Soal Denuklirisasi, Trump Akan Sabar Hadapi Sikap Kim Jong-un
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan ia akan bersabar menghadapi Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Hingga saat ini, diktator muda itu belum mengambil langkah berarti untuk menyerahkan senjata nuklir negaranya pasca pertemuan di Singapura.
"Saya memiliki kesabaran yang lebih besar daripada manusia mana pun di dunia," kata Trump.
"Orang-orang tidak mengerti tentang saya," imbuhnya seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (1/9/2018).
Presiden berusia 72 tahun itu mengaku hubungannya dengan Jong-un berjalan baik. Ia menyebut bahwa sebelum pertemuan keduanya di Singapura bulan Juni lalu, Korut mengembalikan beberapa warga AS yang ditahan dan terus menahan diri dari uji coba nuklir atau rudal.
"Anda tidak memiliki pengujian rudal, Anda tidak memiliki pengujian roket. Kami mendapatkan kembali warga kami. Dan belum ada tes nuklir. Itu lumayan bagus," tuturnya.
Pekan lalu, Trump membatalkan rencana perjalanan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo ke Korut setelah menyimpulkan tidak ada cukup kemajuan dalam pembicaraan yang ditujukan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kemudian, pada hari Rabu, Trump menuduh China merongrong upaya AS untuk menekan Korut agar menyerahkan senjata nuklirnya.
"Korea Utara berada di bawah tekanan luar biasa dari China karena sengketa perdagangan utama kami dengan Pemerintah China," kata Trump dalam serangkaian tweet.
“Pada saat yang sama, kami juga tahu bahwa China memberikan bantuan yang sangat besar kepada Korea Utara, termasuk uang, bahan bakar, pupuk dan berbagai komoditas lainnya. Ini tidak membantu!” cetusnya.Perubahan suasana sangat kontras dengan optimisme Trump setelah pertemuannya dengan Jong-un di Singapura. Trump meninggalkan pertemuan itu dengan mengatakan mereka telah membentuk ikatan khusus, bahwa Jong-un berkomitmen untuk denuklirisasi dan pengkritik meremehkan apa yang telah ia capai.
“Saya memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong-un dan saya tidak mengatakan itu tidak akan berubah,” kata Trump.
“Itu bisa berubah. Seluruh situasi bisa berubah,” imbuhnya.
"Saya memiliki kesabaran yang lebih besar daripada manusia mana pun di dunia," kata Trump.
"Orang-orang tidak mengerti tentang saya," imbuhnya seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (1/9/2018).
Presiden berusia 72 tahun itu mengaku hubungannya dengan Jong-un berjalan baik. Ia menyebut bahwa sebelum pertemuan keduanya di Singapura bulan Juni lalu, Korut mengembalikan beberapa warga AS yang ditahan dan terus menahan diri dari uji coba nuklir atau rudal.
"Anda tidak memiliki pengujian rudal, Anda tidak memiliki pengujian roket. Kami mendapatkan kembali warga kami. Dan belum ada tes nuklir. Itu lumayan bagus," tuturnya.
Pekan lalu, Trump membatalkan rencana perjalanan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo ke Korut setelah menyimpulkan tidak ada cukup kemajuan dalam pembicaraan yang ditujukan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kemudian, pada hari Rabu, Trump menuduh China merongrong upaya AS untuk menekan Korut agar menyerahkan senjata nuklirnya.
"Korea Utara berada di bawah tekanan luar biasa dari China karena sengketa perdagangan utama kami dengan Pemerintah China," kata Trump dalam serangkaian tweet.
“Pada saat yang sama, kami juga tahu bahwa China memberikan bantuan yang sangat besar kepada Korea Utara, termasuk uang, bahan bakar, pupuk dan berbagai komoditas lainnya. Ini tidak membantu!” cetusnya.Perubahan suasana sangat kontras dengan optimisme Trump setelah pertemuannya dengan Jong-un di Singapura. Trump meninggalkan pertemuan itu dengan mengatakan mereka telah membentuk ikatan khusus, bahwa Jong-un berkomitmen untuk denuklirisasi dan pengkritik meremehkan apa yang telah ia capai.
“Saya memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong-un dan saya tidak mengatakan itu tidak akan berubah,” kata Trump.
“Itu bisa berubah. Seluruh situasi bisa berubah,” imbuhnya.
(ian)