Barat Desak China Tutup Kamp Penahanan Uighur

Kamis, 08 November 2018 - 13:18 WIB
Barat Desak China Tutup Kamp Penahanan Uighur
Barat Desak China Tutup Kamp Penahanan Uighur
A A A
JENEWA - Negara-negara Barat termasuk Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS), mendesak China menutup kamp-kamp penahanan Muslim Uighur dan lainnya.

Para aktivis menyatakan seba nyak satu juta Uighur ditahan di kamp-kamp pengasingan di Xinjiang. Meski demikian, China menolak kritik Barat tersebut. Menurut Beijing tuduhan itu jauh dari fakta yang ada.

“Kami tidak akan menerima berbagai tuduhan bermotif politik dari beberapa negara yang dipenuhi bias dan tidak menghormati fakta-fakta,” kata Le Yucheng, Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) China yang memimpin 66 anggota delegasi dalam sidang Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Saat debat di forum Dewan HAM PBB, Beijing menyatakan pihaknya melindungi kebebasan 55 etnik minoritas. Forum di Jenewa itu menyajikan laporan berisi berbagai tuduhan pelanggaran HAM di tiap negara anggota PBB setiap lima tahun.

Kali ini yang disoroti adalah catatan HAM China. Beijing menyatakan Xinjiang mengalami ancaman dari para militan dan separatis. China menolak semua tuduhan melakukan perlakuan sewenang-wenang dan menyangkal memiliki kamp pengasingan massal.

Meski demikian, beberapa pejabat China mengakui beberapa warganya yang melakukan pelanggaran kecil dikirim ke pusat-pusat pelatihan kejuruan untuk bekerja. “Stabilitas yang paling penting, mencegah harus dilakukan pertama kali. Membangun pusat-pusat pelatihan adalah langkah pencegahan memerangi terorisme,” kata Le merujuk pada Xinjiang yang menjadi lokasi kamp-kamp penahanan itu.

Delegasi China lainnya mengatakan pemerintah menyediakan pelatihan kejuruan gratis dengan gelar diploma bagi mereka yang terpapar kelompok ekstremis.

“Terorisme ekstrem di Xinjiang sangat serius, serius merusak stabilitas dan ketenangan di wilayah dan membangkitkan kemarahan yang kuat dari rakyat,” kata Yasheng Sidike, Walikota Uighur di ibu kota Xinjiang, Urumqi, dikutip kantor berita Reuters.

“Selama 22 bulan terakhir di sana tidak ada insiden terorisme,” ujar Yasheng. Panel pakar HAM PBB menyatakan, pada 10 Agustus lalu, pihaknya menerima banyak laporan yang bisa dipercaya bahwa satu juta etnik Uighur di China ditahan di kamp pengasingan yang dirahasiakan.

Negara-negara Barat menentang apa yang dianggap sebagai kondisi HAM memburuk di China sejak review terakhir pada 2013, terutama terkait perlakuan terhadap Muslim di Xinjiang. “Kami khawatir oleh memburuknya tindakan China pada Uighur, Kazakh, dan Muslim lain di wilayah otonomi Uighur Xinjiang,” kata Charge D’affaires AS Mark Cassayre.

“AS mendesak China menghapus semua bentuk penahanan sewenang-wenang, termasuk kamp-kamp pengasingan di Xinjiang dan segera membebaskan ratusan ribu, kemungkinan jutaan, individu yang ditahan di kamp-kamp itu,” kata Cassayre.

Duta Besar (Dubes) Prancis Francois Rivasseau menyatakan sikap serupa. “Beijing harus meng hentikan penahanan massal dan menjamin kebebasan religius dan keyakinan, termasuk di Tibet dan Xinjiang,” ujar dia.

John Fisher dari Human Rights Watch menyatakan, China gagal memberikan penjelasan kredibel atas berbagai pelanggaran itu, termasuk di kamp-kamp pendidikan politik itu. Lebih dari 1.000 demonstran Tibet dan Uighur dari penjuru Eropa berunjuk rasa di luar kantor pusat PBB di Jenewa saat debat pada Selasa (6/11). Mereka membawa spanduk bertulis “Hentikan pembersihan etnik Uighur oleh China” dan “Tibet sekarat, China bohong.” Para aktivis mengkritik catatan HAM China.

“Dalam lima tahun terakhir, secara umum kondisi hak asasi manusia di China kian memburuk, terutama di timur Turkestan (Xinjiang) dan Tibet, yang di sana memburuk dan tak bisa dibayangkan,” ungkap Dolkun Isa, Presiden World Uighur Congress yang berbasis di Munich. “Itulah mengapa kita harap negara-negara itu harus ber bicara lantas dan keras,” kata Isa saat wawancara di forum aktivis tentang China yang digelar di Jenewa pekan lalu.

Menurut Isa, Xinjiang telah menjadi “negara polisi” tempat ibu nya meninggal dunia di kamp konsentrasi pada Mei lalu. “Kita tidak pernah mendengar orang keluar dari kamp-kamp itu,” ujar dia. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5078 seconds (0.1#10.140)