Banyak Jamaah Pilih Mabit Jamarat

Jum'at, 24 Agustus 2018 - 13:16 WIB
Banyak Jamaah Pilih Mabit Jamarat
Banyak Jamaah Pilih Mabit Jamarat
A A A
MEKKAH - Pada malam kedua (12 Zulhijah) pelaksanaan mabit atau bermalam di Mina, Arab Saudi, jamaah haji dari seluruh dunia memadati lintasan jamarat sambil menunggu waktu melempar jumrah.

Bawah jembatan jamarat merupakan tempat yang paling diminati jamaah untuk melaksanakan wajib haji ini. Di lokasi tersebut jamaah sampai harus berebut tempat. Ada yang menggelar sajadah, tikar, karpet hingga kardus untuk duduk lesehan.

Saking banyaknya jamaah yang memilih tempat ini, jalanan digunakan jamaah untuk mabit. Jamaah yang berada di jalan pun harus siap pindah karena diusir polisi dan askar. Mereka lebih suka memilih tempat tersebut karena lebih dekat dengan lokasi lempar jumrah, baik ula, wustha, maupun aqabah.

Apalagi tempat tersebut sudah masuk wilayah Mina sehingga secara aturan diperbolehkan mabit di lokasi tersebut. Jubaidah, jamaah haji asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengatakan dirinya bersama teman-temannya sesama dari Jember melakukan mabit di bawah jembatan jamarat karena di dalam hatinya timbul keragu-raguan.

Masalahnya mereka menempati tenda di wilayah Mina Jadid. Tenda di kawasan Mina Jadid merupakan perluasan Mina di wilayah Muzdalifah. “Saya kok ragu, makanya saya bersamateman-teman mabit di sini,” kata Jubaidah ketika ditemui di bawah jembatan jamarat, Rabu (22/8) malam.

Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah PPIH Arab Saudi Endang Jumali membenarkan bahwa kebanyakan jamaah yang mabit di tempat tersebut adalah mereka yang tendanya di Mina Jadid. Sementara jarak antara Mina Jadid ke lokasi lempar jumrah di jamarat sekitar 6 km.

Selain itu karena mereka lebih dekat dengan pemondokan atau hotel sehingga setelah mabit mereka kembali ke hotel masing-masing yang ada di sekitar wilayah Syisyah, Raudhah, dan Mahbas Jin. “Pada sore hari mereka kembali kejamarat untuk melontar jumrah,” kata Endang.

Jamaah tidak hanya memadati sekitar bawah jembatan jamarat. Ribuan tamu Allah ini meluber hingga ke terminal jamarat, dekat pasar swalayan Bin Dawood di daerah Syisyah. Bahkan ada sebagian yang mabit di lereng hingga puncak gunung di wilayah Syisyah.

Kebanyakan mereka yang mabit di gunung adalah jamaah yang berasal dari Bangladesh dan India. “Mereka memegang pendapat bahwa itu masih masuk wilayah Mina,” ujar Endang. Mayoritas jamaah haji Indonesia memilih nafar awal.

Tercatat ada 112.552 jamaah haji yang memilih nafar awal, sementara sebanyak 77.937 jamaah memilih nafar tsani . Bagi jamaah yang memilih nafar awal, mabit pada 12 Zulhijah dilanjutkan lempar jumrah merupakan rangkaian ibadah haji terakhir.

Pembimbing ibadah haji, Akhmad Fatah, menjelaskan yang dimaksud nafar awal adalah meninggalkan Mina pada gelombang pertama. Artinya jamaah haji bisa menyudahi keberadaannya di Mina pada tanggal 12 Zulhijah atau hari tasyrik kedua.

Sementara jamaah yang memilih nafar tsani meninggalkan Mina pada gelombang kedua, yaitu pada tanggal 13 Zulhijah atau hari tasyrik ketiga. Jamaah haji boleh memilih nafar awal atau nafar tsani .

“Ketentuan nafar awal itu harus sudah meninggalkan Mina sebelum matahari terbenam, setelah melempar jumrah ula , wustha , dan aqabah ,” kata pimpinan Pondok Pesantren Suni Darus salam Yogyakarta ini. Kalau sampai waktu magrib masih di Mina, lanjut Akhmad Fatah, jamaah harus mengambil nafar tsani, yakni bermalam lagi di Mina. Orang yang mengambil nafar awal tidak dibenarkan kembali ke Mina kecuali mengubahnya menjadi nafar tsani.

Soal jamaah yang mengambil nafar awal atau nafar tsani, itu hanya pilihan saja. “Tidak ada penjelasan yang menyebutkan nafar awal lebih utama daripada nafar tsani atau sebaliknya,” tandas dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu. Dia menjelaskan bahwa mabit harus di Mina.

Maka dari itu jika ada tenda yang berada di luar Mina, jamaah tersebut mabitnya harus bergeser ke Mina. Jamaah yang mabit di luar Mina tidak sah mabitnya. Lalu ada ulama yang berpendapat menjadi sah ketika Mina sudah tidak bisa menampung jamaah asalkan masih menyatu dengan Mina.

“Ilustrasinya seperti orang jamaah di masjid, ketika masjid tidak menampung maka jamaah bisa salat di luar,” katanya. Pembimbing ibadah haji lainya, KH Masrur Ainun Najih menambahkan bahwa secara umum jamaah yang memilih nafar awal memang lebih dominan.

Bahkan disarankan untuk mengambil nafar awal bagi jamaah haji gelombang pertama yang segera kembali ke Tanah Air. Sementara itu di hari kedua lontar jumrah, Rabu (22/8), jumlah jamaah sakit yang dirawat di Posko Kesehatan Haji Indonesia di Mina berkurang drastis.

Jika Selasa (21/8) jumlah jamaah dirawat mencapai 200 orang dan meninggal 1 orang, Rabu (22/08) sore jumlah yang dirawat hanya 7 orang. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin sempat menengok jamaah sakit di posko kesehatan. Salah satunya Yasorah binti Sawe asal Makassar.

“Ibu, mudah-mudahan cepat sembuhya,” ucapnya. Menag pun mengapresiasi petugas yang terus melayani jamaah. “Penurunan angka jamaah sakit ini tentu patut di syukuri bersama,” tandasnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3234 seconds (0.1#10.140)