Haji, Momentum untuk Meningkatkan Produk Indonesia
A
A
A
MEKKAH - Penyelenggaraan ibadah haji berkorelasi positif pada pendapatan devisa negara. Banyak produk Indonesia, terutama makanan dan minuman yang dipasok ke Arab Saudi di setiap musim haji.
Pelaksanaan ibadah haji merupakan pasar yang sudah pasti (captive market ), terutama bagi produk-produk makanan dan minuman Indonesia. Haji bisa menghasilkan devisa negara. Karena itu pemerintah mendorong peningkatan ekspor produk-produk dari Tanah Air ke Arab Saudi.
“Apa pun produk yang dijual di Mekkah pasti laku. Makanan merupakan produk yang tidak bisa ditunda, sehingga pasti laku,” kata Kepala Konsulat Jenderal RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin saat menerima rombongan jurnalis yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) di kantornya, Jeddah, Arab Saudi, belum lama ini. Menurut Hery, bagi jamaah, ibadah haji adalah tujuan akhir.
Tapi, bagi pemerintah, ibadah haji adalah tujuan perantara (intervening goal). “Ibadah haji sangat strategis ditinjau dari berbagai aspek,” ungkapnya didampingi sejumlah home staff KJRI Jeddah.
Kebijakan Kementerian Agama (Kemenag) yang mensyaratkan penyedia katering pada musim haji tahun ini menyiapkan bumbu masak dari Indonesia, kata Hery, merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan produk Indonesia ke negeri kerajaan tersebut.
Hery pun mengharapkan beras yang pada musim haji tahun ini disuplai dari Thailand, pada tahun mendatang bisa dari Indonesia. Demikian juga, lanjut Hery, ikan patin yang pada saat ini dipasok dari Vietnam dapat diganti dengan pasokan dari Indonesia pada tahun berikutnya.
“Sebenarnya bisa masuk ikan patin buat katering haji. Kami sudah ada pembicaraan juga dengan pihak KKP(Kementerian Kelautan dan Perikanan), tapi karena waktunya terlalu mepet jadi belum bisa,” ungkapnya.
Fawzi Bawazir, pemilik Mohammed Bawazir for Trading Co Ltd, mengakui bahwa pihaknya meningkatkan kuantitas impornya dari Indonesia menjelang pelaksanaan ibadah haji. Kendati demikian, peningkatan itu tidak setinggi menjelang Ramadan.
“Penjualan sebelum Ramadan bisa naik tiga kali lipat. Kalau haji juga peningkat, tapi tak signifikan jika dibandingkan penjualan Ramadan,” ungkapnya.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang berkedudukan di Jeddah yang mengimpor produk makanan dan minuman dari PT Mayora. Adapun Abdul Halim, Key Account Manager PT Sami Alkathiri, mengatakan kuantitas produk Indonesia yang bisa dipasok ke Arab Saudi masih terbuka. Ini lantaran warga Arab Saudi senang dengan produk Indonesia karena pasti halal, kualitas dan kebersihannya juga terjamin.
PT Sami Alkathiri merupakan salah satu dari delapan perusahaan Arab Saudi yang mengimpor produk asal Indonesia. “Ikan tuna potensinya sangat besar bisa masuk ke sini,” imbuhnya.
Secara umum produk Indonesia sangat digandrungi masyarakat Arab Saudi. Ini karena kualitas produk Indonesia dan rasanya cocok dengan lidah orang Arab Saudi. “Masuknya jamaah haji Indonesia juga memperbesar pasar produk Indonesia di Arab Saudi Sehingga kami sangat berkepentingan mengimpor produk Indonesia,” kata Abdul Halim yang mengaku telah 20 tahun memasarkan produk Indonesia di Arab Saudi ini.
Sejatinya, dari segi harga, produk Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan produk sejenis dari Thailand dan Vietnam. Menurut pengakuan Abdul Halim, hal itu dipicu tingginya biaya logistik di Tanah Air.
Kendati demikian, dalam setahun PT Sami Alkathiri bisa mengimpor 35 kontainer kecap dan saus dari Indonesia. Untuk mengamankan pasar yang sudah ada, Abdul Halim meminta Kemenag mensyaratkan perusahaan katering yang melayani makanan jamaah Indonesia untuk menggunakan bumbu dan bahan masakan produk Indonesia.
Pelaksanaan ibadah haji merupakan pasar yang sudah pasti (captive market ), terutama bagi produk-produk makanan dan minuman Indonesia. Haji bisa menghasilkan devisa negara. Karena itu pemerintah mendorong peningkatan ekspor produk-produk dari Tanah Air ke Arab Saudi.
“Apa pun produk yang dijual di Mekkah pasti laku. Makanan merupakan produk yang tidak bisa ditunda, sehingga pasti laku,” kata Kepala Konsulat Jenderal RI di Jeddah Mohamad Hery Saripudin saat menerima rombongan jurnalis yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) di kantornya, Jeddah, Arab Saudi, belum lama ini. Menurut Hery, bagi jamaah, ibadah haji adalah tujuan akhir.
Tapi, bagi pemerintah, ibadah haji adalah tujuan perantara (intervening goal). “Ibadah haji sangat strategis ditinjau dari berbagai aspek,” ungkapnya didampingi sejumlah home staff KJRI Jeddah.
Kebijakan Kementerian Agama (Kemenag) yang mensyaratkan penyedia katering pada musim haji tahun ini menyiapkan bumbu masak dari Indonesia, kata Hery, merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan produk Indonesia ke negeri kerajaan tersebut.
Hery pun mengharapkan beras yang pada musim haji tahun ini disuplai dari Thailand, pada tahun mendatang bisa dari Indonesia. Demikian juga, lanjut Hery, ikan patin yang pada saat ini dipasok dari Vietnam dapat diganti dengan pasokan dari Indonesia pada tahun berikutnya.
“Sebenarnya bisa masuk ikan patin buat katering haji. Kami sudah ada pembicaraan juga dengan pihak KKP(Kementerian Kelautan dan Perikanan), tapi karena waktunya terlalu mepet jadi belum bisa,” ungkapnya.
Fawzi Bawazir, pemilik Mohammed Bawazir for Trading Co Ltd, mengakui bahwa pihaknya meningkatkan kuantitas impornya dari Indonesia menjelang pelaksanaan ibadah haji. Kendati demikian, peningkatan itu tidak setinggi menjelang Ramadan.
“Penjualan sebelum Ramadan bisa naik tiga kali lipat. Kalau haji juga peningkat, tapi tak signifikan jika dibandingkan penjualan Ramadan,” ungkapnya.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang berkedudukan di Jeddah yang mengimpor produk makanan dan minuman dari PT Mayora. Adapun Abdul Halim, Key Account Manager PT Sami Alkathiri, mengatakan kuantitas produk Indonesia yang bisa dipasok ke Arab Saudi masih terbuka. Ini lantaran warga Arab Saudi senang dengan produk Indonesia karena pasti halal, kualitas dan kebersihannya juga terjamin.
PT Sami Alkathiri merupakan salah satu dari delapan perusahaan Arab Saudi yang mengimpor produk asal Indonesia. “Ikan tuna potensinya sangat besar bisa masuk ke sini,” imbuhnya.
Secara umum produk Indonesia sangat digandrungi masyarakat Arab Saudi. Ini karena kualitas produk Indonesia dan rasanya cocok dengan lidah orang Arab Saudi. “Masuknya jamaah haji Indonesia juga memperbesar pasar produk Indonesia di Arab Saudi Sehingga kami sangat berkepentingan mengimpor produk Indonesia,” kata Abdul Halim yang mengaku telah 20 tahun memasarkan produk Indonesia di Arab Saudi ini.
Sejatinya, dari segi harga, produk Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan produk sejenis dari Thailand dan Vietnam. Menurut pengakuan Abdul Halim, hal itu dipicu tingginya biaya logistik di Tanah Air.
Kendati demikian, dalam setahun PT Sami Alkathiri bisa mengimpor 35 kontainer kecap dan saus dari Indonesia. Untuk mengamankan pasar yang sudah ada, Abdul Halim meminta Kemenag mensyaratkan perusahaan katering yang melayani makanan jamaah Indonesia untuk menggunakan bumbu dan bahan masakan produk Indonesia.
(don)