Duterte kepada Uskup: Sampai Jumpa di Neraka
A
A
A
MANILA - Melanjutkan serangan verbalnya terhadap Gereja Katolik, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengklaim bahwa seorang uskup telah mengharapkan kematiannya.
Duterte mengatakan hal ini untuk membenarkan pernyataan dia sebelumnya. Beberapa waktu lalu, sosok kontroversial itu mengatakan para uskup harus dibunuh karena mengkritik pemerintahannya.
"Jika Anda para pendeta, uskup, jika Anda bisa mengatakan itu kepada saya, semoga saya - mati dalam misa, mengapa saya tidak bicara? Anda juga harus. Lagi pula, siapa yang akan percaya bahwa Anda akan pergi ke surga?" kata Duterte.
"Kau bermimpi. Kita semua, kita akan saling bertemu di neraka," tambahnya seperti dikutip dari Philstar, Jumat (14/12/2018).
Duterte juga memperingatkan para pengkritiknya untuk tidak menggunakan agama sebagai platform guna menyerangnya. Gereja Katolik telah mengkritik kampanyenya terhadap obat-obatan terlarang karena telah mengakibatkan ribuan pembunuhan di luar hukum terhadap tersangka narkoba.
Terlepas dari kritiknya terhadap Gereja Katolik, Duterte mengatakan ia menyetujui Paus Francis, yang ia pernah kutuk karena dianggap menyebabkan lalu lintas macet selama kunjungannya ke negara itu pada tahun 2015.
"Paus sekarang ini, dia progresif. Saya percaya padanya. Saya salut padanya," kata presiden Filipina itu.
Dalam acara pengumumannya pada bulan November 2015, Duterte mengenang bagaimana beberapa jalan ditutup untuk memberi jalan bagi orang banyak yang ingin melihat Paus Fransiskus.
Presiden menarik kecaman dari Gereja Katolik karena menggunakan kata-kata tidak senonoh terhadap Paus. Beberapa hari setelah acara, Duterte meminta maaf dan menolak memaki Paus Francis.
Duterte, yang waktu itu adalah calon presiden, menjelaskan bahwa dia mengutuk ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur kemacetan lalu lintas selama kunjungan paus dan menekankan bahwa dia tidak bermaksud tidak menghormati Paus.
Duterte mengatakan hal ini untuk membenarkan pernyataan dia sebelumnya. Beberapa waktu lalu, sosok kontroversial itu mengatakan para uskup harus dibunuh karena mengkritik pemerintahannya.
"Jika Anda para pendeta, uskup, jika Anda bisa mengatakan itu kepada saya, semoga saya - mati dalam misa, mengapa saya tidak bicara? Anda juga harus. Lagi pula, siapa yang akan percaya bahwa Anda akan pergi ke surga?" kata Duterte.
"Kau bermimpi. Kita semua, kita akan saling bertemu di neraka," tambahnya seperti dikutip dari Philstar, Jumat (14/12/2018).
Duterte juga memperingatkan para pengkritiknya untuk tidak menggunakan agama sebagai platform guna menyerangnya. Gereja Katolik telah mengkritik kampanyenya terhadap obat-obatan terlarang karena telah mengakibatkan ribuan pembunuhan di luar hukum terhadap tersangka narkoba.
Terlepas dari kritiknya terhadap Gereja Katolik, Duterte mengatakan ia menyetujui Paus Francis, yang ia pernah kutuk karena dianggap menyebabkan lalu lintas macet selama kunjungannya ke negara itu pada tahun 2015.
"Paus sekarang ini, dia progresif. Saya percaya padanya. Saya salut padanya," kata presiden Filipina itu.
Dalam acara pengumumannya pada bulan November 2015, Duterte mengenang bagaimana beberapa jalan ditutup untuk memberi jalan bagi orang banyak yang ingin melihat Paus Fransiskus.
Presiden menarik kecaman dari Gereja Katolik karena menggunakan kata-kata tidak senonoh terhadap Paus. Beberapa hari setelah acara, Duterte meminta maaf dan menolak memaki Paus Francis.
Duterte, yang waktu itu adalah calon presiden, menjelaskan bahwa dia mengutuk ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur kemacetan lalu lintas selama kunjungan paus dan menekankan bahwa dia tidak bermaksud tidak menghormati Paus.
(ian)