Taliban Bantah Bertemu Pejabat Afghanistan
A
A
A
PESHAWAR - Seorang juru bicara Taliban membantah telah bertemu dengan delegasi pemerintah Afghanistan. Sebelumnya sumber-sumber dalam gerakan itu mengatakan para pejabat kedua belah pihak bertemu di Arab Saudi untuk membahas keamanan menjelang pemilu bulan depan.
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid mengeluarkan pernyataan singkat yang menyangkal pertemuan tersebut, kurang dari sebulan sebelum pemilu pada 20 Oktober untuk memilih parlemen Afghanistan yang baru seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/9/2018).
Proses itu terhambat oleh kekhawatiran serangan di tempat pemungutan suara dan kampanye. Memastikan pemungutan suara berlalu dengan lancar dan tanpa kekerasan telah menjadi prioritas utama bagi pemerintah Afghanistan dan mitra internasionalnya.
"Mereka meminta kami untuk membantu mereka melakukan pemilihan yang damai," kata salah satu pejabat Taliban, berbicara dengan syarat anonim.
"Delegasi Afghanistan telah sepakat dengan kami tentang pembebasan tahanan," katanya, menambahkan bahwa beberapa tahanan yang menghadapi tuduhan kecil telah dibebaskan dan para pejabat telah membagi yang lain menjadi tiga kategori, tergantung pada kepentingan mereka, untuk pembebasan di masa mendatang.
Taliban, yang menganggap pemerintah Afganistan yang diakui secara internasional sebagai rezim tidak sah yang dipaksakan oleh kekuatan asing, pada umumnya berkeras untuk bernegosiasi hanya dengan Amerika Serikat (AS) tetapi memiliki kontak tidak resmi reguler.
Awal tahun ini, Washington menolak untuk berbicara dengan Taliban, mengatakan AS bersedia untuk berpartisipasi dalam pembicaraan perdamaian yang dipimpin Afghanistan. Sebelumnya delegasi AS dan Taliban bertemu untuk berunding di Doha, Qatar, pada bulan Juli.
Para pejabat Taliban mengatakan pertemuan di Arab Saudi dilakukan setelah rencana untuk pertemuan lain dengan pejabat Amerika gagal setelah AS menuntut gencatan senjata tiga bulan.
"Beberapa orang senior kami tidak mendukung pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan karena sampai sekarang kami menyebut mereka boneka dan menolak untuk bertemu dengan mereka," kata seorang pemimpin senior Taliban di Qatar.
"Tapi pertemuan yang kami usulkan dengan Amerika gagal terjadi karena alasan tertentu," katanya.
Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar.
Para pejabat mengatakan tuntutan AS untuk gencatan senjata adalah sesuatu yang tidak disetujui oleh para pemimpin. Akibatnya, tidak ada pertemuan formal yang diadakan meskipun ada kontak informal.
"Kesepakatan kami untuk mengadakan pertemuan itu hanya untuk membahas pertukaran tahanan dan penghapusan orang-orang kami dari daftar hitam PBB sehingga mereka dapat melakukan perjalanan," kata seorang pemimpin senior Taliban dari kantor politik gerakan di Qatar.
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid mengeluarkan pernyataan singkat yang menyangkal pertemuan tersebut, kurang dari sebulan sebelum pemilu pada 20 Oktober untuk memilih parlemen Afghanistan yang baru seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/9/2018).
Proses itu terhambat oleh kekhawatiran serangan di tempat pemungutan suara dan kampanye. Memastikan pemungutan suara berlalu dengan lancar dan tanpa kekerasan telah menjadi prioritas utama bagi pemerintah Afghanistan dan mitra internasionalnya.
"Mereka meminta kami untuk membantu mereka melakukan pemilihan yang damai," kata salah satu pejabat Taliban, berbicara dengan syarat anonim.
"Delegasi Afghanistan telah sepakat dengan kami tentang pembebasan tahanan," katanya, menambahkan bahwa beberapa tahanan yang menghadapi tuduhan kecil telah dibebaskan dan para pejabat telah membagi yang lain menjadi tiga kategori, tergantung pada kepentingan mereka, untuk pembebasan di masa mendatang.
Taliban, yang menganggap pemerintah Afganistan yang diakui secara internasional sebagai rezim tidak sah yang dipaksakan oleh kekuatan asing, pada umumnya berkeras untuk bernegosiasi hanya dengan Amerika Serikat (AS) tetapi memiliki kontak tidak resmi reguler.
Awal tahun ini, Washington menolak untuk berbicara dengan Taliban, mengatakan AS bersedia untuk berpartisipasi dalam pembicaraan perdamaian yang dipimpin Afghanistan. Sebelumnya delegasi AS dan Taliban bertemu untuk berunding di Doha, Qatar, pada bulan Juli.
Para pejabat Taliban mengatakan pertemuan di Arab Saudi dilakukan setelah rencana untuk pertemuan lain dengan pejabat Amerika gagal setelah AS menuntut gencatan senjata tiga bulan.
"Beberapa orang senior kami tidak mendukung pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan karena sampai sekarang kami menyebut mereka boneka dan menolak untuk bertemu dengan mereka," kata seorang pemimpin senior Taliban di Qatar.
"Tapi pertemuan yang kami usulkan dengan Amerika gagal terjadi karena alasan tertentu," katanya.
Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar.
Para pejabat mengatakan tuntutan AS untuk gencatan senjata adalah sesuatu yang tidak disetujui oleh para pemimpin. Akibatnya, tidak ada pertemuan formal yang diadakan meskipun ada kontak informal.
"Kesepakatan kami untuk mengadakan pertemuan itu hanya untuk membahas pertukaran tahanan dan penghapusan orang-orang kami dari daftar hitam PBB sehingga mereka dapat melakukan perjalanan," kata seorang pemimpin senior Taliban dari kantor politik gerakan di Qatar.
(ian)