Iran: AS dan Sekutunya Isolasi Diri Sendiri dengan Memusuhi Teheran
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan sekutunya di Timur Tengah telah menjadi terisolasi oleh kebijakan berrmusuhan mereka terhadap Tehran.
"Saat ini, Trump, Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammad Bin Salman dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah menjadi simbol ketidakpercayaan di dunia," kata Zarif dalam sebuah pernyataan.
"Kebijakan opresif dan tindakan keras mereka telah membuat mereka terisolasi. Dunia telah menjauhkan diri dari kebijakan permusuhan mereka terhadap Iran," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (6/8).
Pernyataan Zarif ini sendiri muncul tidak lama setelah AS memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Sanksi dijatuhkan setelah masa tenggang 90 hari sejak AS keluar dari perjanjian nuklir Iran berakhir.
Trump menarik AS keluar dari perjanjian dengan nama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada pekan terakhir Mei 2018 lalu. Sejak itu, Washington memberi masa tenggang 90 hari bagi perusahaan-perusahaan berbagai negara untuk mengakhiri bisnis dengan Teheran atau akan mendapat sanksi sekunder dari AS.
"Untuk kontrak yang sudah ada, ada periode penghentian untuk memungkinkan penghentian kontrak secara tertib, sehingga orang-orang yang dengan itikad baik yang bergantung pada pengabaian sanksi, yang telah terlibat dalam bisnis, tidak benar-benar terkejut," kata Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan, Washington akan terus menjatuhkan sanksi kepada Iran, sampai Iran dapat menjadi sebuah "negara normal".
"Saat ini, Trump, Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammad Bin Salman dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah menjadi simbol ketidakpercayaan di dunia," kata Zarif dalam sebuah pernyataan.
"Kebijakan opresif dan tindakan keras mereka telah membuat mereka terisolasi. Dunia telah menjauhkan diri dari kebijakan permusuhan mereka terhadap Iran," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (6/8).
Pernyataan Zarif ini sendiri muncul tidak lama setelah AS memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Sanksi dijatuhkan setelah masa tenggang 90 hari sejak AS keluar dari perjanjian nuklir Iran berakhir.
Trump menarik AS keluar dari perjanjian dengan nama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada pekan terakhir Mei 2018 lalu. Sejak itu, Washington memberi masa tenggang 90 hari bagi perusahaan-perusahaan berbagai negara untuk mengakhiri bisnis dengan Teheran atau akan mendapat sanksi sekunder dari AS.
"Untuk kontrak yang sudah ada, ada periode penghentian untuk memungkinkan penghentian kontrak secara tertib, sehingga orang-orang yang dengan itikad baik yang bergantung pada pengabaian sanksi, yang telah terlibat dalam bisnis, tidak benar-benar terkejut," kata Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan, Washington akan terus menjatuhkan sanksi kepada Iran, sampai Iran dapat menjadi sebuah "negara normal".
(esn)