Proyek Jet Tempur KFX/IFX, Indonesia-Korsel Renegosiasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia membenarkan bahwa pemerintah akan renegosiasi atau negosiasi ulang dengan Korea Selatan (Korsel) terkait kelanjutan proyek pengembangan jet tempur KFX/IFX. Menurut juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir, negosiasi ulang hanya untuk yang bersifat teknis.
Arrmanatha mengatakan proses negosiasi ulang ini sejatinya sudah diangkat dalam pertemuan antara Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Seoul beberapa waktu lalu.
"Ini kan merupakan proses renegosiai dengan Korea, sudah kita bahas pada pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Korsel beberapa waktu lalu. Ini merupakan bagian dari renegosiai tentang hal itu," katanya, saat briefing mingguan hari Kamis (25/10/2018).
"Ini renegosiasinya bersifat teknis, ada beberapa hal yang tidak bisa dipaparkan dulu karena hal-hal itu masih kita renegosiasi kembali," ujarnya.
Ditanya tentang komitmen Indonesia tentang nasib proyek gabungan tersebut, diplomat Indonesia itu berujar;"Itu sesuatu yang masih kita renegosiasi lagi. Jadi kita liat ke depannya".
Sebelumnya, Korsel memastikan akan tetap melanjutkan proyek pengembangan jet tempur gabungan dengan Indonesia, meskipun Jakarta belum membayarkan dana kontribusinya sebesar USD 200 juta.
Pada tahun 2014 kedua negara sepakat untuk mengembangkan jet tempur, yang oleh Korsel diberi nama KF-X, dan oleh Indonesia diberi nama IF-X. Proyek ini diperkirakan bernilai sekitar USD 7,9 miliar.
Indonesia setuju untuk membayar 20 persen dari biaya pengembangan. Indonesia meminta agar proses pembayaran dalam proyek ini dibuat lebih ringan.
Badan pengadaan senjata Korsel, Defense Acquisition Program Administration (DAPA), menyatakan bahwa meskipun ada kendala pada masalah pendanaan, proyek tersebut sampai saat ini masih berjalan.
"Selama pertemuan puncak Korsel-Indonesia pada bulan September, disepakati untuk terus mengembangkan KF-X. Tentang kontribusi, kami berencana untuk bernegosiasi lebih lanjut," kata pihak DAPA melalui seorang juru bicaranya.
Arrmanatha mengatakan proses negosiasi ulang ini sejatinya sudah diangkat dalam pertemuan antara Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Seoul beberapa waktu lalu.
"Ini kan merupakan proses renegosiai dengan Korea, sudah kita bahas pada pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Korsel beberapa waktu lalu. Ini merupakan bagian dari renegosiai tentang hal itu," katanya, saat briefing mingguan hari Kamis (25/10/2018).
"Ini renegosiasinya bersifat teknis, ada beberapa hal yang tidak bisa dipaparkan dulu karena hal-hal itu masih kita renegosiasi kembali," ujarnya.
Ditanya tentang komitmen Indonesia tentang nasib proyek gabungan tersebut, diplomat Indonesia itu berujar;"Itu sesuatu yang masih kita renegosiasi lagi. Jadi kita liat ke depannya".
Sebelumnya, Korsel memastikan akan tetap melanjutkan proyek pengembangan jet tempur gabungan dengan Indonesia, meskipun Jakarta belum membayarkan dana kontribusinya sebesar USD 200 juta.
Pada tahun 2014 kedua negara sepakat untuk mengembangkan jet tempur, yang oleh Korsel diberi nama KF-X, dan oleh Indonesia diberi nama IF-X. Proyek ini diperkirakan bernilai sekitar USD 7,9 miliar.
Indonesia setuju untuk membayar 20 persen dari biaya pengembangan. Indonesia meminta agar proses pembayaran dalam proyek ini dibuat lebih ringan.
Badan pengadaan senjata Korsel, Defense Acquisition Program Administration (DAPA), menyatakan bahwa meskipun ada kendala pada masalah pendanaan, proyek tersebut sampai saat ini masih berjalan.
"Selama pertemuan puncak Korsel-Indonesia pada bulan September, disepakati untuk terus mengembangkan KF-X. Tentang kontribusi, kami berencana untuk bernegosiasi lebih lanjut," kata pihak DAPA melalui seorang juru bicaranya.
(mas)