Taliban Bantah Dalangi Serangan Bom Acara Maulid Nabi di Kabul
A
A
A
KABUL - Taliban membantah menjadi dalang aksi bom bunuh diri di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, yang menewaskan sedikitnya 55 orang. Seorang pelaku bom bunuh diri menyelinap ke sebuah aula tempat ratusan ulama berkumpul untuk menandai hari kelahiran Nabi Muhammad.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada Selasa malam, kelompoknya mengecam serangan apapun terhadap warga sipil atau ulama agama seperti dikutip dari AP, Rabu (21/11/2018).
Serangan yang terjadi pada hari Selasa kemarin itu menargetkan ratusan ulama yang tengah berkumpul di sebuah aula di Kabul. Serangan ini mempunyai ciri-ciri serangan oleh afialisi ISIS setempat, yang telah menargetkan kaum minoritas Syiah serta pendukung Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Departemen Kesehatan Umum Afghanistan, Wahid Majroh mengatakan, 55 orang tewas dan 94 lainnya terluka dalam serangan itu, memperbarui jumlah korban sebelumnya.
Kelompok afiliasi ISIS sebelumnya mengklaim bom bunuh diri pada bulan Juni lalu yang menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 20 lainnya pada pertemuan ulama top di Ibu Kota. Badan para pemimpin agama, yang dikenal sebagai Dewan Ulama Afghanistan, telah mengeluarkan dekrit terhadap serangan bunuh diri dan menyerukan pembicaraan damai. ISIS mengatakan pihaknya telah menargetkan "ulama tiran" yang berpihak pada pemerintah yang didukung AS.
Taliban membantah terlibat dalam serangan tersebut tetapi mereka juga mengecam pertemuan itu.
Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang untuk memerangi pemberontakan kembar sejak AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka pada tahun 2014, bergeser ke dukungan dan peran kontraterorisme. Keputusan Presiden Donald Trump tahun lalu untuk mengirim pasukan tambahan AS telah memiliki sedikit dampak di lapangan.
Baik Taliban dan afiliasi ISIS ingin menggulingkan pemerintah Afghanistan dan memaksakan bentuk pemerintahan Islam yang keras. Tetapi mereka sangat terbagi atas kepemimpinan, ideologi, dan taktik. Taliban terutama menargetkan pasukan keamanan dan pejabat pemerintah, sementara IS mengkhususkan diri dalam serangan sektarian terhadap warga sipil.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada Selasa malam, kelompoknya mengecam serangan apapun terhadap warga sipil atau ulama agama seperti dikutip dari AP, Rabu (21/11/2018).
Serangan yang terjadi pada hari Selasa kemarin itu menargetkan ratusan ulama yang tengah berkumpul di sebuah aula di Kabul. Serangan ini mempunyai ciri-ciri serangan oleh afialisi ISIS setempat, yang telah menargetkan kaum minoritas Syiah serta pendukung Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Departemen Kesehatan Umum Afghanistan, Wahid Majroh mengatakan, 55 orang tewas dan 94 lainnya terluka dalam serangan itu, memperbarui jumlah korban sebelumnya.
Kelompok afiliasi ISIS sebelumnya mengklaim bom bunuh diri pada bulan Juni lalu yang menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 20 lainnya pada pertemuan ulama top di Ibu Kota. Badan para pemimpin agama, yang dikenal sebagai Dewan Ulama Afghanistan, telah mengeluarkan dekrit terhadap serangan bunuh diri dan menyerukan pembicaraan damai. ISIS mengatakan pihaknya telah menargetkan "ulama tiran" yang berpihak pada pemerintah yang didukung AS.
Taliban membantah terlibat dalam serangan tersebut tetapi mereka juga mengecam pertemuan itu.
Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang untuk memerangi pemberontakan kembar sejak AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka pada tahun 2014, bergeser ke dukungan dan peran kontraterorisme. Keputusan Presiden Donald Trump tahun lalu untuk mengirim pasukan tambahan AS telah memiliki sedikit dampak di lapangan.
Baik Taliban dan afiliasi ISIS ingin menggulingkan pemerintah Afghanistan dan memaksakan bentuk pemerintahan Islam yang keras. Tetapi mereka sangat terbagi atas kepemimpinan, ideologi, dan taktik. Taliban terutama menargetkan pasukan keamanan dan pejabat pemerintah, sementara IS mengkhususkan diri dalam serangan sektarian terhadap warga sipil.
(ian)