Macron: Membiarkan Assad Berkuasa Adalah Kesalahan Besar
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan, membiarkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad tetap berkuasa adalah sebuah kesalahan besar. Dia menegaskan, Assad harus mundur dari jabatannya saat ini pasca perang Suriah selesai.
Macron menyatakan, siapa yang akan menjadi pemimpin Suriah di masa depan berada di tangan rakyatnya dan Prancis tidak memiliki hak untuk ikut campur. Namun, dia berharap masyarkat Suriah tidak lagi memilih Assad sebagai Presiden mereka.
"Kembali ke keadaan normal di Suriah yang membuat pemimpinnya Bashar al-Assad berkuasa akan menjadi kesalahan fatal, karena situasi di sana mendekati "jam kebenaran"," kata Macron dalam sebuah pernyataan.
"Prancis idak bisa menunjuk pemimpin Suriah di masa depan. Tapi, itu adalah tugas kami dan kepentingan kami untuk memastikan bahwa rakyat Suriah dapat melakukan ini," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (28/8).
Dia kemudian menekankan bahwa Prancis tidak pernah memaksa pengunduran diri Assad sebagai ganti untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
Macron juga memperingatkan bahwa Assad berada di ambang menciptakan krisis kemanusiaan baru di provinsi Idlib, benteng terakhir untuk kelompok pemberontak dan milisi di Suriah.
"Situasinya mengkhawatirkan. Rezim (Suriah) tidak menunjukkan kesediaan untuk merundingkan transisi politik," tukasnya.
Macron menyatakan, siapa yang akan menjadi pemimpin Suriah di masa depan berada di tangan rakyatnya dan Prancis tidak memiliki hak untuk ikut campur. Namun, dia berharap masyarkat Suriah tidak lagi memilih Assad sebagai Presiden mereka.
"Kembali ke keadaan normal di Suriah yang membuat pemimpinnya Bashar al-Assad berkuasa akan menjadi kesalahan fatal, karena situasi di sana mendekati "jam kebenaran"," kata Macron dalam sebuah pernyataan.
"Prancis idak bisa menunjuk pemimpin Suriah di masa depan. Tapi, itu adalah tugas kami dan kepentingan kami untuk memastikan bahwa rakyat Suriah dapat melakukan ini," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (28/8).
Dia kemudian menekankan bahwa Prancis tidak pernah memaksa pengunduran diri Assad sebagai ganti untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
Macron juga memperingatkan bahwa Assad berada di ambang menciptakan krisis kemanusiaan baru di provinsi Idlib, benteng terakhir untuk kelompok pemberontak dan milisi di Suriah.
"Situasinya mengkhawatirkan. Rezim (Suriah) tidak menunjukkan kesediaan untuk merundingkan transisi politik," tukasnya.
(esn)