Ini Hasil Pertemuan JCBC Keempat Indonesia-Norwegia
A
A
A
DENPASAR - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan Indonesia dan Norwegia memiliki hubungan bilateral yang kuat. Kedua negara memiliki kerja sama yang kuat pada isu seperti lingkungan, kehutanan, dan perubahan iklim, energi terbarukan dan hak asasi manusia.
"Kerja sama kami tidak hanya berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan nasional, tetapi juga dalam memajukan agenda dan tujuan global," kata Retno saat memberikan keterangan pers bersama Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Eriksen Soreide usai melakukan pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) di Bali, Minggu (28/10/2018).
Kegiatan JCBC keempat ini dimulai dengan membuka acara Dialog HAM Indonesia ke-13. Forum ini dimulai pada tahun 2002 untuk memungkinkan pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam penerapan standar hak asasi manusia.
Sejak 2002 Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa dalam advokasi hak asasi manusia tidak hanya secara nasional, tetapi juga berkontribusi terhadap hak asasi manusia di wilayah ini.
"Dialog Hak Asasi Manusia Indonesia ke-13 fokus pada isu seperti hak anak, demokrasi dan toleransi," ujar Retno.
Sedangkan dalam pertemuan JCBC, kedua negara memfokuskan diskusi dalam isu lingkungan dan kerja sama kehutanan, kerja sama energi seperti energi terbarukan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan investasi.
Dalam kerja sama lingkungan dan kehutanan, program kemitraan REDD+ telah menjadi model dalam mengatasi rasial yang berkontribusi deforestisasi terhadap pengobatan perubahan iklim. Kedua negara berbagi kebutuhan untuk lebih memperkuat arsitektur program REDD+.
"Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap program REDD+ untuk memastikannya dapat berkontribusi memperkuat karbon rendah, membersihkan tata kelola yang berkelanjutan," ujar Retno.
"Kami juga mendiskusikan cara-cara untuk memangkas energi dan energi terbarukan. Kami menyambut baik forum perhimpunan dan energi di tahun 2019," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Retno juga menginformasikn jika koleganya dari Norwegia juga akan hadir dalam acara Our Ocean Conference (OOC). Pasalnya, Norwegia akan menjadi tuan rumah OOC berikutnya.
"Lautan dan perikanan juga merupakan daerah penting bagi kita terutama memerangi IUU fishing dan mengembangkan ekonomi maritim yang berkelanjutan. Kami menyetujui kerja sama LoI di samudra dan perikanan yang ditandatangani di sela-sela OOC," tutur Retno.
Perdagangan dan investasi, kata Retno, tetap menjadi area kunci dari kerja sam Indonesia Norwegian. Keduanya berkomitmen terus mengintensifkan kerja sama di bidang ini untuk memanfaatkan potensi besar.
"Kami menyambut perkembangan positif dalam negosiasi EFTA CEPA. Kami percaya kesimpulan dari Indonesia-EFTA CEPA membawa peluang besar untuk perdagangan dan investasi," kata Retno.
Dalam kesempatan itu, Retno menyatakan bahwa kedua negara juga mengubah pandangan tentang isu-isu global yang menjadi perhatian bersama dalam pembangunan di Timur Tengah, kerjsama Asean dan Norwegia melawan terorisme.
"Kami menandatangani pernyataan bersama selatan-selatan dan kerja sama triangular. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam melakukan kerja sama selatan-selatan dan segitiga," ujar Retno.
"Saya sampaikan terima kasih saya kepada pihak Norwegia atas dukungannya terhadap Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020," tukasnya.
"Kerja sama kami tidak hanya berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan nasional, tetapi juga dalam memajukan agenda dan tujuan global," kata Retno saat memberikan keterangan pers bersama Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Eriksen Soreide usai melakukan pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) di Bali, Minggu (28/10/2018).
Kegiatan JCBC keempat ini dimulai dengan membuka acara Dialog HAM Indonesia ke-13. Forum ini dimulai pada tahun 2002 untuk memungkinkan pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam penerapan standar hak asasi manusia.
Sejak 2002 Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa dalam advokasi hak asasi manusia tidak hanya secara nasional, tetapi juga berkontribusi terhadap hak asasi manusia di wilayah ini.
"Dialog Hak Asasi Manusia Indonesia ke-13 fokus pada isu seperti hak anak, demokrasi dan toleransi," ujar Retno.
Sedangkan dalam pertemuan JCBC, kedua negara memfokuskan diskusi dalam isu lingkungan dan kerja sama kehutanan, kerja sama energi seperti energi terbarukan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan investasi.
Dalam kerja sama lingkungan dan kehutanan, program kemitraan REDD+ telah menjadi model dalam mengatasi rasial yang berkontribusi deforestisasi terhadap pengobatan perubahan iklim. Kedua negara berbagi kebutuhan untuk lebih memperkuat arsitektur program REDD+.
"Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap program REDD+ untuk memastikannya dapat berkontribusi memperkuat karbon rendah, membersihkan tata kelola yang berkelanjutan," ujar Retno.
"Kami juga mendiskusikan cara-cara untuk memangkas energi dan energi terbarukan. Kami menyambut baik forum perhimpunan dan energi di tahun 2019," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Retno juga menginformasikn jika koleganya dari Norwegia juga akan hadir dalam acara Our Ocean Conference (OOC). Pasalnya, Norwegia akan menjadi tuan rumah OOC berikutnya.
"Lautan dan perikanan juga merupakan daerah penting bagi kita terutama memerangi IUU fishing dan mengembangkan ekonomi maritim yang berkelanjutan. Kami menyetujui kerja sama LoI di samudra dan perikanan yang ditandatangani di sela-sela OOC," tutur Retno.
Perdagangan dan investasi, kata Retno, tetap menjadi area kunci dari kerja sam Indonesia Norwegian. Keduanya berkomitmen terus mengintensifkan kerja sama di bidang ini untuk memanfaatkan potensi besar.
"Kami menyambut perkembangan positif dalam negosiasi EFTA CEPA. Kami percaya kesimpulan dari Indonesia-EFTA CEPA membawa peluang besar untuk perdagangan dan investasi," kata Retno.
Dalam kesempatan itu, Retno menyatakan bahwa kedua negara juga mengubah pandangan tentang isu-isu global yang menjadi perhatian bersama dalam pembangunan di Timur Tengah, kerjsama Asean dan Norwegia melawan terorisme.
"Kami menandatangani pernyataan bersama selatan-selatan dan kerja sama triangular. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam melakukan kerja sama selatan-selatan dan segitiga," ujar Retno.
"Saya sampaikan terima kasih saya kepada pihak Norwegia atas dukungannya terhadap Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020," tukasnya.
(ian)