Dilanda Demo Rusuh, Prancis: Trump Jangan Ikut Campur
A
A
A
PARIS - Pemerintah Prancis, yang sedang menghadapi gelombang demo rusuh , tidak terima dengan komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dianggap ikut campur urusan dalam negeri negara Eropa tersebut.
Pemimpin Amerika itu telah menulis serangkaian tweet yang mengkritik kebijakan Presiden Emmanuel Macron dan rating persetujuan kebijakan domestiknya yang rendah.
Protes Paris terhadap Washington disampaikan Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian yang berbicara melalui stasiun televisi.
Gelombang demo rusuh pecah kembali di berbagai wilayah di Prancis pada Sabtu hingga Minggu. Para pengunjuk rasa anti-pemerintah yang didominasi massa "Rompi Kuning" berhadapan dengan polisi antihuru-hara yang menembakkan gas air mata dan meriam air.
Demo yang dimulai sejak November itu untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sampai saat ini belum mendapat respons yang jelas dari Presiden Macron.
Massa di berbagai wilayah, termasuk Paris, marah dengan melemparkan batu, membakar mobil, serta merusak toko-toko dan restoran. Lebih dari 1.000 demonstran telah ditangkap dan ratusan orang lainnya terluka.
Di saat Prancis diguncang gelombang demo rusuh, Trump mengungkit "Perjanjian Paris".
"Kesepakatan Paris tidak berjalan dengan baik untuk Paris. Protes dan kerusuhan di seluruh Prancis. Orang tidak mau membayar uang dalam jumlah besar, banyak, ke negara-negara dunia ketiga (yang dipertanyakan kemajuannya), untuk mungkin melindungi lingkungan. Nyanyian 'Kami Ingin Trump!' Cinta Prancis," tulis Trump di Twitter.
Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian kepada stasiun televisi LCI memprotes keras sikap Trump. "Tinggalkan negara kami," katanya.
"Kami tidak memperhitungkan politik domestik Amerika dan kami ingin itu dibalas," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Senin (10/12/2018).
Le Drian mengatakan gambar yang diterbitkan di Amerika Serikat dengan orang-orang yang meneriakkan "Kami ingin Trump" sejatinya dibuat selama kunjungan Trump ke London beberapa bulan lalu.
Dalam sebuah tweet terpisah, Trump mengatakan; "Hari yang sangat sedih dan malam di Paris. Mungkinkah sudah waktunya untuk mengakhiri Perjanjian Paris yang konyol dan sangat mahal dan mengembalikan uang kembali kepada orang-orang dalam bentuk pajak yang lebih rendah? AS jauh di depan kurva untuk itu dan satu-satunya negara besar di mana emisi turun tahun lalu!."
Le Drian mengatakan kebanyakan orang Amerika tidak setuju dengan Trump atas keputusannya untuk meninggalkan perjanjian iklim Paris tahun 2015.
Sementara itu, Presiden Macron diharapkan akan bertemu dengan para pemimpin serikat pekerja dan berbicara pada publik pada hari ini.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan kerusuhan di negaranya merupakan malapetaka bagi ekonomi Prancis. Menurutnya, pemblokiran nasional telah menjadi malapetaka bagi lalu lintas serta bagi kunjungan wisatawan ke Paris. Diperkirakan pendapatan USD1,5 miliar hilang gara-gara gelombang demo rusuha tersebut.
Pemimpin Amerika itu telah menulis serangkaian tweet yang mengkritik kebijakan Presiden Emmanuel Macron dan rating persetujuan kebijakan domestiknya yang rendah.
Protes Paris terhadap Washington disampaikan Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian yang berbicara melalui stasiun televisi.
Gelombang demo rusuh pecah kembali di berbagai wilayah di Prancis pada Sabtu hingga Minggu. Para pengunjuk rasa anti-pemerintah yang didominasi massa "Rompi Kuning" berhadapan dengan polisi antihuru-hara yang menembakkan gas air mata dan meriam air.
Demo yang dimulai sejak November itu untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sampai saat ini belum mendapat respons yang jelas dari Presiden Macron.
Massa di berbagai wilayah, termasuk Paris, marah dengan melemparkan batu, membakar mobil, serta merusak toko-toko dan restoran. Lebih dari 1.000 demonstran telah ditangkap dan ratusan orang lainnya terluka.
Di saat Prancis diguncang gelombang demo rusuh, Trump mengungkit "Perjanjian Paris".
"Kesepakatan Paris tidak berjalan dengan baik untuk Paris. Protes dan kerusuhan di seluruh Prancis. Orang tidak mau membayar uang dalam jumlah besar, banyak, ke negara-negara dunia ketiga (yang dipertanyakan kemajuannya), untuk mungkin melindungi lingkungan. Nyanyian 'Kami Ingin Trump!' Cinta Prancis," tulis Trump di Twitter.
Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian kepada stasiun televisi LCI memprotes keras sikap Trump. "Tinggalkan negara kami," katanya.
"Kami tidak memperhitungkan politik domestik Amerika dan kami ingin itu dibalas," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Senin (10/12/2018).
Le Drian mengatakan gambar yang diterbitkan di Amerika Serikat dengan orang-orang yang meneriakkan "Kami ingin Trump" sejatinya dibuat selama kunjungan Trump ke London beberapa bulan lalu.
Dalam sebuah tweet terpisah, Trump mengatakan; "Hari yang sangat sedih dan malam di Paris. Mungkinkah sudah waktunya untuk mengakhiri Perjanjian Paris yang konyol dan sangat mahal dan mengembalikan uang kembali kepada orang-orang dalam bentuk pajak yang lebih rendah? AS jauh di depan kurva untuk itu dan satu-satunya negara besar di mana emisi turun tahun lalu!."
Le Drian mengatakan kebanyakan orang Amerika tidak setuju dengan Trump atas keputusannya untuk meninggalkan perjanjian iklim Paris tahun 2015.
Sementara itu, Presiden Macron diharapkan akan bertemu dengan para pemimpin serikat pekerja dan berbicara pada publik pada hari ini.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan kerusuhan di negaranya merupakan malapetaka bagi ekonomi Prancis. Menurutnya, pemblokiran nasional telah menjadi malapetaka bagi lalu lintas serta bagi kunjungan wisatawan ke Paris. Diperkirakan pendapatan USD1,5 miliar hilang gara-gara gelombang demo rusuha tersebut.
(mas)