Peggy Whitson, Perempuan Pemimpi Pemecah Rekor

Senin, 10 Desember 2018 - 10:59 WIB
Peggy Whitson, Perempuan...
Peggy Whitson, Perempuan Pemimpi Pemecah Rekor
A A A
PEGGY Whitson menjadi astronot paling sukses dalam sejarah Amerika Serikat (AS) setelah memecahkan rekor tinggal selama 665 hari (kumulatif) di luar angkasa.

Angka ini menembus rekor astronot NASA lainnya dan rekor untuk astronot perempuan di dunia. Semua bermula dari Peggy kecil yang melihat Neil Armstrong di televisi. Astronot berusia 58 tahun ini juga telah melakukan lebih banyak spacewalk dibanding astronot perempuan lainnya dan bertualang di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 10 kesempatan dengan total 60 jam 21 menit. Selama perjalanan terakhirnya ke ISS, dia menjadi astronot perempuan tertua yang mencapai orbit. Sementara itu, dia menjadi perempuan sekaligus sipil pertama yang diangkat sebagai Kepala Korps Astronot NASA. Dia memegang posisi ini sejak 2009- 2012.

Dia juga telah menyumbang ratusan percobaan ilmiah ketika masih aktif bekerja. Atas kerja kerasnya ini, tahun ini Peggy tercatat masuk daftar 100 Orang Paling Berpengaruh versi TIME . Selain itu, dia masuk daftar 25 Perempuan Pengubah Dunia versi People . Menurut rekan sesama astronot, Peggy dikenal sebagai pribadi pekerja keras dan berkemauan keras. Dia tidak memiliki batasan dalam hidup, penuh gairah, dan tidak kenal takut. Padahal, sebelumnya tidak ada yang menyangka bahwa Peggy hanyalah remaja asal peternakan Iowa, tepatnya lima dekade lalu. Sebagai seorang anak berusia 9 tahun pada 1969, dia menonton astronot pertama, Neil Armstrong, yang berjalan di bulan.

Hal tersebut menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan olehnya. “Kami harus tidur lebih awal, tetapi dibangunkan untuk menonton Neil Armstrong di luar angkasa. Saya berpikir, itu pekerjaan yang keren,” ucapnya kepada MAKERS , seri video daring. Sejak saat itu, Peggy terpikat dan langsung mengukuhkan tujuan hidupnya sebagai astronot. “Itu sesuatu yang realistis dan dapat dicapai. Jadi, dari mimpi berubah menjadi tujuan hidup saya,” ujarnya, dikutip The Week . Untungnya, Peggy dikelilingi lingkungan yang sangat mendukung. Ibunya mendukung apa pun yang ingin dilakukannya.

“Saya memiliki ibu hebat yang mendorong saya melakukan apa pun yang saya inginkan. Saya mengatakan sesuatu tentang menjadi pilot maskapai penerbangan dan saudara perempuan saya berkata, ‘Kamu tidak bisa menjadi pilot maskapai penerbangan. Kamu hanya bisa menjadi pramugari.’ Tetapi, ibuku berkata, ‘Tidak, itu tidak benar. Kamu bisa menjadi apa pun yang kamu inginkan’,” tutur Peggy. Selain beruntung memiliki ibu yang mendukung penuh, dia juga memiliki guru SMA yang terus mendorong minatnya pada sains.

Dia pun bekerja keras meriah mimpinya.Dia mempelajari biologi dan kimia di perguruan tinggi, lalu mendapatkan gelar doktor dalam biokimia dari Rice University pada 1985, kemudian bergabung dengan NASA pada 1989. Dia bekerja sebagai peneliti National Research Council, Johnson Space Center NASA di Houston. Peggy sempat mengisi beberapa pos ilmiah di agensi tersebut selama dekade berikutnya, termasuk menjadi ilmuwan proyek untuk Program Shuttle-Mir dan bersama Kelompok Kerja Misi Sains (Mission Science Working Group) Rusia-AS.

Lalu, pada 1996 dia dipilih untuk Korps Astronot pada 1996. Pada 2002, dia pertama kali ke luar angkasa menyelesaikan dua tur selama enam bulan di stasiun luar angkasa. Kemudian pada 2008, Peggy diangkat menjadi komandan stasiun.

Perempuan kelahiran Iowa, 9 Februari 1960, ini telah menerbangkan tiga misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional, yakni Ekspedisi 5 pada 2002, Ekspedisi 16 pada 2008, dan diangkat menjadi komandan perempuan pertama yang mengorbit. Lalu, tugasnya diperpanjang dari November 2016-September 2017, yang membentang hingga Ekspedisi 50, 51, dan 52. Di Ekspedisi 51, dia menjadi perempuan pertama yang memimpin misi ISS sebanyak dua kali.

Pensiun dengan Gemilang
Peggy memutuskan pensiun dari NASA pada Juni lalu. Adapun perjalanan terakhirnya ke luar angkasa adalah sebagai komandan misi selama 9,5 bulan pada 2016-2017. Dia ingat, kala itu ada 18.000 aplikasi pelamar untuk 12 posisi ke luar angkasa.

“Peggy Whitson adalah bukti semangat Amerika. Keteguhan, kekuatan pikiran, karakter, dan dedikasinya terhadap sains, eksplorasi, dan penemuan merupakan inspirasi bagi NASA dan Amerika,” ungkap Administrator NASA Jim Bridenstine dalam sebuah pernyataan.

“Dikutip USA Today, di Stasiun Luar Angkasa Internasional, dia melakukan ratusan percobaan dalam biologi, bioteknologi, ilmu fisik, dan ilmu bumi, menyambut beberapa pesawat ruang angkasa kargo yang mengirimkan banyak pasokan serta percobaan penelitian dan mengawasi enam ruang angkasa untuk melakukan pemeliharaan dan peningkatan ke stasiun. Pada akhir kariernya, dia memberi perspektif unik tentang luar angkasa.

“Melihat bumi dari atas memberi Anda arti yang sangat nyata tentang betapa rapuhnya planet kita. Kita memiliki tanggung jawab global untuk mengurusnya. Ini satu-satunya rumah yang kita miliki sejauh ini,” ucapnya.

Dia mengatakan, hal yang paling diingat seorang astronot saat berada di luar angkasa selain melihat ke bumi yakni melihat ruang angkasa yang sangat luas. “Membuat kita sadar, kita hanya satu galaksi dari miliaran. Anda mendapatkan rasa ruang yang sangat besar, yang membuat kita seperti sepotong kecil bagian,” ungkapnya. (Susi Susanti)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0719 seconds (0.1#10.140)