Penasihat Trump: AS Akan Agresif Tegakkan Sanksi Iran
A
A
A
NEW YORK - Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, John Bolton, menepis rencana pembayaran khusus Uni Eropa untuk menghindari sanksi Amerika Serikat (AS) atas penjualan minyak Iran. AS akan menekan sistem pesan pembayaran global SWIFT untuk memikirkan kembali berurusan dengan Teheran.
Berbicara di sebuah konferensi, Bolton juga mengatakan AS akan "agresif dan tak tergoyahkan" dalam menegakkan sanksi ekonomi terhadap Iran yang dilanjutkan setelah Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015. Ia mengatakan AS tidak akan mengizinkan Uni Eropa atau siapa pun untuk melemahkan mereka.
Bolton, bagaimanapun, skeptis bahwa Uni Eropa dapat menciptakan "kendaraan tujuan khusus" - yang digambarkan oleh diplomat sebagai saluran barter kedaulatan seperti yang digunakan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin - yang akan menopang penjualan minyak Iran.
"Uni Eropa kuat pada retorika dan lemah pada tindak lanjut," kata Bolton.
“Kami akan mengawasi perkembangan struktur ini yang belum ada dan tidak memiliki tanggal target yang akan dibuat. Kami tidak bermaksud untuk membiarkan sanksi kami dihindarkan oleh Eropa atau orang lain,” tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/9/2018).
Bolton juga mengatakan AS mengharapkan para pelanggan minyak Iran untuk memangkas impor minyak mentah Iran mereka hingga nol pada 4 November sebelum sanksi AS ditendang kembali pada 5 November. Para pejabat AS telah mengirim sinyal campuran mengenai apakah pembelian minyak harus dihilangkan kemudian atau dikurangi secara signifikan.
"Bank dan layanan pesan keuangan seperti SWIFT harus melihat dengan baik bisnis mereka dengan Iran dan bertanya pada diri sendiri apakah itu sepadan dengan risikonya," kata Bolton.
"SWIFT harus mengikuti contoh semakin banyak bisnis yang memeriksa kembali hubungan mereka dengan rezim Iran," imbuhnya.
Iran dilarang dari SWIFT, Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication yang berbasis di Belgia, pada tahun 2012. Ini melumpuhkan kemampuannya untuk membuat transfer bank internasional yang penting bagi perdagangan luar negeri. Setelah kesepakatan nuklir 2015, hubungan itu terhubung kembali. Tetapi para pejabat Eropa menduga AS akan kembali menerapkan tekanan kepada SWIFT sekali lagi untuk memotong pendanaan Iran.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah pertmuan Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Iran atau negara-negara yang masih terikat dengan perjanjian nuklir 2015. Kelompok itu mengatakan mereka bertekad untuk mengembangkan mekanisme pembayaran guna melanjutkan perdagangan dengan Iran meskipun ada keraguan oleh banyak diplomat bahwa ini akan dimungkinkan.
Berbicara di sebuah konferensi, Bolton juga mengatakan AS akan "agresif dan tak tergoyahkan" dalam menegakkan sanksi ekonomi terhadap Iran yang dilanjutkan setelah Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015. Ia mengatakan AS tidak akan mengizinkan Uni Eropa atau siapa pun untuk melemahkan mereka.
Bolton, bagaimanapun, skeptis bahwa Uni Eropa dapat menciptakan "kendaraan tujuan khusus" - yang digambarkan oleh diplomat sebagai saluran barter kedaulatan seperti yang digunakan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin - yang akan menopang penjualan minyak Iran.
"Uni Eropa kuat pada retorika dan lemah pada tindak lanjut," kata Bolton.
“Kami akan mengawasi perkembangan struktur ini yang belum ada dan tidak memiliki tanggal target yang akan dibuat. Kami tidak bermaksud untuk membiarkan sanksi kami dihindarkan oleh Eropa atau orang lain,” tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/9/2018).
Bolton juga mengatakan AS mengharapkan para pelanggan minyak Iran untuk memangkas impor minyak mentah Iran mereka hingga nol pada 4 November sebelum sanksi AS ditendang kembali pada 5 November. Para pejabat AS telah mengirim sinyal campuran mengenai apakah pembelian minyak harus dihilangkan kemudian atau dikurangi secara signifikan.
"Bank dan layanan pesan keuangan seperti SWIFT harus melihat dengan baik bisnis mereka dengan Iran dan bertanya pada diri sendiri apakah itu sepadan dengan risikonya," kata Bolton.
"SWIFT harus mengikuti contoh semakin banyak bisnis yang memeriksa kembali hubungan mereka dengan rezim Iran," imbuhnya.
Iran dilarang dari SWIFT, Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication yang berbasis di Belgia, pada tahun 2012. Ini melumpuhkan kemampuannya untuk membuat transfer bank internasional yang penting bagi perdagangan luar negeri. Setelah kesepakatan nuklir 2015, hubungan itu terhubung kembali. Tetapi para pejabat Eropa menduga AS akan kembali menerapkan tekanan kepada SWIFT sekali lagi untuk memotong pendanaan Iran.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah pertmuan Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan Iran atau negara-negara yang masih terikat dengan perjanjian nuklir 2015. Kelompok itu mengatakan mereka bertekad untuk mengembangkan mekanisme pembayaran guna melanjutkan perdagangan dengan Iran meskipun ada keraguan oleh banyak diplomat bahwa ini akan dimungkinkan.
(ian)