Saudara Perempuan Eks Pemimpin Palestina Yasser Arafat Meninggal
A
A
A
KAIRO - Saudara perempuan mantan Pemimpin Palestina Yasser Arafat, Khadija, meninggal pada Sabtu pagi dalam usia 86 tahun. Khadija meninggal di sebuah rumah sakit di Kairo, tempat ia dirawat.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Fatah, berduka cita dengan duka yang mendalam atas meninggalnya Khadijah. Mereka menyebutnya sebagai Orang Tua yang Revolusioner.
Sejak dia datang ke Gaza, Khadija memimpin organisasi amal yang memberikan layanan kepada rakyat Palestina.
Dalam wawancara pers selama peringatan kematian saudara laki-lakinya pada 2013, Khadija mengatakan: "Ibu saya meninggal sangat sebelum waktunya dan meninggalkan kami sangat muda, kemudian paman saya pindah bersama kami dari Kairo ke Yerusalem di mana dia merawat kami. Kami tumbuh di sana dengan keluarga kami dan keluarga Al Saud."
"Sejak kelahiran Abu Ammar, dia memerangi pendudukan Israel. Ketika dia berumur empat tahun, dia biasa mengumpulkan anak-anak dan batu dari Masjid Al-Aqsa dan melemparkannya pada jamaah Yahudi di samping Tembok Ratapan," tuturnya seperti dikutip dari Egypt Today, Minggu (12/8/2018).
Presiden Mahmoud Abbas berduka atas meninggalnya Khadija. Abbas menyoroti peran nasionalnya selama Revolusi Palestina yang dipimpin oleh saudara lelakinya yang telah meninggal lebih dulu, pemimpin Palestina Yasser Arafat.
Sebagaimana diketahui, Khadija adalah satu-satunya saudari Arafat yang tersisa.
Yasser Arafat adalah presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA) (1996–2004), ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) (1969–2004), dan Pemimpin Fatah, faksi PLO dengan konstituen terbesar. Pada tahun 1993, ia memimpin PLO ke perjanjian damai dengan Israel. Arafat dan Yitzhak Rabin serta Shimon Peres dari Israel secara bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel untuk Perdamaian pada tahun 1994.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Fatah, berduka cita dengan duka yang mendalam atas meninggalnya Khadijah. Mereka menyebutnya sebagai Orang Tua yang Revolusioner.
Sejak dia datang ke Gaza, Khadija memimpin organisasi amal yang memberikan layanan kepada rakyat Palestina.
Dalam wawancara pers selama peringatan kematian saudara laki-lakinya pada 2013, Khadija mengatakan: "Ibu saya meninggal sangat sebelum waktunya dan meninggalkan kami sangat muda, kemudian paman saya pindah bersama kami dari Kairo ke Yerusalem di mana dia merawat kami. Kami tumbuh di sana dengan keluarga kami dan keluarga Al Saud."
"Sejak kelahiran Abu Ammar, dia memerangi pendudukan Israel. Ketika dia berumur empat tahun, dia biasa mengumpulkan anak-anak dan batu dari Masjid Al-Aqsa dan melemparkannya pada jamaah Yahudi di samping Tembok Ratapan," tuturnya seperti dikutip dari Egypt Today, Minggu (12/8/2018).
Presiden Mahmoud Abbas berduka atas meninggalnya Khadija. Abbas menyoroti peran nasionalnya selama Revolusi Palestina yang dipimpin oleh saudara lelakinya yang telah meninggal lebih dulu, pemimpin Palestina Yasser Arafat.
Sebagaimana diketahui, Khadija adalah satu-satunya saudari Arafat yang tersisa.
Yasser Arafat adalah presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA) (1996–2004), ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) (1969–2004), dan Pemimpin Fatah, faksi PLO dengan konstituen terbesar. Pada tahun 1993, ia memimpin PLO ke perjanjian damai dengan Israel. Arafat dan Yitzhak Rabin serta Shimon Peres dari Israel secara bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel untuk Perdamaian pada tahun 1994.
(ian)