Penembakan di Pasar Natal, Parlemen Eropa Ditutup
A
A
A
STRASBOURG - Parlemen Eropa di Strasbourg ditutup Selasa malam setelah penembakan mematikan dekat pasar Natal mengguncang kota di timur Prancis itu. Penutupan ini mengejutkan dan membingungkan ratusan anggota parlemen, staf dan pejabat.
Karena laporan pertama serangan tersebut diterima melalui smartphone, sejumlah pengunjung dari Uni Eropa yang ingin mencari makan malam terpaksa dihentikan di pintu keluar parlemen oleh penjaga keamanan tanpa basa-basi.
"Penutupan akan terus dilakukan sampai ada resolusi atas apa yang terjadi di luar," kata seorang pejabat keamanan, sambil menyuruh semua orang kembali masuk seperti dikutip dari France24, Rabu (12/12/2018).
Di dalam, dengan sesi yang masih berlangsung, hal-hal tetap seperti biasa, setidaknya pada awalnya.
Dalam sebuah aksi solidaritas, Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani bersikeras agar sidang paripurna tetap terbuka, dan perdebatan berlanjut seperti yang direncanakan hingga tengah malam.
"Parlemen ini tidak akan diintimidasi oleh serangan teroris atau kriminal. Kami akan terus bekerja, diperkuat oleh kebebasan dan demokrasi melawan kekerasan teroris," Tajani mengatakan kepada anggota parlemen.
Anggota Parlemen Eropa asal Belgia, Kathleen Van Brempt mengatakan, tidak ada yang tahu apa pun selain yang didengar di berita.
"Malam ini adalah makan malam Natal delegasi kami di sebuah restoran di pusat. Pikiran pertama kami adalah untuk rekan-rekan yang sudah sampai ke kota, yang aman," ujarnya.
"Sekarang kita tunggu saja," imbuhnya.
Seorang pria bersenjata menembak mati sedikitnya dua orang dan melukai 11 orang lainnya di sekitar pasar Natal di kota Strasbourg pada Selasa (11/12/2018) malam. Pelaku melarikan diri setelah beraksi.
Belakangan, jumlah korban tewas menjadi empat orang sementara pelaku yang mengumbar tembakan pada Selasa malam sampai saat ini masih buron.
Motif penembakan belum diketahui. Prancis masih waspada tinggi setelah gelombang serangan yang ditugaskan atau terinspirasi oleh militan Islamic State atau ISIS melanda sejak awal 2015.
Karena laporan pertama serangan tersebut diterima melalui smartphone, sejumlah pengunjung dari Uni Eropa yang ingin mencari makan malam terpaksa dihentikan di pintu keluar parlemen oleh penjaga keamanan tanpa basa-basi.
"Penutupan akan terus dilakukan sampai ada resolusi atas apa yang terjadi di luar," kata seorang pejabat keamanan, sambil menyuruh semua orang kembali masuk seperti dikutip dari France24, Rabu (12/12/2018).
Di dalam, dengan sesi yang masih berlangsung, hal-hal tetap seperti biasa, setidaknya pada awalnya.
Dalam sebuah aksi solidaritas, Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani bersikeras agar sidang paripurna tetap terbuka, dan perdebatan berlanjut seperti yang direncanakan hingga tengah malam.
"Parlemen ini tidak akan diintimidasi oleh serangan teroris atau kriminal. Kami akan terus bekerja, diperkuat oleh kebebasan dan demokrasi melawan kekerasan teroris," Tajani mengatakan kepada anggota parlemen.
Anggota Parlemen Eropa asal Belgia, Kathleen Van Brempt mengatakan, tidak ada yang tahu apa pun selain yang didengar di berita.
"Malam ini adalah makan malam Natal delegasi kami di sebuah restoran di pusat. Pikiran pertama kami adalah untuk rekan-rekan yang sudah sampai ke kota, yang aman," ujarnya.
"Sekarang kita tunggu saja," imbuhnya.
Seorang pria bersenjata menembak mati sedikitnya dua orang dan melukai 11 orang lainnya di sekitar pasar Natal di kota Strasbourg pada Selasa (11/12/2018) malam. Pelaku melarikan diri setelah beraksi.
Belakangan, jumlah korban tewas menjadi empat orang sementara pelaku yang mengumbar tembakan pada Selasa malam sampai saat ini masih buron.
Motif penembakan belum diketahui. Prancis masih waspada tinggi setelah gelombang serangan yang ditugaskan atau terinspirasi oleh militan Islamic State atau ISIS melanda sejak awal 2015.
(ian)