Tragis, Bocah Migran Meninggal di Tahanan Patroli Perbatasan AS

Jum'at, 14 Desember 2018 - 14:55 WIB
Tragis, Bocah Migran...
Tragis, Bocah Migran Meninggal di Tahanan Patroli Perbatasan AS
A A A
LAS CRUCES - Seorang bocah perempuan berusia 7 tahun yang melintasi perbatasan Amerika Serikat (AS)-Meksiko dengan ayahnya minggu lalu meninggal setelah ditahan oleh Patroli Perbatasan AS. Demikian pernyataan yang dikeluarkan pihak imigrasi federal AS.

The Washington Post yang pertama kali melaporkan peristiwa ini menyebut bocah malang itu meninggal akibat dehidrasi dan shock lebih dari delapan jam setelah ditangkap oleh petugas dekat Lordsburg, New Mexico. Gadis itu berasal dari Guatemala dan bepergian dengan sekitar 163 orang yang mendekati petugas untuk menyerahkan diri pada 6 Desember.

Tidak diketahui apa yang terjadi pada gadis itu selama delapan jam sebelum dia mulai mengalami kejang dan diterbangkan ke rumah sakit di El Paso, Texas.

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan, CBP, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada The Washington Post bahwa gadis itu belum makan atau mengkonsumsi air dalam beberapa hari.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, DHS, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam bahwa gadis itu menderita demam 105,7 derajat dan diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit, di mana dia mengalami serangan jantung.

Dia sempat sadar tetapi belum sepenuhnya pulih dan meninggal 24 jam setelah tiba di rumah sakit.

"Meskipun upaya terbaik kami dan upaya terbaik dari tim medis yang merawat anak, kami tidak dapat menghentikan tragedi ini terjadi," kata DHS.

"Sekali lagi, kami memohon kepada orang tua untuk tidak menempatkan diri mereka atau anak-anak mereka dalam risiko mencoba masuk secara ilegal," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari NBC News, Jumat (14/12/2018).

Para pejabat keamanan dalam negeri mengatakan, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan telah melakukan penyelidikan.

"Ini tragis," cuit Senator AS Kamala Harris.

"Kami membutuhkan laporan lengkap dan menyeluruh tentang apa yang terjadi sebelum gadis 7 tahun ini meninggal karena dehidrasi dan kelelahan dalam tahanan CBP," imbuhnya.

Memproses 163 imigran dalam satu malam bisa menjadi tantangan bagi Patroli Perbatasan, yang fasilitas penahanannya dimaksudkan untuk sementara dan biasanya tidak cocok untuk banyak orang.

Ketika petugas Patroli Perbatasan menangkap seseorang, orang itu akan diproses di fasilitas tetapi biasanya menghabiskan tidak lebih dari 72 jam dalam tahanan sebelum mereka dipindahkan ke Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai atau, jika mereka orang Meksiko, cepat-cepat dideportasi ke negaranya.

Kematian gadis itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah petugas Patroli Perbatasan tahu dia sakit dan apakah dia diberi makan atau diberi minum selama delapan jam lebih dia ditahan.

Kematian bocah berusia 7 tahun itu terjadi setelah seorang balita meninggal pada Mei lalu setelah dibebaskan dari fasilitas penahanan keluarga ICE di Texas, dan ketika pemerintahan Trump berusaha melarang orang meminta suaka jika mereka melintasi perbatasan secara ilegal. Pengadilan banding federal telah memblokir sementara larangan itu, tetapi pemerintah meminta Mahkamah Agung AS untuk memberlakukannya kembali pada hari Selasa.

Cynthia Pompa, manajer advokasi untuk ACLU Border Rights Center, mengatakan kematian migran meningkat tahun lalu bahkan ketika jumlah penyeberangan perbatasan menurun.

"Tragedi ini merupakan hasil terburuk yang mungkin terjadi ketika orang-orang, termasuk anak-anak, ditahan dalam kondisi yang tidak manusiawi," katanya.

"Kurangnya akuntabilitas, dan budaya kekejaman dalam CBP telah memperburuk kebijakan yang menyebabkan kematian migran," tukasnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0952 seconds (0.1#10.140)