Teliti Dampak Pornografi, Ilmuwan AS Diberi Rp379 Juta oleh PornHub

Kamis, 18 Oktober 2018 - 03:33 WIB
Teliti Dampak Pornografi,...
Teliti Dampak Pornografi, Ilmuwan AS Diberi Rp379 Juta oleh PornHub
A A A
OTTAWA - Seorang ilmuwan Amerika Serikat (AS) dan tim risetnya diberi hibah USD25.000 atau lebih dari Rp379 juta karena meneliti dampak konsumsi pornografi terhadap otak dan tubuh manusia. Uniknya, pemberi hibah adalah PornHub, salah satu perusahaan pemasok konten dewasa terbesar di dunia.

Perusahaan pemasok konten dewasa yang berbasis di Kanada itu mengatakan hibah tersebut berasal dari Sexual Wellness Center Grant (Hibah Pusat Kesesehatan Seksual) yang mereka kelola.

Profesor Psikologi Universitas Kansas Dr Omri Gillath dan tim risetnya adalah tim yang dinyatakan sebagai penerima hibah USD25.000 tersebut.

"Tujuannya adalah untuk membantu memajukan pekerjaan penting di bidang kesehatan seksual yang tumbuh cepat," kata perusahaan tersebut.

Pornhub telah dituding oleh beberapa orang di dalam industri menampilkan citra gratis hingga merugikan pendapatan para pemain atau aktor. Pembuat film dewasa, Erika Lust, juga menggambarkan konten di situs web seperti Pornhub sebagai "misoginis" dan berpotensi berbahaya bagi anak-anak.

"Pada akhirnya, kami ingin orang-orang memiliki akses ke informasi baru untuk menjalani kehidupan seks yang lebih bahagia dan lebih sehat, dan pekerjaan Gillath akan sangat membantu untuk mencapai hal ini," kata Wakil Presiden Pornhub Corey Price soal hibah tersebut.

Dr Laurie Betito, yang telah bekerja dengan Pornhub dalam panduan kesehatan seksualnya, menyambut baik hibah tersebut sebagai sarana untuk menarik kembali "kafan misteri" seputar konsumsi pornografi.

"Meskipun kita mungkin berpikir seks adalah tindakan alami, masih banyak yang tidak kita ketahui," katanya.

"Seksualitas itu rumit dan kita perlu penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tindakan paling universal ini dan semua yang disiratkannya. Dengan hibah ini, kami menantikan penelitian cemerlang yang harus dilakukan oleh Profesor Gillath dan timnya," imbuh dia, seperti dikutip Sputnik, Kamis (18/10/2018).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1767 seconds (0.1#10.140)