Iran Minta PBB Kutuk Ancaman dan Awasi Program Nuklir Israel
A
A
A
NEW YORK - Iran meminta PBB untuk mengutuk ancaman Israel terhadap Teheran. Negeri Mullah itu juga meminta agar PBB mengawasi program nuklir Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kunjungan ke reaktor atom rahasia Israel pada akhir Agustus untuk memperingatkan musuh negara itu bahwa Tel Aviv memiliki sarana untuk menghancurkan mereka, dalam apa yang tampaknya menjadi referensi terselubung terhadap senjata nuklir.Baca Juga: Berpidato Di Fasilitas Nuklir, Netanyahu Kirim Peringatan ke Iran
"Anggota PBB seharusnya tidak menutup mata terhadap ancaman ini dan harus mengambil tindakan organisasi untuk menghilangkan semua senjata nuklir Israel," kantor berita Fars mengutip duta besar Iran untuk PBB Gholamali Khoshrou dalam surat kepada sekretaris jenderal PBB dan dewan keamanan.
Khoshrou meminta PBB memaksa Israel untuk bergabung dengan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) dan membawa program nuklirnya di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas atom PBB seperti dikutip dari Reuters, Kamis (20/9/2018).
Israel, yang berada di luar NPT, tidak membenarkan atau menyangkal memiliki bom nuklir. Kebijakan "ambiguitas" yang sudah berusia puluhan tahun ini membuat Iran berniat untuk mengeceknya sembari menghindari provokasi publik yang dapat memicu perlombaan senjata regional.
Israel sedang mencoba untuk melobi kekuatan dunia untuk mengikuti Amerika Serikat agar keluar dari kesepakatan nuklir mereka dengan Iran yang membatasi kemampuan nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Israel menganggap perjanjian itu tidak cukup untuk membuat musuh bebuyutan mereka mendapatkan bom - sesuatu yang Teheran, yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir tahun 1970 (NPT), sangkal.
Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah mengabarkan kehancuran Israel. Iran mendukung milisi Hizbullah Lebanon dan gerakan Islamis Palestina Hamas. Dukungannya atas Damaskus selama perang sipil Suriah dilihat oleh pemerintah Netanyahu sebagai penempatan Iran lebih lanjut di perbatasan Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kunjungan ke reaktor atom rahasia Israel pada akhir Agustus untuk memperingatkan musuh negara itu bahwa Tel Aviv memiliki sarana untuk menghancurkan mereka, dalam apa yang tampaknya menjadi referensi terselubung terhadap senjata nuklir.Baca Juga: Berpidato Di Fasilitas Nuklir, Netanyahu Kirim Peringatan ke Iran
"Anggota PBB seharusnya tidak menutup mata terhadap ancaman ini dan harus mengambil tindakan organisasi untuk menghilangkan semua senjata nuklir Israel," kantor berita Fars mengutip duta besar Iran untuk PBB Gholamali Khoshrou dalam surat kepada sekretaris jenderal PBB dan dewan keamanan.
Khoshrou meminta PBB memaksa Israel untuk bergabung dengan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) dan membawa program nuklirnya di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas atom PBB seperti dikutip dari Reuters, Kamis (20/9/2018).
Israel, yang berada di luar NPT, tidak membenarkan atau menyangkal memiliki bom nuklir. Kebijakan "ambiguitas" yang sudah berusia puluhan tahun ini membuat Iran berniat untuk mengeceknya sembari menghindari provokasi publik yang dapat memicu perlombaan senjata regional.
Israel sedang mencoba untuk melobi kekuatan dunia untuk mengikuti Amerika Serikat agar keluar dari kesepakatan nuklir mereka dengan Iran yang membatasi kemampuan nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Israel menganggap perjanjian itu tidak cukup untuk membuat musuh bebuyutan mereka mendapatkan bom - sesuatu yang Teheran, yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir tahun 1970 (NPT), sangkal.
Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah mengabarkan kehancuran Israel. Iran mendukung milisi Hizbullah Lebanon dan gerakan Islamis Palestina Hamas. Dukungannya atas Damaskus selama perang sipil Suriah dilihat oleh pemerintah Netanyahu sebagai penempatan Iran lebih lanjut di perbatasan Israel.
(ian)