Giuliani Duga Serangan Maut di Parade Militer Iran oleh Internal

Senin, 24 September 2018 - 11:46 WIB
Giuliani Duga Serangan...
Giuliani Duga Serangan Maut di Parade Militer Iran oleh Internal
A A A
NEW YORK - Rudy Giuliani, pengacara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menduga serangan mematikan terhadap parade militer Iran di Ahvaz dilakukan oleh internal militer Teheran sendiri. Pengacara Trump yang merupakan mantan Wali Kota New York ini dikenal sebagai kritikus yang garang terhadap rezim Teheran.

Empat pria bersenjata dan berseragam militer palsu merangsek masuk ke arena parade militer di Ahvaz pada Sabtu pekan lalu. Mereka mengumbar tembakan secara acak. Laporan media-media Timur Tengah menyebut 29 orang tewas termasuk 12 anggota Garda Revolusi. Namun, otoritas Teheran menyatakan korban tewas 25 orang termasuk anak-anak dan wanita.

“Beberapa orang mengatakan itu adalah penjaga Iran lainnya yang menyerang karena dilakukan dengan sangat baik. Tampaknya mengejutkan mereka," kata Giuliani kepada Fox News menjelang acara "2018 Iranian Uprising Summit" di New York pada hari Sabtu waktu setempat.

"Saya pikir itu internal...Jadi ketika Anda mulai melihat militer pecah, mungkin itu adalah tanda nyata pertama bahwa semuanya akan datang," katanya lagi, yang dilansir semalam (23/9/2018).

Pasukan keamanan Iran telah menangkap sejumlah orang Arab di Ahvaz, menyusul laporan media bahwa kelompok oposisi al-Ahvaz National Resistance mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Parade militer itu untuk menandai peringatan ke-38 tahun Perang Iran-Irak tahun 1980. Perang itu pecah saat Irak dipimpin Saddam Hussein.

"Kematian orang-orang tak berdosa bukanlah jenis hal yang ingin Anda lihat," kata Giuliani. Dia menyerukan penggulingan rezim Iran secara damai.

Menurutnya, penggulingan itu bisa pada saat musim gugur atau kapan saja.

“Siapa yang tahu garis waktu di Rusia atau garis waktu di Polandia atau garis waktu di Hungaria. Ketika itu terjadi, itu terjadi. Kita umumnya melihat rezim yang sangat represif dan sangat militeristis dan berpikir bahwa itu tidak dapat digulingkan. Kami tidak menyadari karena keinginan orang untuk kebebasan mencapai titik didih, itu bisa mengatasi hal itu," katanya.

"Maka itu terjadi begitu saja. Itu yang akan terjadi di sana. Kami akan bangun pada suatu pagi dan seseorang telah digulingkan. Mungkin tidak akan terjadi besok, tetapi tidak dapat dielakkan cara mereka menindas orang."

AS telah kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran yang sempat dicabut. Sanksi diterapkan kembali oleh administrasi Trump setelah AS keluar dari perjanjian nuklir internasional dengan nama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).

“Sungguh mengerikan bahwa mereka harus ditekan dengan cara ini. Namun secara realistis satu-satunya cara Anda melihat penggulingan seperti ini, ingatlah apa yang dilakukan sanksi di Afrika Selatan untuk mengakhiri apartheid. Jadi itu bekerja," klaim Giuliani.

"Presiden Trump menunjukkan kepada dunia jalan yang diambil Presiden (Ronald) Reagan dalam hal komunisme. Ketika dia memeluk solidaritas, dia mengatakan gerakan protes ini karena orang-orang ini sedang ditindas. Mereka diperlakukan dengan buruk dan karena Iran menginvestasikan uang dalam terorisme dan bukan untuk rakyat. Itu sebabnya orang-orang kelaparan," paparnya.

Protes anti-pemerintah telah muncul di berbagai wilayah di Iran sejak Januari. Trump sendiri blakblakan mendukung aksi rakyat Iran untuk turun ke jalan.

Namun, Trump bersedia bernegosiasi ulang dengan Iran. "Tidak ada keraguan apa arti perjanjian yang dinegosiasikan kembali, dan itu adalah denuklirisasi lengkap dan absolut dari Iran dan perubahan (untuk tidak) mendukung terorisme di seluruh dunia," kata Giuliani.

“Karena mereka adalah bahaya eksistensial bagi kami dan Israel dan kami tidak dapat menerima itu. Dua hal itu akan terjadi," imbuh dia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0747 seconds (0.1#10.140)