Bocah Ini Lahir dari Sperma Pria yang Sudah Meninggal 3 Hari
A
A
A
LONDON - Seorang bocah tiga tahun di Inggris diketahui lahir dari proses fertilisasi buatan. Yang mengejutkan, dia lahir dari sperma pemuda Amerika Serikat (AS) yang telah meninggal tiga hari dan ibu pengganti.
Pasangan Inggris (kakek-nenek) yang kaya merupakan inisiator fertilisasi in vitro atau IVF yang sukses tersebut. Mereka mendambakan pewaris kekayaan, setelah putra tunggalnya tewas secara tragis beberapa tahun silam.
Proses IVF dilakukan oleh dokter Yahudi ternama, Daviv Stomtrich, yang tinggal di California, AS.
Sperma yang diambil dokter Smotrich adalah milik seorang pria AS berusia 26 tahun yang belum menikah. Pria itu tewas dalam kecelakaan sepeda motor di Inggris, tetapi spermanya diambil tiga hari setelah kematiannya untuk dijadikan donor. Proses IVF berlangsung di klinik La Jolla IVF di California.
Setelah tiga tahun kini muncul masalah baru. Kakek biologis atau ayah dari pria yang diambil spermanya keberatan dengan IVF tersebut. Kakek berusia 50-an tahun itu meyakini IVF telah melanggar hukum karena memanen sperma putranya tanpa izin.
Menurut laporan Daily Mirror, Senin (10/9/2018), bocah kecil itu kini tinggal di Inggris bersama pasangan kakek-nenek memerintahkan IVF.
Para ahli hukum mengatakan pasangan tersebut dan mereka di Inggris yang terlibat dalam pengambilan dan pemindahan sperma bisa menghadapi tuntutan karena melakukan tindak pidana.
Menurut laporan media Inggris, sperma itu dibekukan dan kemudian diekspor ke AS dengan perusahaan kurir medis setahun setelah dibekukan.
Smotrich kepada Mail Online mengaku tidak menyesal melakukan IVF yang kontroversial itu.
“Pasangan Inggris kehilangan putra mereka di bawah keadaan yang paling tragis. Mereka sangat menginginkan seorang pewaris dan cucu. Itu adalah hak istimewa untuk dapat membantu mereka," katanya.
Dokter mendeskripsikan kakek-nenek itu sebagai orang yang sangat kaya dan dari keluarga yang terkemuka.
Dia menjelaskan, kasus ini tidak biasa.
“Menghasilkan anak yang menggunakan sperma anumerta sangat jarang. Saya telah melakukannya lima kali, ”katanya. “Pasangan ini putus asa untuk menemukan seseorang yang akan mampu menciptakan pewaris. Mereka menginginkan anak laki-laki. Apa yang kami lakukan tidak tersedia di Inggris, di mana pemilihan jenis kelamin tidak legal.”
Prosedur ini diperkirakan menelan biaya dengan total 60.000-100.000 poundsterling (USD77.500-USD129.000).
Diane Batzofin, yang mengelola klinik Smotrich, mengatakan; “Saya menerima panggilan awal, dari ibu pria yang meninggal. Ini adalah perkawinan sains dan jiwa. Sang ibu memberi tahu saya bahwa itulah yang diinginkan putranya."
Namun, mantan ketua British Fertility Society, Allan Pacey, memperingatkan bahwa kemungkinan kakek dan nenek yang terlibat IVF telah melakukan kejahatan.
"Jika putra dalam kasus ini tidak dirawat oleh klinik, dan belum menandatangani formulir persetujuan yang diperlukan untuk pengambilan, penyimpanan, dan penggunaan sperma, maka tindakan kriminal mungkin telah terjadi," katanya.
"Dokter yang mengekstraksi sperma melanggar hukum sebagaimana fasilitasnya menyimpan dan mengekspor sampel."
Pasangan Inggris (kakek-nenek) yang kaya merupakan inisiator fertilisasi in vitro atau IVF yang sukses tersebut. Mereka mendambakan pewaris kekayaan, setelah putra tunggalnya tewas secara tragis beberapa tahun silam.
Proses IVF dilakukan oleh dokter Yahudi ternama, Daviv Stomtrich, yang tinggal di California, AS.
Sperma yang diambil dokter Smotrich adalah milik seorang pria AS berusia 26 tahun yang belum menikah. Pria itu tewas dalam kecelakaan sepeda motor di Inggris, tetapi spermanya diambil tiga hari setelah kematiannya untuk dijadikan donor. Proses IVF berlangsung di klinik La Jolla IVF di California.
Setelah tiga tahun kini muncul masalah baru. Kakek biologis atau ayah dari pria yang diambil spermanya keberatan dengan IVF tersebut. Kakek berusia 50-an tahun itu meyakini IVF telah melanggar hukum karena memanen sperma putranya tanpa izin.
Menurut laporan Daily Mirror, Senin (10/9/2018), bocah kecil itu kini tinggal di Inggris bersama pasangan kakek-nenek memerintahkan IVF.
Para ahli hukum mengatakan pasangan tersebut dan mereka di Inggris yang terlibat dalam pengambilan dan pemindahan sperma bisa menghadapi tuntutan karena melakukan tindak pidana.
Menurut laporan media Inggris, sperma itu dibekukan dan kemudian diekspor ke AS dengan perusahaan kurir medis setahun setelah dibekukan.
Smotrich kepada Mail Online mengaku tidak menyesal melakukan IVF yang kontroversial itu.
“Pasangan Inggris kehilangan putra mereka di bawah keadaan yang paling tragis. Mereka sangat menginginkan seorang pewaris dan cucu. Itu adalah hak istimewa untuk dapat membantu mereka," katanya.
Dokter mendeskripsikan kakek-nenek itu sebagai orang yang sangat kaya dan dari keluarga yang terkemuka.
Dia menjelaskan, kasus ini tidak biasa.
“Menghasilkan anak yang menggunakan sperma anumerta sangat jarang. Saya telah melakukannya lima kali, ”katanya. “Pasangan ini putus asa untuk menemukan seseorang yang akan mampu menciptakan pewaris. Mereka menginginkan anak laki-laki. Apa yang kami lakukan tidak tersedia di Inggris, di mana pemilihan jenis kelamin tidak legal.”
Prosedur ini diperkirakan menelan biaya dengan total 60.000-100.000 poundsterling (USD77.500-USD129.000).
Diane Batzofin, yang mengelola klinik Smotrich, mengatakan; “Saya menerima panggilan awal, dari ibu pria yang meninggal. Ini adalah perkawinan sains dan jiwa. Sang ibu memberi tahu saya bahwa itulah yang diinginkan putranya."
Namun, mantan ketua British Fertility Society, Allan Pacey, memperingatkan bahwa kemungkinan kakek dan nenek yang terlibat IVF telah melakukan kejahatan.
"Jika putra dalam kasus ini tidak dirawat oleh klinik, dan belum menandatangani formulir persetujuan yang diperlukan untuk pengambilan, penyimpanan, dan penggunaan sperma, maka tindakan kriminal mungkin telah terjadi," katanya.
"Dokter yang mengekstraksi sperma melanggar hukum sebagaimana fasilitasnya menyimpan dan mengekspor sampel."
(mas)