China Ganti Nama Sungai yang Dianggap Mirip Nama Istri Nabi Muhammad
A
A
A
BEIJING - Pemerintah wilayah Ningxia, China, mengganti nama sungai "Aiyi" menjadi "Diannong". Menurut akademisi setempat, "Aiyi" terdengar mirip nama istri Nabi Muhammad, Aisyah, sehingga diganti.
Ningxia, wilayah otonom di China, merupakan wilayah yang banyak dihuni para warga Muslim. Menurut pihak berwenang setempat, penggantian nama sungai itu bertujuan untuk mengurangi pengaruh Islam di China.
"'Aiyi', nama China kuno untuk sungai terdengar bagi beberapa orang seperti nama Arab 'Aisha (Aisyah)'," kata Wang Genming, seorang peneliti di Ningxia University Institute of Hui Studies kepada China Daily.
Aisyah adalah salah satu istri Nabi Muhammad.
Menurut laporan Global Times, "Diannong" berasal dari nama kuno era Dinasti Han (206 SM-220 M) untuk ibu kota Ningxia, yang saat ini bernama Yinchuan.
"Kami menerima permintaan dari departemen sumber daya air setempat berdasarkan peraturan tentang nama-nama lokasi publik," kata pemerintah kota setempat dalam sebuah pernyataan.
Sebuah peraturan yang disahkan oleh pemerintah Ningxia pada tahun 2013 melarang otoritas lokal untuk menamai lokasi publik dengan angka atau nama asing.
"Ini sesuai dengan kebijakan China untuk menyucikan agama dan menyesuaikannya dengan masyarakat sosialis serta sesuai dengan sejarah dan budaya setempat," kata Xiong Kunxin, profesor studi etnis di Minzu University of China, Beijing, kepada Global Times, yang dikutip Rabu (3/10/2018).
Shen Guiping, seorang ahli agama di Central Institute of Socialism, mengatakan kepada China Daily bahwa sebagai ibu sungai di wilayah itu, Diannong dapat lebih baik memberikan semangat budaya tradisional China.
Sungai itu membentang hingga sejauh 180km dan melintasi enam distrik di wilayah China barat laut.
Genming mengatakan kepada Inkstone bahwa pengubahan nama sungai itu menyusul serangkaian upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menghancurkan dekorasi Islam di gedung-gedung dan menghapus simbol-simbol Arab.
"Bahkan teater lokal dan kompleks perumahan sedang direnovasi untuk menghilangkan fitur etnis," katanya.
"Lebih dari 860 buku tentang etnis Hui telah diambil dari rak di perpustakaan," ujarnya mengacu pada etnis Muslim setempat.
Genming menilai langkah pemerintah ini menunjukkan kebodohan. "Mengubah nama menunjukkan ketidaktahuan dan kebodohan pemerintah setempat," katanya kepada Inkstone.
"Aiyi hanyalah sebuah nama yang mengingatkan seorang wanita Hui yang cantik," ujarnya.
Ningxia, wilayah otonom di China, merupakan wilayah yang banyak dihuni para warga Muslim. Menurut pihak berwenang setempat, penggantian nama sungai itu bertujuan untuk mengurangi pengaruh Islam di China.
"'Aiyi', nama China kuno untuk sungai terdengar bagi beberapa orang seperti nama Arab 'Aisha (Aisyah)'," kata Wang Genming, seorang peneliti di Ningxia University Institute of Hui Studies kepada China Daily.
Aisyah adalah salah satu istri Nabi Muhammad.
Menurut laporan Global Times, "Diannong" berasal dari nama kuno era Dinasti Han (206 SM-220 M) untuk ibu kota Ningxia, yang saat ini bernama Yinchuan.
"Kami menerima permintaan dari departemen sumber daya air setempat berdasarkan peraturan tentang nama-nama lokasi publik," kata pemerintah kota setempat dalam sebuah pernyataan.
Sebuah peraturan yang disahkan oleh pemerintah Ningxia pada tahun 2013 melarang otoritas lokal untuk menamai lokasi publik dengan angka atau nama asing.
"Ini sesuai dengan kebijakan China untuk menyucikan agama dan menyesuaikannya dengan masyarakat sosialis serta sesuai dengan sejarah dan budaya setempat," kata Xiong Kunxin, profesor studi etnis di Minzu University of China, Beijing, kepada Global Times, yang dikutip Rabu (3/10/2018).
Shen Guiping, seorang ahli agama di Central Institute of Socialism, mengatakan kepada China Daily bahwa sebagai ibu sungai di wilayah itu, Diannong dapat lebih baik memberikan semangat budaya tradisional China.
Sungai itu membentang hingga sejauh 180km dan melintasi enam distrik di wilayah China barat laut.
Genming mengatakan kepada Inkstone bahwa pengubahan nama sungai itu menyusul serangkaian upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menghancurkan dekorasi Islam di gedung-gedung dan menghapus simbol-simbol Arab.
"Bahkan teater lokal dan kompleks perumahan sedang direnovasi untuk menghilangkan fitur etnis," katanya.
"Lebih dari 860 buku tentang etnis Hui telah diambil dari rak di perpustakaan," ujarnya mengacu pada etnis Muslim setempat.
Genming menilai langkah pemerintah ini menunjukkan kebodohan. "Mengubah nama menunjukkan ketidaktahuan dan kebodohan pemerintah setempat," katanya kepada Inkstone.
"Aiyi hanyalah sebuah nama yang mengingatkan seorang wanita Hui yang cantik," ujarnya.
(mas)