Macron Sesali Keputusan Trump Tarik Pasukan AS dari Suriah
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyesalkan keputusan rekannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memutuskan menarik pasukannya dari Suriah.Menurutnya, keputusan seperti itu tidak sesuai dengan prinsip sekutu yang semestinya dapat diandalkan dan bertempur saling bahu-membahu.
"Saya sangat menyesali keputusan (Trump) yang dibuat di Suriah," kata Macron pada hari Minggu, dalam konferensi pers di tengah kunjungannya ke Chad.
Awal pekan ini, Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik seluruh pasukan AS yang berjumlah sekitar 2.000 personel dari negara Bashar al-Assad. Alasannya, kelompok Islamic State (ISIS) sudah dikalahkan.
"Menjadi sekutu adalah bertempur bahu-membahu. Itu hal yang paling penting bagi kepala negara dan kepala militer," kata Macron. "Seorang sekutu harus bisa diandalkan," ujarnya.
Presiden Prancis itu lantas memuji Menteri Pertahanan AS James Mattis memilih mengundirkan diri karena tidak setuju dengan keputusan Trump.
"Saya ingin di sini untuk memberikan penghormatan kepada Jenderal Mattis dan komentar yang menyertai keputusannya, selama setahun kami telah melihat bagaimana dia adalah mitra yang dapat diandalkan," puji Macron, seperti dilansir Reuters, Senin (24/12/2018).
Macron menegaskan, Prancis akan melanjutkan operasi militernya di Suriah dan mendukung milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Analis dan pendiri 21st Century Wire, Patrick Henningsen, menyebut reaksi Macron terhadap langkah Trump tak terduga, karena Paris membutuhkan kehadiran Washington untuk tetap berada di kawasan Suriah.
"Di satu sisi Macron ingin menunjukkan Prancis sebagai aktor negara yang independen dengan kemampuan pengambilan keputusannya sendiri yang independen, terutama yang berkaitan dengan keamanan," kata Henningsen."Tetapi kenyataannya ada di sini, dia ingin AS tetap berpihak pada apa yang disebut upaya koalisi di Timur Tengah," ujarnya.
"Saya sangat menyesali keputusan (Trump) yang dibuat di Suriah," kata Macron pada hari Minggu, dalam konferensi pers di tengah kunjungannya ke Chad.
Awal pekan ini, Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik seluruh pasukan AS yang berjumlah sekitar 2.000 personel dari negara Bashar al-Assad. Alasannya, kelompok Islamic State (ISIS) sudah dikalahkan.
"Menjadi sekutu adalah bertempur bahu-membahu. Itu hal yang paling penting bagi kepala negara dan kepala militer," kata Macron. "Seorang sekutu harus bisa diandalkan," ujarnya.
Presiden Prancis itu lantas memuji Menteri Pertahanan AS James Mattis memilih mengundirkan diri karena tidak setuju dengan keputusan Trump.
"Saya ingin di sini untuk memberikan penghormatan kepada Jenderal Mattis dan komentar yang menyertai keputusannya, selama setahun kami telah melihat bagaimana dia adalah mitra yang dapat diandalkan," puji Macron, seperti dilansir Reuters, Senin (24/12/2018).
Macron menegaskan, Prancis akan melanjutkan operasi militernya di Suriah dan mendukung milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Analis dan pendiri 21st Century Wire, Patrick Henningsen, menyebut reaksi Macron terhadap langkah Trump tak terduga, karena Paris membutuhkan kehadiran Washington untuk tetap berada di kawasan Suriah.
"Di satu sisi Macron ingin menunjukkan Prancis sebagai aktor negara yang independen dengan kemampuan pengambilan keputusannya sendiri yang independen, terutama yang berkaitan dengan keamanan," kata Henningsen."Tetapi kenyataannya ada di sini, dia ingin AS tetap berpihak pada apa yang disebut upaya koalisi di Timur Tengah," ujarnya.
(mas)