Kisah Gadis Maroko Diperkosa Geng Pria dan Tubuh Dipenuhi Tato
A
A
A
RABAT - Pihak pilu gadis 17 tahun di Maroko telah memicu kemarahan publik. Dia diculik belasan pria selama dua bulan, diperkosa, dan disiksa termasuk disengat rokok dan tubuh dipenuhi tato.
Ada 15 pria yang diduga terlibat dalam penculikan dan pemerkosaan gadis tersebut. Polisi Maroko pada hari Rabu telah menangkap 12 tersangka dan masih memburu tiga tersangka lain.
Kemarahan publik terjadi selama sepekan terakhir setelah gadis itu membuat pengakuan kepada polisi tentang penyiksaan yang dia alami. Para pelaku membuat tato di beberapa bagian tubuh korban, termasuk tato bergambar simbol swastika.
Ibrahim Hashane, seorang anggota kelompok pengacara sukarelawan yang membantu menangani kasus tersebut, mengatakan bahwa penyelidikan kasus ini atas perintah hakim. Tiga dugaan yang menguat adalah penculikan, pemerkosaan dan penyiksaan.
Hashane mengatakan kepada The Associated Press bahwa di antara 15 pria yang jadi tersangka, 12 di antaranya sudah ditahan dan tiga masih buron. Hakim, kata dia, akan memulai sidang perdana kasus ini pada pekan depan.
Seorang pejabat pengadilan yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, para tersangka berusia 18 hingga 27 tahun.
Menurutnya, tersangka utama yang berusia 20 tahun ditahan atas tuduhan memerkosa, menyiksa, menculik, membuat ancaman pembunuhan, dan membentuk geng.
Gadis yang identitasnya dilindungi tersebut telah melayani wawancara secara online dengan Chouf TV di Maroko minggu lalu."Para penculik menyerang saya satu per satu," katanya.
Menurutnya, para penculik menyengat tubuhnya dengan rokok, dan tidak memberinya makan atau pun membiarkannya mandi. Dia menunjukkan bekas luka bakar di tangannya akibat sengatan rokok.
Gadis itu mengatakan dia disandera di Kota Olad Ayad, di Provinsi Beni Mellal, Maroko tengah.
"Mereka menahan saya selama sekitar dua bulan dan memperkosa dan menyiksa saya. Saya tidak akan pernah memaafkan mereka. Mereka telah menghancurkan saya," katanya.
Loubna El Joud dari kelompok hak asasi wanita NSAT, mengatakan bahwa korban masih shock, meskipun dia berusaha menjadi kuat. Kelompok NSAT terus memberikan dukungan medis dan psikologis kepadanya. "Tangannya bergetar ketika dia berbicara," kata El Joud, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (30/8/2018).
Penculikan itu terjadi selama Ramadan, yakni bulan Mei-Juni lalu. Menurut korban, awalnya dua pria menculiknya dengan todongan pisau saat dia mengunjungi bibinya. Namun, kedua penculik itu menjualnya kepada sekelompok pria lain dengan imbalan uang atau narkoba.
Gadis itu melanjutkan, para penculik memberikan obat-obatan yang membuatnya tak berdaya selama berhari-hari.
Lebih dari 29.000 orang menandatangani petisi untuk menuntut pemerintah Maroko agar memberikan perawatan medis dan psikologis kepada gadis itu setelah video kesaksiannya viral.
Sementara itu, kerabat dari para tersangka yang dikutip oleh media Maroko, menuduh gadis remaja itu berbohong. Gadis itu bahkan dituduh menjalani gaya hidup "bejat".
Abdelwahed Saadi, seorang pekerja sosial dan tetangga keluarga gadis itu, mengatakan bahwa ayah korban awalnya melapor kepada polisi untuk melakukan penyelidikan setelah putrinya hilang.
"Mereka adalah orang yang sederhana. Ayahnya sakit dan tidak bisa berbuat banyak untuk membantu membebaskan putrinya. Di mana kita tinggal adalah kejahatan dan narkoba. Dia adalah korban pertama dan terutama dari lingkungan yang disfungsional," ujarnya.
Ada 15 pria yang diduga terlibat dalam penculikan dan pemerkosaan gadis tersebut. Polisi Maroko pada hari Rabu telah menangkap 12 tersangka dan masih memburu tiga tersangka lain.
Kemarahan publik terjadi selama sepekan terakhir setelah gadis itu membuat pengakuan kepada polisi tentang penyiksaan yang dia alami. Para pelaku membuat tato di beberapa bagian tubuh korban, termasuk tato bergambar simbol swastika.
Ibrahim Hashane, seorang anggota kelompok pengacara sukarelawan yang membantu menangani kasus tersebut, mengatakan bahwa penyelidikan kasus ini atas perintah hakim. Tiga dugaan yang menguat adalah penculikan, pemerkosaan dan penyiksaan.
Hashane mengatakan kepada The Associated Press bahwa di antara 15 pria yang jadi tersangka, 12 di antaranya sudah ditahan dan tiga masih buron. Hakim, kata dia, akan memulai sidang perdana kasus ini pada pekan depan.
Seorang pejabat pengadilan yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, para tersangka berusia 18 hingga 27 tahun.
Menurutnya, tersangka utama yang berusia 20 tahun ditahan atas tuduhan memerkosa, menyiksa, menculik, membuat ancaman pembunuhan, dan membentuk geng.
Gadis yang identitasnya dilindungi tersebut telah melayani wawancara secara online dengan Chouf TV di Maroko minggu lalu."Para penculik menyerang saya satu per satu," katanya.
Menurutnya, para penculik menyengat tubuhnya dengan rokok, dan tidak memberinya makan atau pun membiarkannya mandi. Dia menunjukkan bekas luka bakar di tangannya akibat sengatan rokok.
Gadis itu mengatakan dia disandera di Kota Olad Ayad, di Provinsi Beni Mellal, Maroko tengah.
"Mereka menahan saya selama sekitar dua bulan dan memperkosa dan menyiksa saya. Saya tidak akan pernah memaafkan mereka. Mereka telah menghancurkan saya," katanya.
Loubna El Joud dari kelompok hak asasi wanita NSAT, mengatakan bahwa korban masih shock, meskipun dia berusaha menjadi kuat. Kelompok NSAT terus memberikan dukungan medis dan psikologis kepadanya. "Tangannya bergetar ketika dia berbicara," kata El Joud, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (30/8/2018).
Penculikan itu terjadi selama Ramadan, yakni bulan Mei-Juni lalu. Menurut korban, awalnya dua pria menculiknya dengan todongan pisau saat dia mengunjungi bibinya. Namun, kedua penculik itu menjualnya kepada sekelompok pria lain dengan imbalan uang atau narkoba.
Gadis itu melanjutkan, para penculik memberikan obat-obatan yang membuatnya tak berdaya selama berhari-hari.
Lebih dari 29.000 orang menandatangani petisi untuk menuntut pemerintah Maroko agar memberikan perawatan medis dan psikologis kepada gadis itu setelah video kesaksiannya viral.
Sementara itu, kerabat dari para tersangka yang dikutip oleh media Maroko, menuduh gadis remaja itu berbohong. Gadis itu bahkan dituduh menjalani gaya hidup "bejat".
Abdelwahed Saadi, seorang pekerja sosial dan tetangga keluarga gadis itu, mengatakan bahwa ayah korban awalnya melapor kepada polisi untuk melakukan penyelidikan setelah putrinya hilang.
"Mereka adalah orang yang sederhana. Ayahnya sakit dan tidak bisa berbuat banyak untuk membantu membebaskan putrinya. Di mana kita tinggal adalah kejahatan dan narkoba. Dia adalah korban pertama dan terutama dari lingkungan yang disfungsional," ujarnya.
(mas)