Imbangi Rusia, AS Bikin Senjata Hipersonik Kedua Senilai Rp7 Triliun
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mencoba mengimbangi Rusia dan China dalam pengembangan senjata hipersonik. Pentagon memberikan kontrak kepada Lockheed Martin untuk merancang senjata hipersonik kedua dengan nilai USD480 juta (Rp7 triliun).
Kontrak pembuatan senjata untuk Lockheed Martin ini datang empat bulan setelah Bethesda, kontraktor pertahanan yang berbasis di Maryland, memenangkan kontrak senjata hipersonik pertama Amerika Serikat. Pembuatan akan berlangsung di Orlando, Florida, di bawah kendali dan unit kontrol Lockheed dan diharapkan akan selesai pada November 2021.
Pentagon mengumumkan kesepakatan itu hari Senin lalu.
Senjata hipersonik adalah peluru kendali (rudal) yang bergerak di Mach 5 atau lebih tinggi, yang setidaknya lima kali lebih cepat daripada kecepatan suara. Itu berarti senjata hipersonik dapat melakukan perjalanan sekitar satu mil per detik.
Kontrak kedua Pentagon untuk Lockheed Martin muncul saat Rusia dan China gencar menambahkan senjata-senjata hipersonik baru ke gudang senjata mereka.
Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan tentang senjata nuklir dan hipersonik terbaru Moskow, yang dia gambarkan sebagai senjata "tak terkalahkan" selama pidato kenegaraan. Dari enam senjata yang diluncurkan Putin pada bulan Maret, CNBC yang memperoleh laporan intelijen AS mengetahui bahwa dua di antaranya akan siap tempur pada tahun 2020.
Saat ini, Pentagon memiliki hampir selusin program untuk mengembangkan dan mempertahankan diri dalam melawan jenis senjata baru.
Pada bulan April, Lockheed Martin mendapatkan kontrak senilai USD928 juta untuk membangun sejumlah senjata penyerang konvensional hipersonik yang tidak ditentukan. Menurut kontrak, raksasa pertahanan itu akan bertanggung jawab untuk merancang, rekayasa, mengintegrasikan senjata dan dukungan logistik. Pengembangan akan berlangsung di Huntsville, Alabama, yang dikenal sebagai "Rocket City" karena itu adalah tempat kelahiran program roket Amerika.
Lockheed Martin juga sedang dalam proses mengembangkan SR-72, sebuah pesawat tak berawak hipersonik yang dijuluki sebagai "anak dari Blackbird". Pada tahun 2014, raksasa pertahanan itu mendapat kontrak USD892 juta oleh NASA untuk mempelajari pengembangan pesawat mata-mata hipersonik.
Pada tahun 1976, Angkatan Udara AS menerbangkan SR-71 Blackbird Lockheed Martin dari New York ke London dalam waktu kurang dari dua jam, dengan kecepatan melebihi Mach 3, atau tiga kali kecepatan suara.
SR-72 diharapkan beroperasi pada kecepatan hingga Mach 6. Sementara SR-72 hipersonik tidak diharapkan beroperasi sampai 2030, karena perusahaan itu mengembangkan platform sebesar itu sebagai game-changer.
"Ini selamanya dapat mengubah kemampuan kami untuk menghalangi dan menanggapi konflik, memungkinkan para pejuang perang untuk segera mengatasi ancaman sebelum musuh mungkin memiliki waktu untuk bereaksi," kata CEO Lockheed Martin Marillyn Hewson tentang pesawat hipersonik yang dikembangkan.
Hewson juga mengatakan pengembangan pesawat, yang diperkirakan menelan biaya USD1 miliar, akan mengubah "definisi kekuatan udara dengan memberikan keuntungan taktik dan strategis yang signifikan."
Kontrak pembuatan senjata untuk Lockheed Martin ini datang empat bulan setelah Bethesda, kontraktor pertahanan yang berbasis di Maryland, memenangkan kontrak senjata hipersonik pertama Amerika Serikat. Pembuatan akan berlangsung di Orlando, Florida, di bawah kendali dan unit kontrol Lockheed dan diharapkan akan selesai pada November 2021.
Pentagon mengumumkan kesepakatan itu hari Senin lalu.
Senjata hipersonik adalah peluru kendali (rudal) yang bergerak di Mach 5 atau lebih tinggi, yang setidaknya lima kali lebih cepat daripada kecepatan suara. Itu berarti senjata hipersonik dapat melakukan perjalanan sekitar satu mil per detik.
Kontrak kedua Pentagon untuk Lockheed Martin muncul saat Rusia dan China gencar menambahkan senjata-senjata hipersonik baru ke gudang senjata mereka.
Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan tentang senjata nuklir dan hipersonik terbaru Moskow, yang dia gambarkan sebagai senjata "tak terkalahkan" selama pidato kenegaraan. Dari enam senjata yang diluncurkan Putin pada bulan Maret, CNBC yang memperoleh laporan intelijen AS mengetahui bahwa dua di antaranya akan siap tempur pada tahun 2020.
Saat ini, Pentagon memiliki hampir selusin program untuk mengembangkan dan mempertahankan diri dalam melawan jenis senjata baru.
Pada bulan April, Lockheed Martin mendapatkan kontrak senilai USD928 juta untuk membangun sejumlah senjata penyerang konvensional hipersonik yang tidak ditentukan. Menurut kontrak, raksasa pertahanan itu akan bertanggung jawab untuk merancang, rekayasa, mengintegrasikan senjata dan dukungan logistik. Pengembangan akan berlangsung di Huntsville, Alabama, yang dikenal sebagai "Rocket City" karena itu adalah tempat kelahiran program roket Amerika.
Lockheed Martin juga sedang dalam proses mengembangkan SR-72, sebuah pesawat tak berawak hipersonik yang dijuluki sebagai "anak dari Blackbird". Pada tahun 2014, raksasa pertahanan itu mendapat kontrak USD892 juta oleh NASA untuk mempelajari pengembangan pesawat mata-mata hipersonik.
Pada tahun 1976, Angkatan Udara AS menerbangkan SR-71 Blackbird Lockheed Martin dari New York ke London dalam waktu kurang dari dua jam, dengan kecepatan melebihi Mach 3, atau tiga kali kecepatan suara.
SR-72 diharapkan beroperasi pada kecepatan hingga Mach 6. Sementara SR-72 hipersonik tidak diharapkan beroperasi sampai 2030, karena perusahaan itu mengembangkan platform sebesar itu sebagai game-changer.
"Ini selamanya dapat mengubah kemampuan kami untuk menghalangi dan menanggapi konflik, memungkinkan para pejuang perang untuk segera mengatasi ancaman sebelum musuh mungkin memiliki waktu untuk bereaksi," kata CEO Lockheed Martin Marillyn Hewson tentang pesawat hipersonik yang dikembangkan.
Hewson juga mengatakan pengembangan pesawat, yang diperkirakan menelan biaya USD1 miliar, akan mengubah "definisi kekuatan udara dengan memberikan keuntungan taktik dan strategis yang signifikan."
(mas)