Menteri Agama Minta Jamaah Jaga Tanah Suci
A
A
A
MEKKAH - Pemerintah meminta jamaah haji fokus untuk melaksanakan ibadah haji dan tidak membawa pengaruh-pengaruh luar yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan ibadah haji.
Hal itu diungkapkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengomentari ada jamaah yang membawa spanduk dan kaos berbau politik saat berada di Tanah Suci yang kemudian viral di media sosial (medsos).
“Kita berhaji dalam rangka ingin melaksanakan ibadah. Mari kita jaga bersama Kota Suci ini (Mekkah dan Madinah) dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan ibadah kita,” katanya seusai meninjau perusahaan penyedia katering jamaah haji di Madinah, Arab Saud i, kemarin. Menag mengajak semua pihak menahan diri untuk tidak membawa persoalan politik yang ada di dalam negeri ke Tanah Suci.
“Karena Tanah Suci ini milik kita bersama, milik umat Islam Indonesia tanpa ada sekat-sekat perbedaan aspirasi politik praktis,” tandas putra mantan Menag Saifuddin Zuhri ini. Lukman menegaskan, pihaknya menghormati Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang mempunyai kewenangan mengelola penyelenggaraan haji.
Dia mengutip pernyataan Imam Besar Masjidil haram Imam Syekh Abdurrahman As-Sudais bahwa Mekkah dan Madinah adalah dua Kota Suci yang harus dijaga kesuciannya. Dalam wukuf di Arafah, lanjut Menag, bisa dimaknai ada prinsip egalitarianisme dalam iba dah haji.
“Kita menggunakan kain ihram dalam wukuf saat puncak haji di Arafah. Itu untuk menunjukkan tidak ada perbedaan yang prinsipil dan nonprinsipil sekaligus sehingga mari kita jaga bersamasama perbedaan aspirasi politik, jangan sampai mencemari usaha kita bersama di Tanah Suci yang hakikatnya sama (beribadah),” tegasnya Konsultan Ibadah Haji Sektor 6 Daerah Kerja Mekkah, Arab Saudi, Helmi Hidayat mengatakan terlalu naif menjadikan Tanah Suci sebagai ajang kampanye persoalan duniawi (politik).
“Mengapa persoalan memilih atau tidak memilih makhluk harus dilakukan dengan mengotori persembahan kita kepada Zat Yang Maha Suci?” kata Helmi.
Menurutnya, berkampanye adalah hak setiap warga, tapi itu cukup dilakukan di Tanah Air tanpa harus mengorbankan ritus-ritus suci ibadah haji. “Sayang saja sudah antre bertahun-tahun, tapi momentum haji digunakan buat nafsu sektoral,” ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Jamaah haji Indonesia, kata dia, sebaiknya tahu diri sebab sebagai tamu di negeri orang jangan berlaku seenaknya sendiri.
“Ketika sekelompok orang Arab bertamu ke rumah Rasulullah SAW lalu berteriak-teriak, Allah mengkritik mereka bahkan mengancam akan menghapus semua amal baik mereka,” ungkapnya. Sebelumnya Imam Masjidil haram Syekh Abdurrahman As-Sudais menolak politisasi haji.
Menurutnya, tempat-tempat suci di maksudkan untuk menyembah Allah dan bukan untuk sloganslogan politik dan kelompok-kelompok ekstremis sektarian. “Tanah Suci adalah tempat ibadah, bukan untuk slogan politik dan sekte serta agama,” katanya saat menerima kunjungan para jurnalis, Minggu (12/8).
Dia juga menyatakan pesan Kerajaan Arab Saudi adalah pesan Islam berdasarkan belas kasihan, toleransi, dan koeksistensi. Kerajaan Arab Saudi mendukung moderasi dan memanfaatkan fakta-fakta zaman dalam menyoroti citra muslim yang berada dan menghapus tuduhan teroris meterhadap mereka. “Terorisme tidak memiliki agama dan budaya, dan ada banyak pihak yang berusaha untuk mengubah citra Islam,” ujar Sudais menekankan.
Sudais menyatakan bahwa ia ingin mengurus semua muslim dan berusaha untuk mengonsolidasikan hubungan serta solidaritas di antara anggota-anggota negara Islam di bawah keadaan yang dialami oleh negara Islam. Ini untuk menunjukkan bahwa secara umum Kerajaan Arab Saudi mendukung untuk mengumpulkan sebanyak mungkin negara dan menyebarkan Islam di dunia dengan kejujuran dan martabat.
Hal itu diungkapkan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengomentari ada jamaah yang membawa spanduk dan kaos berbau politik saat berada di Tanah Suci yang kemudian viral di media sosial (medsos).
“Kita berhaji dalam rangka ingin melaksanakan ibadah. Mari kita jaga bersama Kota Suci ini (Mekkah dan Madinah) dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan ibadah kita,” katanya seusai meninjau perusahaan penyedia katering jamaah haji di Madinah, Arab Saud i, kemarin. Menag mengajak semua pihak menahan diri untuk tidak membawa persoalan politik yang ada di dalam negeri ke Tanah Suci.
“Karena Tanah Suci ini milik kita bersama, milik umat Islam Indonesia tanpa ada sekat-sekat perbedaan aspirasi politik praktis,” tandas putra mantan Menag Saifuddin Zuhri ini. Lukman menegaskan, pihaknya menghormati Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang mempunyai kewenangan mengelola penyelenggaraan haji.
Dia mengutip pernyataan Imam Besar Masjidil haram Imam Syekh Abdurrahman As-Sudais bahwa Mekkah dan Madinah adalah dua Kota Suci yang harus dijaga kesuciannya. Dalam wukuf di Arafah, lanjut Menag, bisa dimaknai ada prinsip egalitarianisme dalam iba dah haji.
“Kita menggunakan kain ihram dalam wukuf saat puncak haji di Arafah. Itu untuk menunjukkan tidak ada perbedaan yang prinsipil dan nonprinsipil sekaligus sehingga mari kita jaga bersamasama perbedaan aspirasi politik, jangan sampai mencemari usaha kita bersama di Tanah Suci yang hakikatnya sama (beribadah),” tegasnya Konsultan Ibadah Haji Sektor 6 Daerah Kerja Mekkah, Arab Saudi, Helmi Hidayat mengatakan terlalu naif menjadikan Tanah Suci sebagai ajang kampanye persoalan duniawi (politik).
“Mengapa persoalan memilih atau tidak memilih makhluk harus dilakukan dengan mengotori persembahan kita kepada Zat Yang Maha Suci?” kata Helmi.
Menurutnya, berkampanye adalah hak setiap warga, tapi itu cukup dilakukan di Tanah Air tanpa harus mengorbankan ritus-ritus suci ibadah haji. “Sayang saja sudah antre bertahun-tahun, tapi momentum haji digunakan buat nafsu sektoral,” ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Jamaah haji Indonesia, kata dia, sebaiknya tahu diri sebab sebagai tamu di negeri orang jangan berlaku seenaknya sendiri.
“Ketika sekelompok orang Arab bertamu ke rumah Rasulullah SAW lalu berteriak-teriak, Allah mengkritik mereka bahkan mengancam akan menghapus semua amal baik mereka,” ungkapnya. Sebelumnya Imam Masjidil haram Syekh Abdurrahman As-Sudais menolak politisasi haji.
Menurutnya, tempat-tempat suci di maksudkan untuk menyembah Allah dan bukan untuk sloganslogan politik dan kelompok-kelompok ekstremis sektarian. “Tanah Suci adalah tempat ibadah, bukan untuk slogan politik dan sekte serta agama,” katanya saat menerima kunjungan para jurnalis, Minggu (12/8).
Dia juga menyatakan pesan Kerajaan Arab Saudi adalah pesan Islam berdasarkan belas kasihan, toleransi, dan koeksistensi. Kerajaan Arab Saudi mendukung moderasi dan memanfaatkan fakta-fakta zaman dalam menyoroti citra muslim yang berada dan menghapus tuduhan teroris meterhadap mereka. “Terorisme tidak memiliki agama dan budaya, dan ada banyak pihak yang berusaha untuk mengubah citra Islam,” ujar Sudais menekankan.
Sudais menyatakan bahwa ia ingin mengurus semua muslim dan berusaha untuk mengonsolidasikan hubungan serta solidaritas di antara anggota-anggota negara Islam di bawah keadaan yang dialami oleh negara Islam. Ini untuk menunjukkan bahwa secara umum Kerajaan Arab Saudi mendukung untuk mengumpulkan sebanyak mungkin negara dan menyebarkan Islam di dunia dengan kejujuran dan martabat.
(don)