Sebanyak 9.795 Warga AS Kena Kanker akibat Serangan 9/11
A
A
A
NEW YORK - Sebanyak 9.795 warga Amerika Serikat (AS) terserang kanker yang ditimbulkan dari debu dampak serangan 11 September 2001 atau 9/11. Serangan teroris dengan pesawat bajakan saat itu menghantam menara kembar World Trade Center (WTC), di mana al-Qaeda dituduh sebagai pelakunya.
Data korban tewas akibat kanker itu dirilis The Federal World Trade Center Health Program. Lembaga itu didirikan pada 2010 untuk memberikan manfaat medis bagi kelompok-kelompok tertentu yang terkena dampak serangan teroris 9/11.
Data yang dikutip The New York Post menunjukkan 9.795 orang Amerika menderita kanker terkait serangan 9/11, termasuk responden pertama, penduduk, mahasiswa dan orang-orang yang bekerja di Manhattan, tempat kedua menara 110 lantai itu runtuh.
Dari jumlah itu, 420 orang di antaranya telah meninggal. "9/11 masih membunuh," kata John Feal, seorang advokat untuk responden WTC kepada media AS tersebut.
Lebih dari 11.000 petugas pemadam kebakaran, di bawah pengawasan Departemen Pemadam Kebakaran Kota New York (FDNY), mengoperasikan upaya penyelamatan dan pemulihan yang berkelanjutan di lokasi itu pada hari-hari dan minggu-minggu setelah runtuhnya gedung WTC.
Serangan 9/11 pada saat itu menewaskan 2.606 orang, tidak termasuk mereka yang berada di pesawat yang menabrak menara kembar WTC.
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa baik pekerja penyelamat dan pemulihan yang bekerja di lokasi setelah runtuhnya gedung itu memiliki tingkat kanker tiroid yang lebih tinggi secara signifikan. Mereka juga mengalami melanoma atau kanker kulit dan kanker kandung kemih.
Kanker lain yang diderita oleh non-responden yang terkena debu adalah kanker payudara, limfoma non-Hodgkin, leukemia dan gangguan sel darah lainnya.
Michael Crane, direktur medis Program Kesehatan WTC di Mount Sinai Hospital, mengatakan kepada New York Post, "Kami mendapatkan referensi ini 15 hingga 20 kali seminggu."
Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada peringatan satu tahun serangan 9/11 menggambarkan apa yang disebut oleh penulisnya sebagai "Batuk World Trade Center", yang didefinisikan sebagai "batuk terus-menerus yang berkembang setelah terpapar di situs serangan".
Data korban tewas akibat kanker itu dirilis The Federal World Trade Center Health Program. Lembaga itu didirikan pada 2010 untuk memberikan manfaat medis bagi kelompok-kelompok tertentu yang terkena dampak serangan teroris 9/11.
Data yang dikutip The New York Post menunjukkan 9.795 orang Amerika menderita kanker terkait serangan 9/11, termasuk responden pertama, penduduk, mahasiswa dan orang-orang yang bekerja di Manhattan, tempat kedua menara 110 lantai itu runtuh.
Dari jumlah itu, 420 orang di antaranya telah meninggal. "9/11 masih membunuh," kata John Feal, seorang advokat untuk responden WTC kepada media AS tersebut.
Lebih dari 11.000 petugas pemadam kebakaran, di bawah pengawasan Departemen Pemadam Kebakaran Kota New York (FDNY), mengoperasikan upaya penyelamatan dan pemulihan yang berkelanjutan di lokasi itu pada hari-hari dan minggu-minggu setelah runtuhnya gedung WTC.
Serangan 9/11 pada saat itu menewaskan 2.606 orang, tidak termasuk mereka yang berada di pesawat yang menabrak menara kembar WTC.
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa baik pekerja penyelamat dan pemulihan yang bekerja di lokasi setelah runtuhnya gedung itu memiliki tingkat kanker tiroid yang lebih tinggi secara signifikan. Mereka juga mengalami melanoma atau kanker kulit dan kanker kandung kemih.
Kanker lain yang diderita oleh non-responden yang terkena debu adalah kanker payudara, limfoma non-Hodgkin, leukemia dan gangguan sel darah lainnya.
Michael Crane, direktur medis Program Kesehatan WTC di Mount Sinai Hospital, mengatakan kepada New York Post, "Kami mendapatkan referensi ini 15 hingga 20 kali seminggu."
Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada peringatan satu tahun serangan 9/11 menggambarkan apa yang disebut oleh penulisnya sebagai "Batuk World Trade Center", yang didefinisikan sebagai "batuk terus-menerus yang berkembang setelah terpapar di situs serangan".
(mas)