaysia di dekat perbatasan Sarawak-Kalimantan. Penahanan lima warga atas tuduhan mencuri kayu.
Wakil Menteri Luar Negeri Malaysia Marzuki Yahya, seperti dikutip New Straits Times, semalam (23/12/2018), mengatakan pemerintah Indonesia telah mengakui bahwa tentaranya salah.
"Kami (pemerintah Malaysia) telah mengambil tindakan tegas terhadap apa yang terjadi ketika kami mengirim nota protes mengenai masalah ini," katanya.
“Indonesia telah mengakui kesalahan mereka dan mereka menyambut pengingat kami untuk memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi," ujarnya.
Wakil menteri itu menambahkan bahwa pemerintah Malaysia menghargai tanggapan positif Indonesia mengenai masalah ini.
Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu mengatakan kerja sama militer bilateral tidak akan terancam rusak oleh insiden itu.
"Insiden itu tidak berpengaruh pada hubungan kita. Hubungan kami dengan Indonesia dekat. Semua masalah bisa diselesaikan di meja perundingan," katanya.
Jumat lalu, Malaysia mengirim nota protes ke Jakarta. Nota protes itu berisi kecaman penganiayaan dan penahanan warganya oleh pasukan keamanan Indonesia.
Pada 12 Desember, polisi Sarawak menerima laporan terkait dugaan penculikan oleh anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di hutan Wong Rangkai dekat perbatasan Sarawak-Kalimantan.
Kelima warga, berusia antara 15 hingga 64 tahun, sedang memanen kayu di sebuah hutan yang berjarak 400 meter dari perbatasan pada 11 Desember.
Para penebang dilaporkan ditahan oleh beberapa pria bersenjata yang mengenakan seragam militer.
Mereka dipaksa untuk berkendara melintasi perbatasan Kalimantan ke pos komando Indonesia di Sungei Enteli. Kelima orang itu telah dibebaskan melalui negosiasi.
Komisioner polisi Malaysia Azman Yusof mengatakan pihak berwenang sekarang menunggu laporan investigasi yang dilakukan oleh Sarawak Land and Survey Department.
"Temuan ini untuk memastikan apakah kelima orang ini telah melakukan kegiatan penebangan pohon di sisi perbatasan Malaysia atau Indonesia dan diperkirakan akan diketahui dalam beberapa hari ke depan," katanya kepada Bernama.
Wakil Menteri Luar Negeri Malaysia Marzuki Yahya, seperti dikutip New Straits Times, semalam (23/12/2018), mengatakan pemerintah Indonesia telah mengakui bahwa tentaranya salah.
"Kami (pemerintah Malaysia) telah mengambil tindakan tegas terhadap apa yang terjadi ketika kami mengirim nota protes mengenai masalah ini," katanya.
“Indonesia telah mengakui kesalahan mereka dan mereka menyambut pengingat kami untuk memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi," ujarnya.
Wakil menteri itu menambahkan bahwa pemerintah Malaysia menghargai tanggapan positif Indonesia mengenai masalah ini.
Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu mengatakan kerja sama militer bilateral tidak akan terancam rusak oleh insiden itu.
"Insiden itu tidak berpengaruh pada hubungan kita. Hubungan kami dengan Indonesia dekat. Semua masalah bisa diselesaikan di meja perundingan," katanya.
Jumat lalu, Malaysia mengirim nota protes ke Jakarta. Nota protes itu berisi kecaman penganiayaan dan penahanan warganya oleh pasukan keamanan Indonesia.
Pada 12 Desember, polisi Sarawak menerima laporan terkait dugaan penculikan oleh anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di hutan Wong Rangkai dekat perbatasan Sarawak-Kalimantan.
Kelima warga, berusia antara 15 hingga 64 tahun, sedang memanen kayu di sebuah hutan yang berjarak 400 meter dari perbatasan pada 11 Desember.
Para penebang dilaporkan ditahan oleh beberapa pria bersenjata yang mengenakan seragam militer.
Mereka dipaksa untuk berkendara melintasi perbatasan Kalimantan ke pos komando Indonesia di Sungei Enteli. Kelima orang itu telah dibebaskan melalui negosiasi.
Komisioner polisi Malaysia Azman Yusof mengatakan pihak berwenang sekarang menunggu laporan investigasi yang dilakukan oleh Sarawak Land and Survey Department.
"Temuan ini untuk memastikan apakah kelima orang ini telah melakukan kegiatan penebangan pohon di sisi perbatasan Malaysia atau Indonesia dan diperkirakan akan diketahui dalam beberapa hari ke depan," katanya kepada Bernama.
(mas)