Julie Bishop Mundur dari Menteri Luar Negeri Australia
A
A
A
SYDNEY - Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, mengatakan ia telah mengundurkan diri dari Kabinet Perdana Menteri baru Scott Morrison, Minggu (26/8/2018). Pengunduran diri Bishop ini terjadi dua hari setelah suksesi kepemimpinan yang menggulingkan mantan perdana menteri Malcolm Turnbull.
“Hari ini saya memberi tahu perdana menteri bahwa saya akan mengundurkan diri dari posisi kabinet saya sebagai menteri urusan luar negeri," ujar perempuan berusia 62 tahun itu.
“Saya akan tetap di backbench sebagai suara yang kuat untuk Australia Barat," imbuhnya.
"Saya telah dipilih sebelumnya oleh partai Liberal untuk kursi Curtin dan saya belum membuat keputusan mengenai pemilihan berikutnya," tukasnya seperti dikutip dari The Guardian.
Pengunduran diri Bishop menciptakan lebih banyak riak di tengah pergelokan pemerintahan Koalisi Nasional Liberal. Pasalnya, perdana menteri yang baru, Scott Morrison, bekerja untuk bersama-sama menambal sebuah kabinet yang kohesif dari perang saudara Partai Liberal minggu lalu.
Bishop ikut dalam pertarungan memperebutkan kursi Perdana Menteri Australia bersama Morrison dan Peter Dutton Jumat lalu. Sayangnya, ia hanya mengumpulkan 11 suara di 85 kamar partai yang kuat.
Ia diyakini sangat kecewa di mana kelompok moderat secara taktis memilih menentangnya, meskipun sekutu politik. Dia tidak mendapatkan suara dari negara asalnya di Australia Barat.
Bishop dikabarkan kemungkinan akan menjadi gubernur jenderal Australia, setelah komisi Jenderal Sir Peter Cosgrove berakhir pada Maret tahun depan.
Sementara terkait pernyataan Bishop yang menyatakan belum membuat keputusan untuk tetap di parlemen, kemungkinan dia akan mengosongkan kursi Curtin, yang dia telah duduki sejak tahun 1998, pada pemilihan berikutnya 2019 mendatang.
Pemilu dapat dilakukan lebih cepat jika mayoritas suara tunggal pemerintah terancam oleh pemilihan umum atas kursi mantan perdana menteri Malcolm Turnbull, yang telah mengindikasikan dia akan mengundurkan diri "tidak terlalu lama".
Bishop adalah wakil pemimpin partai Liberal selama 11 tahun, memegang posisi saat suksesi pemimpin - Brendan Nelson, Turnbull, Tony Abbott dan Turnbull lagi - yang 'ditebang' di atasnya.
Ia menjabat sebagai menteri luar negeri dari September 2013, memelopori New Colombo Plan untuk mempromosikan studi di Indo-Pasifik, dan memimpin tuntutan Australia untuk keadilan atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.
Australia juga bertugas di dewan keamanan PBB selama masa jabatannya. Australia juga memenangkan kursi di dewan hak asasi manusia PBB selama di bawah kepemimpinannya.
Tetapi masa jabatannya bukan tanpa kontroversi: Australia telah menentang, dan secara aktif berusaha melemahkan, perjanjian larangan senjata nuklir PBB, dan menarik kecaman karena meneruskan dukungan nonkombatnya bagi militer Myanmar setelah genosida terhadap Rohingya.
Menteri pendidikan, Simon Birmingham, menyebut Bishop wanita paling penting dalam sejarah partai Liberal. Sedangkan Turnbull menggambarkan teman lamanya sebagai menteri luar negeri terbaik Australia.
“Hari ini saya memberi tahu perdana menteri bahwa saya akan mengundurkan diri dari posisi kabinet saya sebagai menteri urusan luar negeri," ujar perempuan berusia 62 tahun itu.
“Saya akan tetap di backbench sebagai suara yang kuat untuk Australia Barat," imbuhnya.
"Saya telah dipilih sebelumnya oleh partai Liberal untuk kursi Curtin dan saya belum membuat keputusan mengenai pemilihan berikutnya," tukasnya seperti dikutip dari The Guardian.
Pengunduran diri Bishop menciptakan lebih banyak riak di tengah pergelokan pemerintahan Koalisi Nasional Liberal. Pasalnya, perdana menteri yang baru, Scott Morrison, bekerja untuk bersama-sama menambal sebuah kabinet yang kohesif dari perang saudara Partai Liberal minggu lalu.
Bishop ikut dalam pertarungan memperebutkan kursi Perdana Menteri Australia bersama Morrison dan Peter Dutton Jumat lalu. Sayangnya, ia hanya mengumpulkan 11 suara di 85 kamar partai yang kuat.
Ia diyakini sangat kecewa di mana kelompok moderat secara taktis memilih menentangnya, meskipun sekutu politik. Dia tidak mendapatkan suara dari negara asalnya di Australia Barat.
Bishop dikabarkan kemungkinan akan menjadi gubernur jenderal Australia, setelah komisi Jenderal Sir Peter Cosgrove berakhir pada Maret tahun depan.
Sementara terkait pernyataan Bishop yang menyatakan belum membuat keputusan untuk tetap di parlemen, kemungkinan dia akan mengosongkan kursi Curtin, yang dia telah duduki sejak tahun 1998, pada pemilihan berikutnya 2019 mendatang.
Pemilu dapat dilakukan lebih cepat jika mayoritas suara tunggal pemerintah terancam oleh pemilihan umum atas kursi mantan perdana menteri Malcolm Turnbull, yang telah mengindikasikan dia akan mengundurkan diri "tidak terlalu lama".
Bishop adalah wakil pemimpin partai Liberal selama 11 tahun, memegang posisi saat suksesi pemimpin - Brendan Nelson, Turnbull, Tony Abbott dan Turnbull lagi - yang 'ditebang' di atasnya.
Ia menjabat sebagai menteri luar negeri dari September 2013, memelopori New Colombo Plan untuk mempromosikan studi di Indo-Pasifik, dan memimpin tuntutan Australia untuk keadilan atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.
Australia juga bertugas di dewan keamanan PBB selama masa jabatannya. Australia juga memenangkan kursi di dewan hak asasi manusia PBB selama di bawah kepemimpinannya.
Tetapi masa jabatannya bukan tanpa kontroversi: Australia telah menentang, dan secara aktif berusaha melemahkan, perjanjian larangan senjata nuklir PBB, dan menarik kecaman karena meneruskan dukungan nonkombatnya bagi militer Myanmar setelah genosida terhadap Rohingya.
Menteri pendidikan, Simon Birmingham, menyebut Bishop wanita paling penting dalam sejarah partai Liberal. Sedangkan Turnbull menggambarkan teman lamanya sebagai menteri luar negeri terbaik Australia.
(ian)